Pria itu ingin sekali menepis tangan Bella seperti yang tadi ia lakukan. Namun, tenaganya sudah habis hanya untuk membuatnya tetap berdiri dan tidak kehilangan kesadarannya. Maka dari itu, Sagar membiarkan tangan sejuk Bella menyentuh kulitnya.
“Kamu harus segera diobati. Ayo, kembali ke kamarmu!” ajak Bella. Wanita itu dengan sabar membawa Sagar yang menopang setengah berat tubuh pada dirinya.
Meski keberatan, tetapi Bella tetap membawa Sagar kembali ke kasurnya.
Tubuh berat Sagar sudah kembali berbaring di atas kasurnya. Ternyata, cukup lelah juga membopong badan pria kekar meski hanya beberapa meter saja. Atasan kaos Bella sudah basah dengan keringatnya.
“Ha … us …,” lirih Sagar. Tujuan awalnya ke dapur adalah untuk minum, tetapi ia justru mendapatkan semburan air dingin di wajahnya.
“Tunggu sebentar!” Bella segera berlari kecil ke dapur dan mengambil satu teko penuh berisi air hangat dengan madu dan lemon, juga segelas air putih jika Sagar membutuhkannya.
Sagar meminumnya dibantu dengan Bella. Wanita itu bahkan mengganti atasan Sagar yang basah, entah karena keringat maupun bekas air semburannya. Napas Bella tertahan saat ia mendapati betapa banyaknya luka lebam yang ada di tubuh Sagar. Bella mengoleskan obat pereda nyeri pada bagian tubuh yang lebam itu, lalu membantu Sagar memakai piyamanya yang baru.
Napas Sagar terdengar sangat berat dan menderu. Matanya terpejam sangat erat dengan alisnya yang mengerut. Meski terlihat seperti tertidur, Sagar tampak tidak nyaman.
“P-papa … Mama ....”
Gerakan tangan Bella terhenti saat mendengar Sagar mengigau. Ia menatap pria yang bergerak dengan gelisah itu. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Keringat sebesar biji jagung menghiasi dahi Sagar meski berulang kali Bella mengusapnya dengan kompres air hangat.
“Ku-kumohon … jangan … per … gi.”
Rasa iba datang menghampiri Bella. Yang wanita itu tahu, Sagar memang sejak kecil dirawat bersama dengan Kakek Zoku karena kedua orang tuanya yang meninggal dikala Sagar masih belia. Meski saat ini Sagar berusia 30 tahun, tetapi pasti masih ada sisi di mana pria ini merindukan kasih sayang dari orang tuanya.
Igauan Sagar semakin parah dan terlihat sekali jika pria itu sedang bermimpi buruk. Berulang kali Bella menggoyangkan bahu Sagar agar pria itu tersadar, tetapi Sagar tidak kunjung membuka matanya.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Bella pada dirinya sendiri.
Sebuah ide terlintas dalam benak pikirnya. Dengan ragu-ragu, Bella menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Sagar, sementara tangannya yang satu lagi mengusap pelan kepala pria itu.
“Tuan … Tuan …,” panggil Bella dengan suara lembut. Ajaib, gerakan Sagar yang awalnya tidak tenang berangsur-angsur tenang. “Tidak apa-apa, sekarang ada aku di sini ....”
Entah keberanian apa yang sedang merasuki Bella saat ini hingga membuatnya berani melakukan hal ini pada pria yang sangat membencinya itu. Yang ada di pikiran Bella hanyalah bagaimana membuat Sagar tertidur dengan tenang.
“Sekarang kamu tidak sendirian,” hibur Bella sekali lagi. Tangannya tidak berhenti menenangkan Sagar.
“Aku … tidak sendirian?” Mata jelaga itu terbuka sedikit, menatap Bella yang terkejut karena Sagar yang terbangun. Mata yang biasanya menatapnya dingin itu kini berkaca-kaca seperti halnya anak kecil yang ingin menangis.
“Iya … Tuan Sagar tidak sendirian. Ada Kakek Zoku, Bibi Hana, dan … aku di sisimu,” ucap Bella.
