Share

Asisten Pribadi

Penulis: Icha Mawik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 14:05:34

Kata-kata Allric masih terngiang di telinga Kirana. Gadis itu terus saja memikirkan tawaran Allaric, yang ingin membantunya untuk biaya pengobatan mamanya. Saat istirahat siang, Kirana memutuskan untuk ke rumah sakit menjenguk Mamanya. Setelah memastikan kondisi Mamanya dan berbincang sejenak bersama Dokter dan perawat. Kirana pun memutuskan untuk kembali ke kantornya.

Kirana pun telah kembali lagi ke kantornya. Seperti biasa, Ia akan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat Ia tinggal karena harus kembali ke rumah sakit. 

"Kirana, Kamu berikan ini pada, Tuan yah!" perintah Maya.

"Baik," sahut Kirana.

"Tapi, sebaiknya Kamu periksa kembali. Saya takut ada yang keliru," pintanya. Kini Maya tidak berani lagi memerintah Kirana dengan semau hatinya. Ia telah mendapat peringatan yang keras dari Alan. Walau ada perasaan kesal dan marah di hatinya. Maya, kembali mencoba menerima semua. 

Lagi pula, Kirana tidak pernah berulah yang membuatnya kesal. Sebaliknya, Kirana selalu berusaha untuk menjalankan semua perintahnya dengan baik. Selama ikut bersamanya, Kirana selalu memberikan hasil kerja yang memuaskan. Tak jarang, Maya memuji kinerjanya. Kirana gadis yang cerdas.

"Baik, Bu," jawab Kirana lagi.

"Oh ya! Bagaimana keadaan mamamu? Apa beliau sudah ada kemajuan?" tanya Maya.

"Sampai saat ini, kondisinya masih stabil," jawab Kirana.

"Baiklah, cepat selesaikan. Minggu depan, Bos akan ke luar negeri." ucapnya berlalu dari hadapan Kirana.

Kirana hanya mengangguk pelan. Ia terkejut dengan perubahan sikap Maya padanya. Ia pun mulai mengerjakan tugas yang di berikan oleh Maya. Tanpa Ia sadari, Allaric masih saja memperhatikannya dari balik kaca.

"Aku heran dengan gadis itu. Apa yang ada di dalam pikirannya?" cetus Allaric kesal.

"Mungkin, dia tidak mau merepotkan Anda," sahut Alan terdengar santai.

"Dia wanitaku. Aku siap melakukan apa saja untuknya!" hardik Allaric.

"Tuan mengklaim dia adalah milik, Tuan. Tapi, apa Tuan pernah berkata langsung padanya?" tanya Alan.

Allaric terdiam. Benar apa yang dikatakan Alan. Sampai saat ini, dirinya belum mengatakan apapun pada Kirana tentang perasaannya. Allaric sendiri bingung dengan perasaannya.

"Jadi, apa yang harus Aku lakukan?" tanya Allaric.

"Anda harus mengatakan apa yang Anda rasakan terhadapnya!" seru Alan.

"Tapi, bagaimana mungkin? Seorang Allaric Wiguna menyatakan cinta pada seorang gadis. Terdengar lucu sekali," timpal Allaric tidak terima.

"Tuan, Kirana bukan gadis sembarangan. Dia istimewah dan berbeda dari yang lain," potong Alan.

"Kau memujinya!" sergah Allaric.

"Saya tidak memujinya. Bukankah, Tuan sendiri yang selalu mengatakan kalau Kirana adalah gadis yang istimewah di mata Tuan?" kilah Alan. Ia mencari jalur aman. Ia tidak mau sampai Bos nya marah hanya karena ia salah bicara.

Allaric tersenyum. "Kau benar! Kirana memang istimewah," gumam Allaric.

****

"Apa yanga harud Aku lakukan? Dimana Aku harus mendapatkan uang untuk biaya operasi dan pengobatan untuk mama?" Kirana bergumam sendiri. Ia baru saja kembali dari rumah sakit dan menyaksikan mamanya kejang-kejang lagi. Dokter menyarankan pada Kirana agar mamanya segera dioperasi.

"Apa sebaiknya, Aku menerima tawaran tuan Allaric?" gumam Kirana.

Kirana mengempaskan tubuhnya ke ranjang dan mulai memejamkan. Mencoba untuk tidur dan beristirahat.

