Share

BAB 64

Author: Amanda13
last update Last Updated: 2025-01-11 10:00:00

Setelah berhasil membangun kolaborasi antar-desa dan memperkenalkan program pendidikan digital, Kirana dan Adrian menyadari bahwa fokus berikutnya adalah memastikan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan global yang terus berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim, yang mulai memengaruhi pola panen, sumber air, dan kestabilan ekonomi desa.

“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” ujar Adrian dalam rapat bersama tim Ruang Harapan. “Ketahanan komunitas adalah kunci.”

Langkah awal yang mereka ambil adalah memperkenalkan program pertanian berkelanjutan. Dengan menggandeng para ahli, mereka mengadakan pelatihan tentang penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi tetes, kompos organik, dan tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.

Pak Budi, seorang petani kopi di Desa Asa, menjadi salah satu peserta pertama. “Awalnya saya ragu, tetapi setelah mencoba, saya melihat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 1

    Adrian Hartanto, CEO NextWave, duduk di ruang rapat kaca dengan ekspresi dingin. Dia baru saja menyelesaikan presentasi strategi pertumbuhan perusahaan untuk kuartal berikutnya, dan ruangan itu penuh dengan keheningan tegang. Para manajer senior mengangguk, mencatat setiap detail, terlalu takut untuk mempertanyakan idenya. Adrian selalu perfeksionis, seorang pemimpin yang tidak pernah menerima kegagalan sebagai jawaban.Namun, di balik tatapan tajamnya, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. NextWave, startup yang ia dirikan dari nol, sedang menghadapi tekanan besar. Sebuah proyek besar—peluncuran platform teknologi baru yang diharapkan akan menjadi titik balik perusahaan—sedang tertunda, dan ini bisa memengaruhi reputasi mereka di pasar. Dia tahu bahwa dia membutuhkan orang baru untuk memimpin proyek ini, seseorang yang bisa berpikir di luar kebiasaan dan tidak takut mengambil risiko.Di saat itulah, ia mendengar ketukan di pintu. Sekretarisnya, Laila, masuk dengan membawa berkas.“Pak Ad

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 2

    Kirana menarik napas panjang di depan pintu kaca besar bertuliskan “NextWave - Innovate Your Future.” Hari pertamanya sebagai project manager resmi dimulai, dan meski ia berusaha terlihat tenang, dadanya berdebar. Kantor ini jauh lebih modern daripada tempat kerjanya sebelumnya—dengan ruang terbuka, meja-meja minimalis, dan karyawan yang sibuk dengan laptop masing-masing.Saat masuk, Laila, sekretaris Adrian, menyambutnya dengan senyum profesional. “Selamat pagi, Kirana. Pak Adrian ingin bertemu Anda sebelum Anda mulai.”Tentu saja, pikir Kirana sambil tersenyum tipis. Dia sudah menduga akan ada sesi penyambutan yang lebih menyerupai ujian daripada perkenalan.Kirana mengikuti Laila menuju ruang rapat utama. Ketika pintu terbuka, Adrian sudah duduk di ujung meja, mengenakan jas abu-abu yang sempurna seperti biasanya, dengan ekspresi serius yang tampaknya sudah menjadi ciri khasnya.“Selamat datang di NextWave,” katanya singkat, tanpa basa-basi. “Saya ingin Anda tahu bahwa proyek ini a

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 3

    Hari pertama Kirana di tim NextWave telah usai, tapi malam itu kepalanya dipenuhi daftar tugas yang belum selesai. Pagi harinya, Kirana tiba di kantor lebih awal. Ia yakin, untuk mengelola tim dengan baik, ia harus memulai dengan memberikan contoh. Namun, setibanya di sana, suasana kantor sudah lebih sibuk dari yang ia duga.Amara terlihat asyik mendiskusikan desain antarmuka dengan Johan, sementara Rendy mengetik dengan cepat di laptopnya, ekspresinya serius seperti biasa. Arif, yang tampak ceria, sedang membagi hasil analisis awal kepada Tina. Kirana merasa lega melihat semangat awal ini, tapi ia tahu itu hanyalah permukaan.“Pagi, Mbak Kirana!” sapa Arif dengan semangat. “Saya sudah menyiapkan laporan kecil untuk analisis kebutuhan klien. Ada beberapa poin yang sepertinya bisa kita tambahkan.”Kirana tersenyum dan menerima dokumen itu. “Terima kasih, Arif. Kerja bagus.”Namun, saat ia mulai membaca laporan itu, langkah cepat seseorang terdengar mendekati mejanya.“Pagi, Kirana,” uj