“Benarkah?” tanya Sagar dengan suara parau. Kini, Bella yakin jika Sagar sedang mengigau dan tidak seratus persen sadar. Bella mengangguk menjawabnya. “Apa buktinya kalau kamu ada di sini?”
Bella mengernyit, tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Tatapan mata Sagar menatap kedua mata Bella tanpa berkedip dan berhasil membuat sang pemilik kelabakan–salah tingkah.
Tiba-tiba, tangan Bella dengan cepat melingkar di badan Sagar. “Ini buktinya. Kalau Tuan Sagar merasa kesepian, saya akan selalu berada di sisi Anda dan terus memeluk Anda seperti ini sampai Anda tidak lagi merasa kesepian!”
Tidak ada jawaban dari Sagar. Pria itu tampak melamun, menatap jauh entah ke mana. Perlahan, mata itu kembali terpejam dan kini suara deru napasnya mulai beraturan.
Cukup lama Bella dalam posisi mendekap pria itu sembari menunggu Sagar benar-benar terlelap. Bella takut gerakan kecil bisa membuat Sagar terbangun. Namun sebenarnya, yang lebih Bella pusingkan saat ini adalah detak jantungnya yang kacau dan membuat wajahnya terasa panas.
Belum selesai dengan itu, tangan kekar Sagar bergerak membalas pelukan Bella, membuat Bella semakin tidak bisa bergerak ke mana-mana.
***
“Apa yang terjadi semalam?” bisik Sagar entah pada siapa.
Pria itu terbangun dengan rasa pusing, tetapi badannya terasa lebih baik daripada semalam. Rasanya, demam tinggi itu mulai menghilang meski belum benar-benar pergi.
Sebuah tangan ramping melingkar di pinggang Sagar. Pantas saja Sagar merasa ada beban yang tidak biasa. Ternyata itu adalah istrinya yang sedang tertidur dengan memeluknya.
“Hah?” Akhirnya Sagar tersadar sepenuhnya. Sagar pikir penglihatannya sedang terganggu, tetapi saat tangannya menyentuh wajah damai Bella, Sagar jadi yakin jika Bella memang tidur di sampingnya, memeluknya.
“Hei, bang–”
“Nggh, sebentar saja,” racau Bella dengan mengambil tangan Sagar yang menyentuh bahunya.
Pria itu terdiam dan hanya bisa menghela napas panjang. Badannya masih terasa sakit dan kekuatannya belum kembali seratus persen. Ia ingin menggeser tubuh Bella, tetapi melihat betapa nyenyaknya tidur Bella membuat pria itu mengurungkan niatnya. Matanya diam-diam mencuri pandang ke arah istrinya.
Wajah Bella itu cantik, enak dipandang, dan Sagar baru menyadari hal itu sekarang. Deru napas Bella yang tenang entah mengapa memberikan sensasi tersendiri bagi Sagar.
Tanpa sadar, seulas senyum tipis tercipta di bibir Sagar. Tangannya perlahan berusaha melepaskan diri dari genggaman Bella dan bergerak menyentuh wajah wanita itu, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan Sagar pada wajah Bella.
“Nggh.” Satu keluhan lagi-lagi tercipta dari Bella. Sagar segera menarik tangannya yang dengan jahil menjelajahi setiap inchi wajah Bella. Mata itu perlahan-lahan bergerak, menandakan jika Bella akan segera tersadar.
Kepanikan melanda Sagar. Tanpa berpikir panjang, ia segera merebahkan badannya dan memejamkan mata, berpura-pura masih tertidur.
Tebakan Sagar ternyata benar. Kasur yang bergoyang pelan menandakan jika Bella sudah bangun dari tidurnya. Sama seperti Sagar yang terkejut dengan keberadaan Bella di sampingnya, Bella pun demikian. Wajah wanita itu memerah seperti tomat saat ia berusaha menarik tangannya yang dengan lancang memeluk Sagar. Ia semakin terkejut saat melihat ternyata Sagar juga balas memeluknya.
