“Wah wahhh…masih muda udah hebat nge gombal…jangan-jangan banyak punya kekasih diluaran nihh…!” Vanya lagi-lagi tertawa berderai hingga memperlihatkan giginya yang putih bersih dan rata.
“Ahhh bisa aja kamu nih…kamu sendiri paling yang banyak punya kekasih, kan masih muda, cantik lagi, pasti banyak yang menyukai kamu kan?”
“Banyak yang mau…tapi aku ga mau…ngapain melayani laki-laki yang datang ke kafe yang rata-rata punya masalah, entah itu dengan istri, bini simpanan atau pacar…seperti kamu ini!” Vanya kembali tertawa sambil menunjuk wajah Salman, pemuda ini hanya tersenyum mesem.
“Vanya, sekali lagi aku minta maaf, ketiduran di ranjang kamu yang enak ini, hingga kamu terpaksa tidur di lantai yang dingin!” kata Salman lagi, setelah tawa Vanya mereda.
“Enaknya minta maaf, aku terpaksa nyuci sprei itu dan bawa ke laundry!” sungut Vanya dengan wajah
“Mobil yang mana Mas?”“Mobil sedan dua pintu warna perak, Aston Martin, bawel banget sih!”“Siap Mass…Mang Acan segera ke sana!”Salman sendiri tak bawa mobil atau motor ke kafe tempat dia bertemu Vanya, karena usai balapan dia ikut numpang mobil Bang Jagor, sedangkan motornya di antar ke apartemen oleh seorang mekaniknya.Salman kini hanya duduk termenung seorang diri di kursi yang ada di dekat ranjang hanya pake handuk, dia menunggu Vanya yang pergi tanpa pamit.Pintu kos terbuka dan Vanya datang dengan sebuah bungkusan, ternyata bungkusan itu adalah nasi berikut lauknya.“Lho kok abis mandi masih pake handuk, kenapa ga pake baju?”“Kamu sendiri darimana, pergi ga bilang-bilang?” Salman malah balik bertanya.“Dasar ni orang, di tanya balik nanya, aku beli nasi di warung, perutku lapar tau ga, nih satu bungkus buat kamu, kalau ga suka gapapa, aku ga tahu
“Rey kan kuliah, Bella tadi bilang ada tugas kampus!” sahut Cynthia, istri pertamanya.“Shania udah berangkat kerja belum Mi?” kali ini Radin mengalihkan pandangan ke istrinya yang nomor 2, Priscilla.“Udah pi, tu anak pagi-pagi bener udah ngantor ajahh, mami sering nasehatin dia kapan bawa jodoh untuk di kenalin ke kita-kita, umurnya udah hampir 24 tahunan lohh, masih jomblo aja!” sahut Priscilla.“Anak kesayangan Mami Sherin kemana…masih bandel ga dia ikut balapan motor?” Radin menatap istri ketiganya.“Ga tau tuh anak, dari tadi malam telpon mami ga dia angkat-angkat, entah nginap di mana dia usai balapan di Sentul!” sungut Sherin.Priscilla sendiri tak heran, anak kandungnya ini justru lebih dekat dengan madunya ini ketimbang dia.“Hmmm…keras kepala juga dia…!” sahut Radin.Orang yang baru diomongin tiba-tiba keliatan dari jauh sedang berj
Apalagi badannya sangat berotot, berkat rajin nge gym dan dia juga rutin latihan tinju bebas. Rey memang bercita-cita ingin jadi petarung, namun cita-cita itu terpaksa di pendam, karena larangan keras dari Mami Cynthia, ibu kandungnya.Namun diam-diam dia sudah 5X bertarung, 3 kali menang, 1 kali seri dan 1 kali kalah, pernah Rey tak berani pulang selama 3 hari, gara-gara wajahnya babak belur habis bertarung, dia bohong dengan Maminya dan bilang sengaja tak pulang, tapi tidur di apartemen, karena lagi ada tugas kuliah.Dengan tinggi badan melebihi ayahnya, serta rambut gondrong yang diikat di tambah cambang bawuknya yang lumayan lebat, Rey lebih cocok jadi bodyguard.Wajah Rey mirip bintang Film Aquaman, Jason Mamoa. Benar-benar laki habis, sampai Mami Priscilla memuji wajah Rey itu lama-lama bikin wanita susah move on, Priscilla sangat dekat dengan Rey ini.“Eh badan kamu kok kurus gitu bro…latihan gym lahhh, masa tampan-tampan kurus!”