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 4

    Pagi di kantor NextWave dimulai dengan lebih ramai dari biasanya. Kirana memperhatikan anggota timnya terlihat lebih fokus, meskipun ada lingkaran gelap di bawah mata beberapa dari mereka. Itu bukan pertanda baik—tekanan pekerjaan mulai terlihat. Namun, Kirana tahu ia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Sebagai pemimpin, ia harus menjaga semangat mereka tetap tinggi.Saat memulai briefing pagi, Kirana menatap satu per satu anggota timnya. “Kita telah membuat kemajuan yang signifikan dengan simulasi data, dan itu semua berkat kerja keras kalian. Tapi kita belum selesai. Hari ini, saya ingin memastikan semua komponen sudah sinkron sebelum data asli dari vendor tiba. Johan, bagaimana perkembangan sistem backend?”Johan mengusap wajahnya yang terlihat letih. “Backend sudah hampir selesai. Tapi ada beberapa fitur tambahan dari klien yang belum saya pahami secara teknis. Saya mungkin perlu waktu lebih untuk mendalaminya.”“Kita bisa atasi itu bersama,” balas Kirana. “Amara, desain antarmuka s

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 5

    Keesokan paginya, Kirana tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Hawa dingin masih terasa, dan hanya beberapa lampu di lantai kantor yang sudah menyala. Dengan secangkir kopi di tangan, ia berjalan menuju ruang kerja bersama timnya.Hari ini adalah hari penting. Kirana dan tim harus menyelesaikan simulasi akhir sebelum data asli dari vendor tiba. Ia tahu bahwa setiap kesalahan kecil bisa menjadi bencana besar nantinya.Namun, begitu ia membuka laptop, sebuah pesan pop-up dari Tina langsung menarik perhatiannya.Tina: Mbak, saya baru saja mendapat kabar dari vendor. Data asli mereka tidak akan sesuai dengan format yang kita harapkan.Kirana membacanya dengan alis berkerut. “Tidak sesuai format? Apa maksudnya ini?” pikirnya.Tanpa membuang waktu, ia segera menelepon Tina, yang masih dalam perjalanan ke kantor.“Tina, apa maksud pesan kamu tadi? Kenapa datanya tidak sesuai?”“Mbak, mereka bilang ada perubahan dalam cara mereka menyimpan data. Saya juga baru tahu pagi ini,” jawab Tina de

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 6

    Pagi itu, Kirana bangun dengan rasa lelah yang masih tersisa dari hari sebelumnya. Namun, ia tahu tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Dengan secangkir kopi di tangan, ia memeriksa jadwal hari ini di ponselnya. Beberapa rapat, satu diskusi dengan tim, dan tentu saja, tindak lanjut dari presentasi kemarin dengan klien.Kirana tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Beberapa karyawan lain baru saja datang, termasuk Tina yang melambai sambil tersenyum.“Mbak Kirana, kemarin saya dengar dari Rendy, presentasi sama klien berjalan lancar ya?” tanya Tina dengan antusias.Kirana tersenyum tipis. “Lumayan lancar, walaupun banyak pertanyaan sulit. Tapi tim kita sudah melakukan yang terbaik.”“Syukurlah,” sahut Tina. “Oh ya, saya sudah susun laporan mingguan. Nanti tinggal Mbak review saja.”“Terima kasih, Tina. Kamu memang selalu bisa diandalkan,” jawab Kirana sebelum melangkah ke ruang kerjanya.Kehadiran yang MengejutkanSaat Kirana tengah sibuk membaca laporan mingguan dari Tina, sebuah

