Share

Terasa Dicampakkan

“Nyonya Bella, airnya mendidih!” Teriakan Diana, pelayan yang sudah mengasuh Sagar sejak kecil. Saat ini, Bella bersama dengan Diana sedang menghabiskan waktunya untuk mencoba memasak menu baru.

Sebenarnya bisa saja Diana memasaknya dengan para pelayan yang lain. Namun, Nyonya di rumah ini suka sekali memasak. Jadi, beberapa masakan dimasak sendiri oleh Bella dikala senggang.

Seperti saat ini contohnya. Setelah istirahat sejenak setelah pulang dari pekerjaannya sebagai ahli gizi, Bella pun pergi ke dapur dan mengajak Diana untuk memasak bersama dengannya.

“Ya ampun, untung airnya tidak sampai tumpah,” ucap Bella sembari mematikan kompor.

Diana menggeleng-geleng saat melihat kelakuan Bella. Akhir-akhir ini, rasanya ada yang aneh dengan wanita itu. Diana sering mendapati Bella melamun sendirian di kursi, bahkan tadi ia juga melamun sampai tidak memperhatikan masakannya.

Bella yang biasanya menonton televisi itu pun akhir-akhir ini seperti menjauhinya, seolah tidak ingin mendengar berita terbaru. Beberapa kali Diana juga mendengar Bella menghela napas berat dengan menunjukkan raut wajah sedih.

“Kalau lelah, lebih baik Nyonya istirahat saja. Sup rumput lautnya sudah mau jadi, biar Bibi Diana saja yang urus sisanya dan antarkan ke Nyonya ketika sudah matang,” tawar Diana dengan penuh perhatian.

tampak diam merenung. Lagi-lagi ia menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangguk menyetujui tawaran Diana. “Kalau begitu aku istirahat dulu, ya?”

Wanita itu berjalan menuju ruang tengah. Ia memutuskan untuk mendengarkan beberapa lagu untuk memperbaiki suasana hatinya. Semenjak kejadian di mana ia dan Sagar menghabiskan malam bersama, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Bella kesal dengan sikap Sagar yang menganggap kejadian itu tidak pernah terjadi. Harga diri Bella hancur. Ia tahu jika Sagar memang tidak suka dan selalu bersikap dingin, tetapi tidak seharusnya Sagar memperlakukan Bella seperti seorang kupu-kupu malam.

Bella ingin Sagar bertanggung jawab, tetapi apa yang pria itu harus tanggungjawabkan? Dia dan pria itu sudah menikah.

Belum selesai dengan kejadian itu, Bella semakin dihancurkan dengan berita di mana Sagar digosipkan dengan memiliki hubungan dengan Laura Guan, seorang aktris papan atas.

“Nyonya …,” panggil Diana pelan. Wanita itu datang dengan nampan berisi sup rumput laut dan segelas cokelat hangat, “saya tidak tahu masalah apa yang sedang Nyonya hadapi saat ini, tapi saya harap masalah ini cepat selesai, ya. Semoga dengan memakan ini bisa membuat perasaan Anda membaik.”

“Terima kasih, Bibi Diana,” balas Bella dengan senyum yang dipaksakan.

***

Mata wanita itu membelalak ketika melihat siapa yang keluar dari balik kegelapan ruang tamu. Bella memang mengira jika itu adalah Sagar melihat dari jam berapa saat ini, karena Sagar biasanya memang pulang sekitar jam 9 ke atas.

Akan tetapi, yang membuat Bella terkejut adalah kondisi pria itu sekarang. Sagar yang berjalan sempoyongan Bella kira telah menegak beberapa gelas alkohol.

Namun, ternyata Bella salah besar.

Lebam-lebam ungu menghiasi wajah Sagar. Sobekan di sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darh, belum lagi hidungnya yang mimisan, dan matanya yang tidak bisa membuka dengan lebar karena membengkak.

“Tuan Sagar!” pekik Bella yang dengan cepat menghampiri suaminya itu. Sayangnya, saat Bella berusaha menyentuh bahu Sagar untuk membantunya berjalan, ia justru ditepis oleh pria itu.

“Jangan dekat-dekat,” perintah Sagar dan membuat Bella menghentikan gerakannya.

Bella terdiam menatap khawatir pada Sagar yang berjalan sempoyongan menuju kamarnya. Pintu kamar itu segera tertutup dengan rapat, menandakan jika kehadiran Bella sama sekali tidak dibutuhkan oleh Sagar.