Keesokkan harinya. Sebelum ke kantor, Kirana menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk Mamanya. Ia menatap lirih pada seseorang yang kini terbaring tak berdaya dengan berbagai alat bantu terpasang hampir di seluruh tubuhnya.

"Mama harus sembuh, Ma. Nana, akan berjuang sekuat tenaga untuk kesembuhan, Mama," kata Kirana lirih. Kirana mengusap air matanya kemudian melangkah meninggalkan rumah sakit dan kembali ke kantornya.

Tiba di kantornya, Kirana langsung saja menuju ke ruangan Allaric yang masih terlihat kosong. Ia segera membereskan meja dan menata kembali ruangan seperti biasanya. Setelah suanya selesai, Kirana pun kembali ke mejanya dan mengerjakan pekerjaannya.

Setengah jam kemudian, Allaric dan Alan tibadi kantor.

"Selamat pagi, Tuan!' sapa Kirana.

Allaric hanya mengangguk dan tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya. Berbeda dengan Alalric, Alan memilih mampir ke meja Kirana dan menyapanya.

"Selamat pagi," tegur Alan.

"Pagi, Tuan," sahut Kirana.

"Kamu sudah siap untuk hari ini?" tanya Alan.

"Hari ini? Hari ini kenapa Tuan?" tanya Kirana bingung.

"Kamu tidak tau!" seru Alan.

Kirana hanya menggeleng pelan. Alan tersenyum dan menatap ke arah Kirana yang masih bingung.

"Aku akan mengajarimu beberapa hal, tentang Bos Kita," ucap Alan.

"Mengajari Apa, Tuan?" Kirana sakin bingung.

"Mengajarimu, semuanya tentang Bos Kita," ucap Alan.

"Tapi, untuk apa, Tuan?" tanya Kirana semakin tidak mengerti.

"Aku akan keluar negeri untuk waktu yang lama. Jadi, Aku tidak percaya pada siapapun selaun Kamu." Alan menunjuk ke arah Kirana.

"Saya?" Kirana menunjuk dirinya. 

Alan mengangguk cepat.

"Tapi, mengapa harus Saya, Tuan?" lanjut Kirana bertanya.

"Karena Kamu adalah sekretaris pribadinya," sahut Alan.

"Apa? Kapan?" teriak Kirana.

"Mulai hari ini!" seru Alan.

"Tidak, Tuan! Saya tidak bisa," tolak Kirana.

"Kamu tidak bisa menolak. Ini sudah keputusan dari Bos," terang Alan.

"Tapi, Tuan," Kirana masih berusaha untuk menolak.

Alan hana menjawab dengan gelengan kepala dan jari telunjuk yang menari-nari. Alan pun meninggalkan Kirana dengan wajah bingung. Sepeninggalan Alan, Kirana menghempaskan diri di kursi kerjanya. 

"Apa yang harus Aku lakukan sekarang? Aku sudah berusaha untuk menghindar darinya. Tapi, mengapa justru keadaan selalu membuatku untuk dekat dengannya? Semakin Aku berusaha untuk menghindar, Aku malah semakin dekat dengannya," gumam Kirana.

Wajah bingung Kirana terpantau jelas dari ruangan Allaric. Ia sedari tadi memperhatikan Kirana. Mulai dari gadis itu berbicara pada Alan hingga ia berbicara sendiri.

"Apa Dia menolak?" tanya Allaric.

"Seperti biasanya," sahut Alan santai.

"Aku tidak tau lagi, bagaimana caranya agar Dia segera tunduk padaku?" decak Allaric kesal. Alan hanya tersenyum mendengar ungkapan kekesalan Bos nya.

***

Beberapa hari kemudian, Kirana terlihat sibuk dengan semua jadwal Allaric yang padat. Benar apa yang dikatakan Alan. Seharusnya, Kirana sudah mempersiapkan diri sedari awal. Kini, sudah terlambat, Alan telah pergi dan meninggalkan Kirana dengan setumpuk jadwal Bos nya.

"Anda ada meeting malam ini di hotel X," ucap Kirana.

"Baiklah, Kamu bersiap dan ikut denganku," sahut Allaric.

"Apa?" tanya Kirana terkejut.