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 7

    Pagi itu, suasana kantor NextWave tidak seperti biasanya. Ada ketegangan yang tidak terlihat namun terasa di udara. Kirana merasakan ada sesuatu yang salah begitu ia masuk ke ruang kerja timnya.Amara dan Johan, yang biasanya terlihat akrab, kali ini saling diam di meja masing-masing. Rendy tampak sibuk dengan laptopnya, tetapi dari raut wajahnya, Kirana tahu pikirannya tidak sepenuhnya di sana.Kirana meletakkan tasnya, lalu berjalan mendekati meja Amara. “Pagi, Amara. Kamu kelihatan murung. Ada masalah?”Amara hanya menggeleng tanpa menoleh. “Tidak apa-apa, Mbak.”Kirana mengerutkan dahi. Ia tahu Amara tidak biasa bersikap seperti ini. Ia kemudian mendekati Johan.“Johan, ada yang terjadi?” tanyanya dengan nada lembut.Johan mendesah pelan. “Nggak tahu, Mbak. Tadi pagi Amara tiba-tiba jadi dingin sama saya. Saya rasa ini ada hubungannya dengan hasil revisi desain yang saya minta minggu lalu.”Kirana mulai memahami sumber masalahnya. Sebagai pemimpin tim, ia tahu konflik kecil sepert

    Last Updated : 2024-12-03
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 8

    Kantor NextWave dipenuhi keheningan yang mencekam. Meski suara ketikan keyboard terdengar di mana-mana, atmosfernya berat, seperti tali yang terus ditarik hingga hampir putus. Kirana duduk di ruangannya, menatap papan tulis penuh dengan jadwal dan revisi. Waktunya semakin sempit, dan timnya berada di ambang kelelahan.Namun, siang itu, sebuah email dari klien masuk. Subjeknya membuat darah Kirana berdesir: “Urgent: Final Changes Discussion”.Ia membuka email itu dengan tangan gemetar. Isinya seperti pukulan keras:“Kami meminta perubahan tambahan yang harus disertakan dalam waktu 48 jam. Jika ini tidak dipenuhi, kami akan mempertimbangkan pihak lain untuk melanjutkan proyek.”Kirana terdiam. Napasnya terasa sesak. Ancaman ini tidak hanya mempertaruhkan proyek, tapi juga reputasi NextWave.Pertemuan DaruratKirana memanggil seluruh tim ke ruang rapat. Raut wajah mereka mencerminkan kelelahan dan kekhawatiran. Johan membawa laptopnya dengan langkah berat, sementara Amara hanya memandang

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 64

    Setelah berhasil membangun kolaborasi antar-desa dan memperkenalkan program pendidikan digital, Kirana dan Adrian menyadari bahwa fokus berikutnya adalah memastikan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan global yang terus berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim, yang mulai memengaruhi pola panen, sumber air, dan kestabilan ekonomi desa.“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” ujar Adrian dalam rapat bersama tim Ruang Harapan. “Ketahanan komunitas adalah kunci.”Langkah awal yang mereka ambil adalah memperkenalkan program pertanian berkelanjutan. Dengan menggandeng para ahli, mereka mengadakan pelatihan tentang penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi tetes, kompos organik, dan tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.Pak Budi, seorang petani kopi di Desa Asa, menjadi salah satu peserta pertama. “Awalnya saya ragu, tetapi setelah mencoba, saya melihat

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 63

    Setelah melihat dampak signifikan dari program Ruang Harapan di Desa Asa, Kirana dan Adrian mulai merancang langkah untuk menjangkau desa-desa yang lebih terpencil. Mereka sadar bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Infrastruktur yang minim, akses komunikasi yang sulit, dan jarak yang jauh menjadi tantangan besar. Namun, tekad mereka untuk membawa perubahan lebih luas terus membara.“Kita harus percaya bahwa di setiap desa, selalu ada potensi tersembunyi,” kata Adrian saat mempresentasikan rencana ekspansi mereka kepada tim.Desa pertama yang mereka tuju adalah Desa Langkat, yang terletak di perbukitan dengan akses jalan yang rusak parah. Perjalanan ke desa itu memakan waktu hampir sepuluh jam, tetapi setibanya di sana, mereka disambut dengan antusias oleh para warga yang telah mendengar kisah sukses Desa Asa.“Selamat datang di Desa Langkat,” kata seorang pemuda bernama Arga, yang kemudian menjadi perwakilan komunitas setempat. “Kami sudah menunggu kesempatan ini.”Kirana tersenyum.