Diam-diam Bella melirik Sagar yang ia kira masih tertidur. Wajah tampan suaminya dengan rambut acak-acakan benar-benar seksi, dan Bella mengakui hal itu. Tidak mau terlarut dalam detak jantungnya yang berisik, Bella berusaha melepaskan diri dari Sagar.
'Apa sih yang aku lakukan semalam?' rutuk Bella pada dirinya sendiri. Ia memegangi wajahnya yang panas dan segera keluar dari kamar Sagar. Tak lupa, ia meminta Bibi
Diana untuk menyiapkan makanan yang mudah ditelan dan obat pereda sakit untuk Sagar.
***
Beberapa hari setelahnya, Sagar sudah bisa bergerak dengan bebas. Demamnya sudah turun dan lebam-lebam di badannya mulai berkurang hampir sepenuhnya. Sagar juga sudah mulai kembali bekerja dan bersikap seperti biasa.
Akan tetapi di sisi lain, Bella justru merasakan sebaliknya. Ia sering mengeluh mual dan sering merasa pusing. Pernah suatu hari ia terpaksa tidak masuk kerja karena badannya yang terasa lemah.
Tak hanya itu, perasaan Bella juga suka naik-turun, tidak jauh beda dengan roller-coaster. Pagi hari dia akan sangat senang, lalu siang hari ia akan berubah sedih. Ia sering menangis diam-siam saat melihat hal sepele seperti kucing yang terlantar atau kesal karena mengingat gosip Sagar dan Laura.
Ting!
Notifikasi dalam ponsel Bella menarik perhatian wanita itu. Terlihat kalimat yang memberitahukan jika jadwal datang bulannya tidak juga datang dan mengingatkannya untuk segera mengecek badannya.
“Ternyata sudah terlambat sampai berminggu-minggu,” gumam Bella yang baru menyadarinya.
Malam di mana Bella menghabiskan waktunya dengan Sagar segera muncul dalam benaknya. Bella segera menggelengkan kepala saat membayangkan sesuatu.
'Tidak, tidak mungkin aku hamil, kan?!' batin Bella tidak percaya.
Bella memberanikan diri untuk mencoba testpack yang ia beli sepulang dari kerja. Pikiran Bella mendadak kosong saat melihat hasil yang tertera di sana.
Ada dua garis merah samar-samar menunjukkan keberadaan janin dalam kandungan Bella.
"Ini, tidak mungkin ...."
Bersambung ....
Wanita yang tengah memegang testpack itu dilanda kepanikan. Ia menggigit kukunya hingga tanpa sadar sudah merusaknya. Kepalanya terlalu pusing memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.Sudah bisa dipastikan jika anak dalam rahimnya itu adalah buah hati dari Sagar. Bella tidak pernah tidur dengan pria lain selain suaminya, itu pun secara tak sengaja. Rasanya sangat kecil kemungkinan terjadi pembuahan pada hubungan badan yang baru sekali mereka lakukan.Namun, dua testpack yang Bella gunakan tetap menunjukkan hasil yang sama. Keduanya seolah menampar Bella agar tetap sadar dari kenyataan yang ada di hadapannya.Tidak, Bella bukannya tidak menginginkan anak dalam kandungannya. Ia terkejut, tetapi ia juga senang. Bagaimanapun juga, janin itu adalah darah dagingnya sendiri. Namun, apakah pria yang akan menjadi ayah itu akan senang dengan berita ini?Bella yakin seratus persen jika Sagar pasti akan murka jika mengetahuinya. Pria itu tidak mencintainya. Pria itu membencinya. dan pria itu