"Kamu keberatan!" hardik Allaric.

"Tidak, Tuan! Tapi,"

"Tapi?"

"Kalau malam hari biasanya, Saya menemani mama Saya," cicit Kirana.

Allaric terlihat mengangguk dan mengerti.

"Saya akan meminta beberapa suster untuk menjaga mama Kamu, agar Kamu bisa tenang selama menjalankan tugasmu," ungkap Allaric.

"Tidak perlu, Tuan. Saya bisa melakukannya sendiri," sahut Kirana.

"Dengan menolak ajakan untuk menemani Saya?" sela Allaric.

"Bukan begitu, Tuan. Saya hanya ...."

"Kenapa Kamu selalu berusaha menolak Saya? Apa sebegitu mengerikannya Saya, hingga membuatmu ketakutan?" cecar Allaric.

Kirana terdiam mendengar ucapan Bos nya.

"Mungkin banyak berita miring tentang Saya di luaran sana yang Kamu dengar. Tapi, asal Kamu tau. Saya tidak sebrengsek itu dan Saya juga tidak sembarangan memilih wanita untuk menemani Saya," lanjut Allaric.

Kirana terdiam. Ia benar-benar merasa bersalah pada Bos nya. Allaric menatap Kirana yang tertunduk dengan senyuman penuh arti. Allaric yakin, setelah ini Kirana akan luluh dan tunduk padanya.

bersambung.

Bab terkait

  • Cinta Di Ujung Senja   Sarapan Bersama

    Kirana kini mulai bisa menjalankan tugasnya sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi Allaric, menggantikan Alan yang saat ini masih berada di luar negeri. Dengan sabar, Allaric mengajari Kirana apa saja tugasnya sebagai asisten."Tuan, Saya ingin meminta izin untuk tidak ikut pertemuan malam ini," cetus Kirana meminta izin."Kenapa? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Allaric."Saya ingin ke rumah sakit, menemani mama," jawabnya."Baiklah! Kita akan membatalkan pertemuan malam ini dan Saya juga akan ikut menemani Kamu di rumah sakit!" seru Allaric."Tapi, Anda tidak perlu melakukannya, Tuan," Kirana tolak Kirana."Kamu keberatan jika Saya ikut bersama Kamu?" tanya Allaric."Bukan begitu. Hanya saja, Saya merasa tidak enak dengan yang lain. Jika Anda, sering terlihat bersama Saya," tutur Kirana."Maksud Kamu?" tanya Allaric, sembari menyipitkan matanya."Tuan, Saya ingin jujur pada Anda," cetus Kirana."Saya suka orang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • Cinta Di Ujung Senja   Perjalanan Ke Luar Negeri

    Kesehatan Mamanya Kirana, perlahan pulih. Wanita itu pun sudah di perbolehkan untuk pulang. Kirana meminta izin pada Allaric untuk tidak masuk kantor hari ini. Ia akan menjemput mamanya dari rumah sakit. Dengan senang hati, Allaric mengabulkannya dan dia sendiri juga ikut datang menjemput.Mama Kirana terlihat senang pada sosok Allaric yang baik dan sopan. Allaric sendiri merasa nyaman saat dirinya mengobrol bersama Mama Kirana. Entah mengapa sikap lembut lembut wanita itu membuat Allaric merasa seperti sedang berbicara pada Ibunya."Mama, istirahat dulu ya!" seru Kirana."Mama, masih ingin mengobrol, Na. Sudah lama tidak mengobrol panjang lebar seperti ini, sejak Mama berada di rumah sakit," sahut sang Mama."Iya, Nana ngerti. Tapi, kan Mama juga harus banyak istirahat," lanjut Kirana."Kirana benar, Nyonya. Sebaiknya, Anda istirahat agar kesehatan Anda segera pulih," selaAllaric."Baiklah," ucap Ayu menuruti kedua anak muda dei depannya. Kirana

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Cinta Di Ujung Senja   Tamu Kehormatan