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 62

    Setelah bertahun-tahun mengembangkan Ruang Harapan, Kirana dan Adrian akhirnya mencapai titik di mana program mereka mulai dikenal secara internasional. Sejumlah organisasi global mengundang mereka untuk berbagi pengalaman tentang pemberdayaan komunitas dan pengembangan desa berbasis kearifan lokal.Salah satu undangan datang dari sebuah konferensi besar di Eropa yang membahas pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Kirana awalnya ragu untuk menerima undangan itu. “Aku tidak terbiasa berbicara di depan banyak orang, apalagi di tingkat internasional,” katanya pada Adrian.“Tapi kamu adalah inti dari semua ini, Kirana,” ujar Adrian meyakinkan. “Tidak ada yang lebih tahu tentang perjalanan kita selain kamu.”Setelah berdiskusi panjang, Kirana akhirnya setuju untuk berbicara di konferensi tersebut. Ia menganggap ini sebagai kesempatan untuk membawa cerita komunitas mereka ke dunia yang lebih luas.Pada hari konferensi, Kirana berdiri di panggung

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 61

    Setelah berbagai pencapaian yang mereka raih, Kirana dan Adrian menyadari bahwa langkah berikutnya adalah memastikan keberlanjutan Ruang Harapan. Mereka mengadakan rapat besar bersama para pemimpin lokal dan tim inti untuk menyusun strategi jangka panjang.“Kita tidak hanya bisa bergantung pada semangat awal,” ujar Kirana dengan nada serius. “Kita perlu membangun sistem yang dapat berjalan meski tanpa keterlibatan langsung kita di masa depan.”Adrian menambahkan, “Langkah pertama adalah menciptakan struktur organisasi yang lebih solid. Kita butuh pemimpin lokal yang benar-benar memahami visi kita, dan yang terpenting, mampu menginspirasi orang lain.”Dalam diskusi tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan yang akan melatih generasi muda dari berbagai desa untuk mengambil peran sebagai pemimpin komunitas.Namun, tidak semua rencana berjalan mulus. Ketika Ruang Harapan mulai berkembang lebih besar, muncu

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 60

    Setelah bertahun-tahun membangun Ruang Harapan dari nol, Kirana dan Adrian akhirnya diundang untuk berbicara di sebuah konferensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan di Jenewa, Swiss. Acara ini mempertemukan para pemimpin dari berbagai negara yang memiliki visi untuk menciptakan dunia yang lebih baik.“Ini kesempatan besar untuk membagikan kisah kita,” ujar Adrian dengan semangat.Namun, Kirana merasa gugup. “Apa yang bisa kita sampaikan di panggung sebesar itu? Kita hanya memulai dari desa kecil.”Adrian menggenggam tangannya. “Justru itu yang membuat cerita kita istimewa. Kita membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.”Di konferensi tersebut, mereka berbicara tentang pentingnya melibatkan komunitas lokal dalam setiap proses pembangunan. Presentasi mereka, yang dilengkapi dengan cerita nyata dari desa-desa yang mereka bantu, mendapat tepuk tangan meriah dari audiens.Salah satu peserta dari sebuah organisasi internasional mendekati mereka setelah

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 59

    Setelah menanamkan fondasi kuat di komunitas yang mereka dampingi, Kirana dan Adrian menyadari bahwa keberlanjutan program bergantung pada semangat generasi muda. Di setiap desa yang mereka kunjungi, mereka mulai melihat potensi luar biasa di antara anak-anak muda yang penuh semangat dan kreativitas.“Kita harus memberi mereka ruang untuk berinovasi,” ujar Kirana saat rapat bersama tim. “Mereka adalah masa depan dari semua yang kita bangun.”Adrian mengusulkan pembentukan forum pemuda di setiap komunitas. Forum ini bertujuan untuk menampung ide-ide baru dan memberikan dukungan bagi generasi muda untuk memulai proyek mereka sendiri. Salah satu program awal adalah kompetisi inovasi desa, di mana para peserta diminta untuk menciptakan solusi kreatif bagi tantangan yang mereka hadapi.Di desa kopi, Fajar, seorang remaja yang sudah aktif dalam pelatihan sebelumnya, mengajukan ide unik untuk menciptakan aplikasi sederhana yang menghubungkan petani lokal dengan pembeli secara langsung. Ide i