Sagar yang sudah sendirian di dalam kamarnya segera berjalan menuju kamar mandi. ia melepaskan semua pakaiannya dengan perlahan karena berusaha menahan rasa sakit pada seluruh badannya.

Bekas luka pukulan ada di mana-mana, tidak hanya di wajahnya saja, tetapi juga ada di lengan, kaki, bahu, punggung, bahkan sampai perutnya juga. Belum lagi luka gores yang butuh tindakan pengobatan segera.

Namun, Sagar lebih memutuskan untuk membersihkan badannya, mengganti pakaiannya dengan yang lebih layak, lalu membenamkan diri pada ranjang empuknya. Meski perut itu terasa sangat lapar setelah kehabisan tenaga untuk perkelahian, Sagar tidak peduli. Ia memejamkan matanya dan memaksakan diri untuk terlelap.

***

Jam menunjukkan pukul dua belas lewat saat Sagar membuka kedua matanya dan terjaga. Ia bergerak gelisah. Seluruh badannya terasa sangat sakit. Sendi-sendinya tidak bisa digerakkan seolah kaku.

“Panas … dingin …,” racau Sagar yang tidak bisa merasakan badannya dengan baik. Ia bergerak perlahan memegangi dahinya yang terasa panas.

“Apa aku … demam?” lirih Sagar dengan suara yang amat pelan.

Sagar ingin bangun, mengisi perut, lalu meminum obat. Namun, rasa sakit yang menjalar membuatnya urung melakukan itu semua. Ia lebih memilih untuk menahan rasa sakit dan tetap berada di atas tempat tidur.

Meski berusaha keras untuk melanjutkan tidurnya, Sagar tetap tidak bisa. Ia terus mengeluh kesakitan dan bergerak gelisah. Ranjang yang biasanya empuk justru terasa tidak nyaman layaknya tidur di atas rumput berduri. Seberapa keras ia memejamkan mata, Sagar tidak juga terlelap.

Akhirnya, Sagar memutuskan untuk bangkit dengan kekuatannya yang tersisa. Meski rasanya ditusuk oleh pisau di sana-sini, Sagar tetap berusaha untuk berjalan ke luar kamar. Rasa haus menyerang tenggorokannya dan membuat Sagar ingin minum.

Mungkin ia juga akan mengambil beberapa obat dan makanan kecil.

Krieet!

Suara pintu kulkas yang dibuka membuat Sagar menoleh. Ia berjalan menuju kulkas yang terbuka itu. Dari remang-remang cahaya kuning lampu kulkas, terlihat sosok wanita sedang berdiri.

“Hey … apa yang-”

“Pfft!”

“AP–” Sagar terkesiap saat merasakan semburan air dingin membasahi wajah dan lehernya. Ia menatap wanita di depannya dengan pandangan tidak percaya.

“Waa! Tuan Sagar! Maafkan saya!” seru Bella dengan panik.

Karena haus, Bella memutuskan untuk mengambil air minum di kulkas karena persediaan air minum di kamarnya sudah habis. Bella tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Sagar di tengah malam begini. Terlebih lagi, Bella sudah melakukan hal yang sangat tidak sopan pada Sagar.

Dengan tangan bergetar, Bella mengambil tisu yang ada di dekatnya untuk mengelap air yang membasahi Sagar. Wanita itu benar-benar panik. Ia takut jika Sagar akan sangat murka kepadanya. Ia tidak mau Sagar bersikap semakin dingin terhadap dirinya.

“Bella, ber- henti …,” gumaman lirih dari Sagar membuat Bella menghentikan gerakannya. Sebenarnya, karena kecilnya suara Sagar, Bella jadi tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh pria itu.

Tangan Bella yang memegang pipi dan bahu Sagar membuat wanita itu menyadari satu hal. Kulit pria itu sangat panas. Merasa belum yakin, Bella tanpa sadar bergerak mengusap pipi Sagar dan mengangkat rambutnya yang agak basah.

Benar saja sesuai dengan dugaannya. Suhu badan Sagar tidak seperti manusia pada umumnya, sangat panas dan berbeda jauh dengan suhu badannya. Tak sampai di situ, Bella pun menyadari jika wajah tampan Sagar sudah pucat pasi.

“Tuan Sagar, Anda demam!” pekik Bella.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status