    Allaric dan Kirana tiba di negara S. Kirana yang baru pertama kali melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat, terkulai lemas."Istirahatlah! Besok, kita akan menghadiri rapat!" seru Allaric yang mengantarkan Kirana ke kamarnya.Kirana hanya mengangguk, matanya terasa berat dengan tubuh yang lemas."Kamarku tepat di sebelah kamarmu." tunjuk Allaric. "Kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu tinggal datang saja!" lanjutnya sembari tersenyum.Kirana mengangguk mengerti. Allaric pun melangakah ke kamarnya dan membiarkan Kirana untuk istirahat. Selepas kepergian Allaric, Kirana menghempaskan dirinya ke atas ranjang dan kembali tidur.Keesokan harinya, dengan malas Kirana bangkit dan membuka pintu.Ceklek ...."Selamat pagi!" sapa Allaric.Mata Kirana membulat saat melihat Boss nya sudah berada di depan pintu."Tuan!" seru Kirana terkejut."Kamu baru bangun?" tanya Allaric.Kirana menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Allaric masu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-25
  • Cinta Di Ujung Senja   Reuni

    "Apa? Dia asisten pribadi kamu?" pekik Victoria."Yah! Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Allaric."Tidak ada!" sela Oscar.Victoria menatap Kirana dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan tidak suka dan menyepelekan. Kirana menunduk tidak nyaman dengan tatapan dari Victoria."Ada apa, Tante? Apa kalian saling mengenal?" tanya Allaric sembari menyindir Davindra."Tidak! Hanya saja, aku jadi teringat dengan seorang gadis yang pernah bermimpi untuk menjadi bagian dari keluargaku," sindir Victoria.Kirana semakin menundukkan kepalanya"Sudahlah, Ma!" ucap Davindra yang akhirnya angkat bicara. Ia merasa kasihan melihat Kirana, gadis yang ia cintai menjadi bulan-bulan orang tuanya."Lalu, apa yabg terjadi pada gadis itu?" pancing Allaric."Tentu saja kami melarang Davi untuk melanjutkan hubungannya dan kami juga sudah menyiapkan calon yang cocok untuk jadi menantu kami." Victoria menunjuk ke arah gadis yang sejak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • Cinta Di Ujung Senja   Mabuk

    "Tuan Alan!" seru Kirana menghampiri pria yang dikenalnya."Kirana, kamu disini?" sahut Alan tersenyum."Dia datang bersamaku," sela Allaric."Tuan." Alan mengulurkam tangannya."Selamat untuk semuanya," ucap Allaric."Terima kasih," sahut Alan.Kirana memandang dengan tatapan aneh pada dua pria di hadapannya. Alan dan Allaric tertawa melihat wajah bingung Kirana."Ini adalah pesta peresmian pembukaan hotel milik Alan dan saudaranya, Sammy," ucap Allaric.Kirana masih mendengarkan penjelasan Allaric hingga selesai. Ia pun kini tahu, mengapa Alan meminta, untuk menggantikannya dalam waktu yang lama. Setelah selesai menjelaskan pada Kirana, Allaric dan Alan pun membawa Kirana untuk berkeliling dan menyapa para kolega mereka.Alan juga memperkenalkan Kirana pada Sammy. Di luar dugaan, ternyata Sammy dan Alan memiliki wajah yang sangat mirip."Apa kalian kembar?" tanya Kirana."Tidak!" jawab Alan dan Sammy bersam

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Cinta Di Ujung Senja   Kemarahan Kirana

    Kirana terkejut saat bangun dalam pelukan seseorang. Yang membuatnya tidak kalah terkejut adalah saat ia melihat kondisinya saat ini. Ia masih dalam keadaan polos dengan banyak tanda merah di hampir sekujur tubuhnya."Apa yang terjadi ya, Tuhan?" gumam Kirana panik. Namun, ia kembali berusaha untuk tenang. Sedangkan Allaric masih terlelap dalam tidurnya."Tuan.... Tuan...." Kirana coba untuk membangunkan Allaric.Allaric mengernyitkan matanya, kemudian tersenyum pada Kirana."Selamat pagi, Sayang," ucap Allaric tersenyum.Kirana membulatkan matanya, saat ia mendengar Allaric menyebutnya Sayang."Tuan, apa yang terjadi?" tanya Kirana."Apa kamu lupa?" Allaric membelai lembut wajah Kirana.Kirana mengelak dan menepiskan tangan Allaric. "Apa maksud anda?""Kamu lihat sendiri dan simpulkan sendiri," sahut Allaric."Tuan, anda bercandakan? Kita tidak mungkinkan?" suara Kirana mulai bergetar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • Cinta Di Ujung Senja   Kekacauan Di Kantor