Mulut wanita itu terbuka dan tertutup layaknya ikan di permukaan tanah. Bella tidak pernah menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Sagar di tempat dan saat seperti ini. Kepanikan muncul tanpa diminta.“Itu … itu ....” Bella kelabakan untuk menjawab pertanyaan Sagar yang menanyakan apa yang sedang dia lakukan. “Aku … aku cuma mau pergi ke luar sebentar, ke minimarket.”“Malam-malam begini? Untuk apa?” interogasi Sagar sekali lagi. Bella heran, tidak biasanya Sagar mempedulikannya seperti sekarang.“Cuma mau beli … es … krim,” cicit Bella pelan.“Apa?” seru Sagar tidak dengar.“Cuma mau beli es krim!” jawab Bella dengan suara yang agak ia kencangkan. Ia menahan rasa malunya karena alasannya yang terdengar aneh.“Beli es krim malam-malam? Aku tidak percaya. Untuk apa makan es krim jam segini? Jangan-jangan kamu mau melakukan hal yang aneh-aneh, kan?” tuduh Sagar.Bella mengernyit. Ia mencoba membela diri, “Apa maksudmu melakukan aneh-aneh? Aku cuma mau beli es krim! Aku tidak bohong t
Brak!Tanpa memedulikan keberadaan para pelayan yang bersiap untuk tidur maupun Sagar yang mungkin masih berada di ruang tengah, Bella membanting pintu kamarnya. Bella tidak peduli meski pintu itu rusak sekalipun dan membuatnya terkurung di kamar itu selamanya, Bella sama sekali tidak peduli.“Kesalahan apa sih yang aku perbuat sampai bisa punya suami seperti dia?!” seru Bella kesal. Dadanya naik turun karena tersulut amarah. Namun, perlahan-lahan napasnya mulai teratur dan tergantikan oleh isak tangis dan lelehan air mata.Bella menghapus jejak air mata yang ada di pipinya dengan kasar, tetapi air mata itu tidak kunjung berhenti, seperti air terjun di musim hujan. Wanita berusia 25 tahun itu menangis seperti anak berusia lima tahun saat mainannya diambil dengan paksa.“Aku hanya ingin hidup bahagia, Tuhan …,” doa Bella dengan memegangi dadanya yang sesak dan berat.“Jika tidak bisa, aku ingin pergi saja menyusul Kakek, Ayah, dan Ibu!”“Orang bilang, wanita hamil harus selalu bahagia!
Pria itu memperhatikan sekitar, beberapa pelayan mondar-mandir membersihkan dan melakukan pekerjaan mereka.“Bella …,” bisik Sagar pelan saat menyadari apa yang kurang.Biasanya wanita itu ada di ruang tengah untuk menonton televisi atau sekadar berbincang dengan pelayan maupun Bibi Diana saat sedang tidak bekerja.“Bibi Diana,” panggil Sagar pada Bibi Diana yang duduk mengupas buah.“Tuan Sagar, selamat datang. Saya tidak tahu Anda sudah kembali.”“Iya, baru saja datang, kok. Hmm … apa Bella sedang pergi bekerja?” tanya Sagar. Entah mengapa ia sangat penasaran.Bibi Diana berpikir keras. “Saya kurang tahu, Tuan, tapi saya tidak melihat Nyonya Bella sejak tadi. Masakan untuk sarapan juga sepertinya masih utuh. Apa beliau tidur, ya?”Sagar merenung. Seingatnya, Bella tidak pernah tidur hingga larut siang. Wanita itu akan ada di ruang tengah saat pagi hari. “Ya sudah, Bi.”Sagar berbalik. Langkahnya bergerak menuju kamar yang bukan kamarnya, itu adalah kamar Bella. Ia berhenti di depan
Untuk Tuan Sagar Biruga …Jika kamu membaca surat ini, kemungkinan besar aku telah pergi dari rumah. Selama tinggal di sini, aku sangat berterima kasih pada Anda atas semua kebaikan yang telah Anda berikan kepada saya.Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa saya memutuskan untuk pergi meninggalkan Anda. Ini semua saya lakukan karena saya tidak mau menjadi beban bagi Anda, Tuan Sagar. Saya juga takut fitnah yang Anda tuduhkan pada saya mengenai saya yang memiliki kekasih menjadi pikiran bagi Anda. Sekali lagi, itu semua tidak benar.Lalu, saya pikir saya jahat. Saya minta maaf karena pernikahan yang kita lakukan ini membuat Anda tidak bisa bersama dengan orang yang Anda cintai.Saya pun sadar jika saya sangat tidak cocok untuk berada di samping Anda. Saya hanyalah wanita biasa yang kebetulan kakek kita saling mengenal. Saya tidak berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang. Saya pun tidak cantik seperti halnya wanita-wanita yang selalu berada di dekat Anda.Maka dari itu, saat Anda bil