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 58

    Setelah beberapa tahun membangun Ruang Harapan hingga mencapai keberhasilan yang dirasakan saat ini, Kirana dan Adrian merasa terpanggil untuk membawa visi mereka ke skala yang lebih besar. Namun, tantangan yang mereka hadapi pun semakin kompleks, terutama terkait manajemen organisasi yang semakin besar dan kebutuhan untuk mempertahankan budaya kerja yang inklusif di tengah pertumbuhan.“Aku merasa kita mulai kehilangan sentuhan personal dengan komunitas,” ungkap Kirana dalam rapat tim inti. “Aku takut kita terlalu fokus pada ekspansi dan lupa menjaga kedekatan dengan orang-orang yang telah kita bantu.”Adrian mengangguk setuju. “Itu memang risiko dari pertumbuhan. Tapi kita bisa mencari cara untuk memastikan setiap cabang tetap menjaga hubungan yang erat dengan komunitas mereka.”Untuk mengatasi hal ini, mereka memutuskan untuk membentuk tim khusus yang bertugas memperkuat hubungan dengan komunitas lokal. Tim ini akan bertugas mengumpulkan masukan langsung dari masyarakat dan memasti

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 57

    Dengan Ruang Harapan yang semakin berkembang, Kirana dan Adrian mulai memikirkan bagaimana mereka bisa menciptakan dampak yang lebih besar. Mereka ingin memastikan bahwa program-program mereka tidak hanya menyentuh komunitas kecil, tetapi juga mampu menjadi model pemberdayaan yang bisa diterapkan di berbagai tempat.“Adrian, aku merasa kita perlu mendokumentasikan semua proses yang telah kita lakukan. Supaya orang lain juga bisa belajar,” usul Kirana saat mereka berbincang di ruang kerja.Adrian mengangguk setuju. “Aku setuju. Kita bisa membuat panduan atau semacam manual tentang bagaimana membangun program pemberdayaan berbasis komunitas. Itu akan menjadi kontribusi kita untuk masyarakat luas.”Mereka mulai mengumpulkan catatan, foto, dan video dari perjalanan mereka selama membangun Ruang Harapan. Tim dokumentasi bekerja keras untuk menyusun buku panduan yang berisi langkah-langkah praktis, tantangan yang mereka hadapi, serta solusi yang telah mereka temukan.Sementara itu, program

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 56

    Setelah perayaan ulang tahun pertama Ruang Harapan, Kirana dan Adrian semakin fokus pada langkah-langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan proyek mereka. Namun, dengan pertumbuhan yang semakin pesat, muncul tantangan baru, terutama dalam hal menjaga konsistensi visi di setiap cabang.“Kita perlu memastikan bahwa setiap cabang tetap setia pada nilai-nilai Ruang Harapan,” ujar Kirana saat rapat tim manajemen. “Aku tidak ingin kita menjadi terlalu besar tetapi kehilangan arah.”Adrian menyarankan untuk mengadakan pelatihan intensif bagi para pemimpin cabang. “Kita harus menjadikan mereka penjaga visi ini, memastikan bahwa semangat Ruang Harapan selalu terjaga di setiap lokasi.”Pelatihan itu diadakan di akademi pelatihan baru yang mereka dirikan dengan bantuan pemerintah daerah. Selama beberapa minggu, para pemimpin cabang dari berbagai desa berkumpul untuk belajar tentang manajemen, komunikasi, dan nilai-nilai inti Ruang Harapan.Di salah satu sesi, Kirana berbicara tentang penti

DMCA.com Protection Status