Vanya sangat kaget, tidak dia kira kalau hari ini juga dia bakal langsung kerja, padahal dia belum sempat pamit dengan manajer kafe.Dipikirnya paling hari ini wawancara, lalu menunggu panggilan berikutnya.Saat jalan mengikuti Femi ke ruangan yang nantinya akan jadi tempat kerjanya, barulah dia sadar kalau Salman itu bukan orang sembarangan, titahnya tak ada yang berani membantah.“Bodohnya aku…Salman kan anak konglomerat dan pemilik perusahaan ini, direktur yang genit itu mana berani membantah perintahnya!” kata Vanya dalam hati.Setelah ditunjukan ruang kerjanya dan dikenalkan dengan atasannya di bagian itu, Vanya sempai terdiam dan bingung melihat meja kerja dan komputer di depannya.Ruang kerjanya lumayan mewah dan di ruangan itu ada 5 pegawai lainnya, satu pria dan 4 wanita rata-rata seumuran dia.Darma yang melihat kekakuan Vanya lewat CCTV, lalu menelpon kepala bagian di ruangan itu, dia memaklumi kalau Vanya pasti
“Kan kemarin aku udah beli 2 steel pakaian kerja, pake uang pemberian kamu yang udah aku rupiahkan, kok beli lagi?”“Ambil aja lagi…mana cukup dua steel itu, ambil selusin atau lebih, jangan lupa sepatunya, mana boleh ke kantor pake sepatu kets!” nada suara Salman lebih mirip perintah daripada bujukan, Vanya sampai melongo mendengarnya.Saat melihat harganya yang tidak ada di bawah 3 jutaan, Vanya terlihat ragu, Salman langsung tersenyum dan memanggil seorang pelayan.“Kamu layani dia, dia bakal beli 12 pasang pakaian kerja, plus sepatunya dan juga baju-baju harian!” kata Radin, pelayan itu langsung membungkukan tubuh dalam-dalam dan dia paham, hanya orang-orang kaya yang sanggup berbelanja di gerai mereka, apalagi sampai berniat ngeborong.“Ini pasti sultan ama pacarnya…!” batin se pelayan kesenangan.Kini dia memanggil 3 kawannya yang lain dan ke empatnya kemudian sibuk melayani Vanya.
Saat keluar dari mall mewah itu dan kini mereka sudah di jalanan, hujan mulai turun, awalnya rintik-rintik, lama-lama makin deras. Salman terpaksa membelokan motornya ke arah apartemennya, bukan jalan pulang ke kos Vanya.Karena apartemennya lebih dekat, sedangkan kos Vanya masih sangat jauh, Salman berencana akan mengantar Vanya dengan mobilnya yang berada di apartemen.Sampai apartemen, badan keduanya basah kuyup, saking lebatnya hujan. Seorang satpam tergopoh-gopog datang dan ketika melihat siapa yang datang, dia langsung bersikap hormat.“Siappp pa bosss…nanti motornya biar Aceng cuci dan taruh di garasi!” Salman mengambil duit 500 ribu lalu dikasih ke Aceng, yang terbungkuk-bungkuk menerima uang itu saking senangnya.“Nihh simpan buat kamu, cuci dan lap yang bersih yaa!” lalu Salman menarik tangan Vanya dan menuju lift apartemen, dia tak peduli tetesan air hujan membasahi lantai apartemen mewah ini, siapa juga yang berani mati menegur Salman.“Ini apartemen kamu yaa..?”“Iya…dulu
Sampai tengah malam mereka terus bercakap-cakap dan akhirnya mengulang lagi sampai subuh percintaan mereka.Paginya Vanya yang terbiasa bangun subuh dan jarang meninggalkan sholat subuh, kaget karena hari ini hari kedua dia masuk kantor di PT Turangga, diapun buru-buru mandi.Namun dia kebingungan, karena dia tak bawa baju kantor, sedangkan baju tadi malam masih basah dan teronggok di kamar mandi.“Sayangg…bangunnn…!” Vanya mengguncang tubuh Salman, hingga terbangun dan kaget karena dia selama ini tak terbiasa bangun pagi, salah satu kebiasaannya yang selalu kena omelin ketiga Mami nya.“Boro-boro belajar sholat subuh, bangun saja selalu kesiangan!” begitulah omelin Mami Priscilla, ibu kandungnya yang kini mulai religius dan tak pernah lagi meninggalkan kewajiban sholat 5 waktu.“Kenapa sayang…ini masih subuh…ngantukkk banget!” Salman malas-malasan bangun.“Aku harus masuk
Salman hanya berucap ohhh…karena dia sudah tahu cerita masalalu papinya terkait musuh-musuh keluarganya. Vanya terdiam mendengar hal ini, dia sebetulnya sudah tahu sedikit soal masalalu keluarganya dengan keluarga kekasihnya ini.Diam-diam kini dia mulai mengkeret, agaknya hubungan dia dengan Salman berat untuk di restui, Vanya hanya menghela nafas tanpa dia sadari.“Kenapa Vanya…kamu kok kayak sedih begitu…ingat ibu kamu yaa…?” Vanya kaget sendiri, helaan nafasnya tadi ternyata di dengar Radin.“E-ee ya Om…ingat Mama ajahh..!” sahut Vanya untuk meredakan hatinya yang tak enak, Vanya lupa, Radin memiliki mata batin yang kuat, dia merasakan kalau Vanya ini agaknya sangat mencintai puteranya.“Vanya…dulu Om ada kirim dana ke tante kamu…apakah tante kamu pernah cerita? Tadi kamu bilang kini tante kamu tinggal di kos sederhana…berarti...uang itu habis ya?”Vanya mengangguk pelan, dia pikir tak ada gunanya berbohong, dia takut bohong nanti seolah-olah ikut menghabiskan uang itu. Akhirnya V