    Kirana tiba di rumahnya dan langsung masuk ke kamarnya."Kamu sudah pulang, Na?" sapa sang Mama."Iya, Ma!" sahut Kirana.Ayu memperhatikan barang bawaan putrinya."Kamu di pecat, Na?" tanya Ayu."Kirana mengundurkan diri, Ma," jawabnya singkat."Tapi, kenapa?" lanjut Ayu."Semuanya, sudah tidak sejalan dengan cara kerja Kirana, Ma," bohong Kirana. Ia tidak mau sampai Mamanya tahu perkara yang sebenarnya. Kesehatan Mamanya saat ini lebih penting, dari apapun juga."Yang sabar ya, Na. Mama yakin, kamu masih bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik di tempat lain," hibur Ayu.Kirana memeluk Mamanya, berusaha menahan air matanya."Kamu istirahat dulu, Mama akan siapkan makan siang." Ayu melepas pelukan dan meninggalkan kamar putrinya.Sepeninggalan Mamanya, Kirana kembali menatap langit-langit kamarnya."Aku harus segera mencari pekerjaan. Aku tidak mau, menjadi beban untuk Mama," batin Kirana. Ia pun ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Cinta Di Ujung Senja   Penolakan Kirana

    "Tidak!" seru Kirana.Seketika semua mata memandang ke arah mereka. Alan berusaha untuk meredam amarah Kirana."Tenanglah! Semua orang sedang memperhatikan kita," bujuk Alan."Aku tidak mau lagi kembali ke sana," tegas Kirana."Aku tidak memaksamu, aku tau kau tidak akan setuju untuk kembali dan aku tidak akan memaksakan kehendakku," ungkap Alan."Lantas? Untuk apa, kau menemuiku?" tanya Kirana."Aku hanya menjalankan perintah dari Allaric. Kau tau sendiri, bagaimana sikapnya jika permintaannya tidak dipenuhi?" ucap Alan.Kirana terdiam, ia tahu Alan tidan pernah membantah apapun permintaan dan perintah dari Allaric."Aku tidak mau dihina lagi," lanjut Kirana."Aku tau, aku paham keadaanmu." sahut Alan lirih. Ia tahu semua yang terjadi pada Kirana. Sejujurnya, ia merasa kasihan pada gadis itu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Allaric sebagai Boss nya."Aku permisi pulang, sebentar lagi aku masuk kerja

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Senja   Bertemu Sahabat Lama

    Kirana menahan emosinya, saat mendapat laporan dari pengasuh kedua buah hatinya. Wanita bernama Darla, itu mengatakan. Jika, seseorang sering menemui Carmen dan Carlo. Saat ia menanyakan, siapa orangnya pada kedua anak kembarnya. Ia terkejut, ketika tahu nama yang disebut Carlo."Darla, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Jika, saat aku tidak di rumah. Aku mau kau mengawasi si kembar. Aku tidak mau, sampai pria itu menemui mereka lagi," kata Kirana pada pengasuhnya.Darla mengangguk mengerti. Kirana berencana, akan menemui Davi untuk membicarakan hal ini. Ia tidak mau, berhubungan dengan keluarga itu lagi. Setelah apa yang terjadi, Kirana masih mengingat setiap luka, yang keluarga Davi berikan padanya.Setelah semuanya siap, Kirana segera berpamitan pada kedua anaknya. Ia tetap memperingatkan Darla lagi, tentang hal tadi. Ia juga berpesan pada anak-anaknya, untuk tidak berbicara pada orang asing.****Sementara di kediamannya, Davi terlihat bahagia saya mendapat satu pesan dari Kiran