Secangkir teh hangat disesap oleh seorang wanita yang baru saja bangun dari tidurnya. Meski pemandangan di depan huniannya tidak jauh berbeda dengan kehidupan kota pada umumnya, setidaknya Bella, wanita yang meminum teh itu, merasa lebih tenang dari kehidupannya di rumah sebelumnya. Kontrakan tempat ia tinggal mungkin memang berisik karena banyaknya penghuni yang juga tinggal.Bella sengaja memilih tempat tinggal baru yang berada di luar kota dan jauh dari kotanya yang lama. Ini semua agar Sagar dan keluarga Biruga tidak dapat menemukannya.Meski tidak dikelilingi oleh kemewahan, makanan yang langsung siap santap, kemudahan untuk bepergian, dan harus hidup serba sederhana, Bella merasa sangat bersyukur. Malah sebenarnya, kehidupannya yang seperti ini adalah hal yang normal baginya. Ia sudah merasakan bagaimana hidup sederhana sebelum ia mengenal Sagar.Tidak ada lagi belenggu yang mengikat Bella. Tidak ada Sagar yang hanya membuat kepalanya terasa pusing karena perilaku kasar pria itu
“Terima kasih atas pesanannya. Silahkan dinikmati,” ucap Bella pada pelanggan yang datang setelah menyerahkan pesanan mereka.Bella segera kembali ke dapur dan mengambil pesanan-pesanan lain yang sudah mengantri minta dibagikan. Diam-diam, Bu Zalwa memperhatikan Bella dari kejauhan. Akhir-akhir ini aura dalam diri Bella berbeda dari biasanya. Ia terlihat lebih murung dan tidak bersemangat. Senyum yang ia bagikan terlihat kecil dan palsu.Padahal sebelumnya, Bella selalu menjadi yang pertama menyambut tamu, memberikan pesanan dengan senyum lebar, dan selalu terlihat semangat tidak peduli dengan beban berat dalam perutnya.Setelah kedai sepi, Bu Zalwa yang sudah tidak tahan itu pun memanggil Bella untuk duduk di dalam. Ia meminta Naura untuk menggantikan Bella sejenak. Keduanya duduk berhadapan. Bu Zalwa tahu jika Bella terlihat kaku karena ia memang tidak biasa dipanggil di saat seperti ini.“Nak Bella, apa terjadi sesuatu denganmu akhir-akhir ini?” tanya Bu Zalwa dengan ramah dan lemb
Tidak ada cahaya dalam tatapan Bella. Tidak biasanya ia merasa penasaran dengan majalah yang baru saja datang di kedai ramen Pak Handoko. Kini, ia merasa menyesal sudah membuka-buka majalah itu.Sejak mendengarkan berita yang menggosipkan hubungan asmara antara Sagar dan Laura, Bella hampir tidak pernah melihat maupun mendengar gosip tentang para artis.Bella melempar majalah itu ke atas meja. Sudah berbulan-bulan sejak kepergiannya, tetapi nampaknya Sagar benar-benar baik-baik saja. Hubungan Laura dan Sagar pun sepertinya semakin jelas dari hari ke hari seperti yang dijelaskan dalam majalah itu.“Dia sama sekali tidak terlihat sedih,” geram Bella. “Dia terlihat bahagia, sedangkan aku di sini membesarkan anaknya dengan susah payah!”Perasaan kesal yang menyesakkan muncul dalam diri Bella. Namun, tak lama kemudian, rasa sakit itu tiba-tiba berpindah ke perutnya.“Aw, aduh … kenapa ini?” tanya Bella bertanya-tanya saat merasakan nyeri di perutnya. Saat ia mengira nyeri itu hanya sebenta