  • Cinta Di Ujung Senja   Tidak Ingin Mengulang Kesalahan

    Kirana berang, saat ia tahu kalau Davindra menipunya. Pria yang pernah mengisi hatinya dulu, yang sengaja mengajaknya keluar dengan alasan untuk membicarakan bisnis mereka. Ternyata, pria itu menggunakan kesempatan itu untuk merayu Kirana kembali."Jadi, kau mengajakku ke mari hanya untuk membicarakan itu?" Seru Kirana lantang."Na, dengarkan aku. Aku hanya ingin berbicara padamu secara pribadi," kata Davi, berusaha untuk menjelaskan pada Kirana."Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan," tegas Kirana."Na, aku hanya ingin kita bisa seperti dulu," ucap Davi lirih."Tidak!" tegas Kirana.Davindra tercegat medengar suara tegas Kirana."Aku tidak mau, memulai sesuatu yang telah aku lupakan," lanjut Kirana."Apa salahnya, jika mencobanya, Na," pinta Davi lirih.Sampai saat ini, Davindra masih mencintai Kirana. Sampai kapanpun, hanya Kirana yang ada di dalam hati Davindra.Setelah perceraiannya bersama Laura selesai. Davindra berusaha mencari keberad

  • Cinta Di Ujung Senja   Meminta Maaf

    Kirana sedang berjanji untuk bertemu salah satu kliennya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya klien yang di maksud tiba. Kirana hampir tidak percaya, siapa kliennya kali ini.Davindra datang bersama Papanya. Ayah dan anak itu sempat tidak menduga, jika yang menjadi utusan adalah Kirana."Selamat siang, Tuan Oscar dan Tuan Davindra." Kirana mengulurkan tangan dan menjabat keduanya, secara bergantian."Anda Nona Kirana, utusan perwakilan dari perusahaan X?" tanya Oscar."Benar, Tuan. Silahkan duduk," ucap Kirana mempersilahkan tamunya."Saya kira Anda, ini seseorang yang...." ucapan Oscar di potong Kirana."Tua dan jelek," potong Kirana.Oscar tersenyum tidak enak."Kita langsung saja." Kirana membuka map yang ia bawa dan mengunjukkan kepada Oscar dan putranya. Kirana mulai menjelaskan semuanya pad

  • Cinta Di Ujung Senja   Aku Menemukanmu

    "Siapa namamu?" tanya Allaric pada seorang anak berumur lima tahun."Namaku, Carlo," jawabnya.Allaric sempat menatap dalam wajah lugu dan polos itu. Mata coklat dan senyumnya, mampu menembus tepung hati Allaric. Ada rasa nyaman dan damai saat ia menatapnya. Mata itu juga mengingatkan Allaric pada seseorang di masa lalu."Carlo, kau di sini bersama orang tuamu?" tanya Alan."Tidak! Aku ke sini bersama teman-teman dan guruku," jawab Carlo."Kau salah satu dari mereka?" Mata Allaric tertuju pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain bersama gurunya.Carlo mengangguk cepat."Apa yang kau lakukan di sini?" terdengar suara cempreng, namun penuh dengan ketegasan.Kursi roda Allaric berputar ke arah sumber suara. Kembali mata Allaric di suguhi pemandangan yang menyejukkan matanya."Maafkan saudaraku, Tuan," ucap Carmen.

  • Cinta Di Ujung Senja   Taman

    Sudah tiga hari, Kirana sampai. Hari ini, ia bersiap untuk ke kantor. Perempuan itu segera menyelesaikan urusan kantornya, kemudian bergegas untuk pulang. Ia harus segera menjemput anak-anaknya, yang ia titipkan ke penitipan anak.Kirana yang baru saja tiba, memang mengalami sedikit masalah dalam mencari pengasuh untuk kedua buah hatinya. Ia sangat teliti dalam memilih, seorang yang akan dia percayakan untuk menjaga kedua anaknya."Momm, ada baiknya jika kami masuk sekolah," cetus Carmen.Mata Kirana melirik ke arah putrinya, kemudian melemparkan pandangan pada kembarannya."Kamu mau, sekolah di sini?" sela Carlo.Carmen mengangguk. "Dari pada setiap hari, di penitipan. Lebih baik sekolah, kan?"Kirana tertegun sejenak. Apa yang dikatakan, Carmen ada benarnya. Jika, keduanya dimasukkan ke sekolah, mungkin Kirana akan tenang bekerja. Setidaknya, ia tidak perlu berusaha paya

  • Cinta Di Ujung Senja   Kembali Pulang

    "Apa, Tuan? Anda ingin mengirim saya ke sana?" tanya Kirana terkejut."Tidak ada orang lain, yang bisa saya andalankan selain kamu Kirana. Dengan kemampuan yang kamu punya, saya yakin kamu bisa menangani masalah di kantor cabang," jelas atasannya."Tapi, saya tidak mau ke sana," tolak Kirana. "Anda bisa mengirim saya kemanapun, asal jangan ke sana.""Mengapa? Apa kamu ada masalah, dengan tempat itu?" tanya bos-nya.Kirana terdiam, die enggan menjelaskannya pada sang atasan."Bersiaplah. Lusa, aku akan mengatur keberangkatanmu," putus Bos-nya.Kirana melangkah gontai, meninggalkan ruangan Bos-nya. Ia duduk dan kembali mengingat kejadian di tempat itu. Kirana memutuskan untuk pulang lebih cepat dan saat tiba di rumah. Ia lebih memilih masuk ke kamarnya, hingga saat makan malam.Dua hari kemudian, mau tidak mau. Kirana harus berangkat juga, ia meminta waktu untuk mempersiapkan segalanya. Mengingat ia memiliki dua anak kembar, yang pasti

  • Cinta Di Ujung Senja   Kecelakaan

    Allaric kembali mengunjungi club' malam, untuk minum hingga mabuk. Ia ingin menghibur kesepiannya. Semenjak kepergian Kirana, Allaric merasa enggan untuk menetap di mansionnya. Bayang-bayang Kirana terusa saja menghantuinya, setiap kali ia berada di mansionnya. Masih teringat jelas senyum yang terukir di wajah wanita itu, saat bersama Allaric.Kepergian Kirana pun, seperti membawa separuh jiwa Allaric. Ia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Di dalam club' pun, ia tidak mau ditemani oleh siapapun. Ia hanya ingin sendiri, meratapi kesedihannya. Allaric benar-benar hancur tanpa Kirana.Di tengah kegalauan hatinya, seseorang mendekatinya."Apa ini? Masalah besar apa, yang menimpa seorang Allaric hingga bisa hancur seperti ini?" ucap orang itu.Allaric menatap nanar, ke arah sumber suara."Mau apa kau?" tanya Allaric ketus."Aku hanya datang untuk menghibur diri. Ta

  • Cinta Di Ujung Senja   Keluarga Baru

    Allaric membuka lemari milik Kirana. Namun, anehnya tak satupun barang milik Kirana bergerak dari tempatnya. Semua masih tersusun rapi, pada tempatnya bahkan tidak ada yang berkurang.Allaric mengepalkan tangannya, ia kembali memeriksa lemari yang lainnya. Bahkan, perhiasan saja, masih berada di tempatnya. Allaric teringat akan id card, yang diminta Kirana tempo hari. Rahang Allaric mengeras, ia mengertakan giginya kesal."Jadi, selama ini. Kau hanya berpura-pura, untuk menarik simpati serta untuk mendapat kepercayaan dariku," gumam Allaric kesal.Alan yang baru tiba, terkejut melihat kondisi kamar yang sudah seperti diterjang badai."Ada apa?" tanya Alan."Dia kabur, tanpa membawa apapun selain apa yang ia kenakan dan tanda pengenalnya," jawab Allaric geram."Kau memberikannya?" tanya Allaric lagi."Kau pikir aku gila, jika memberikannya

  • Cinta Di Ujung Senja   Menyusun Rencana

    Kirana kembali ke mansion, tanpa menghiraukan sapaan dari para pelayan, ia berjalan langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kirana kembali mengingat, dua tubuh yang penuh keringat. Sedang bergumul di atas ranjang, yang juga sering ia gunakan.Kirana meremas kasar rambutnya, berusaha untuk mengusir dan menghapus pemandangan yang baru saja ia saksikan. Kirana kembali mengingat, apa yang dikatakan Cindy? Wanita itu berkata benar, Allaric memang masih seperti dulu. Sampai kapanpun, pria itu tidak akan pernah bisa berubah.Kirana merenungi kebodohannya. Mengapa ia, cepat percaya dengan semua yang Allaric katakan? Kirana pun memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Ia segera beranjak kembali dari duduknya dan berjalan menuju pintu.Ceklek....Kirana menghentikan langkahnya, saat melihat beberapa pelayan yang menyapanya. Kirana hanya tersenyum tipis, sembari menutup pintu d

DMCA.com Protection Status