Share

33. Meragukan Sejarah

"Tumben sekali kau tidak pingsan lagi," ujar Dwara pada Askara yang kala itu sedang membuntal luka perutnya yang sedikit menganga. Saat itu mereka sudah kembali lagi ke gua kediaman pasca penyerangan cindaku macan tutul tadi.

"Hehe ..." Askara hanya menggaruk kepalanya asal. Meskipun tawa membuat otot perut yang tengah terluka ikut bereaksi, tetap saja Askara memaksa tertawa meski sakit di perutnya itu perih bukan main.

Sengaja Askara mencoba mencairkan suasana, karena sedari tadi Dwara terlihat agak murung dari biasanya.

"Tadi aku menggunakan teknik peralihan mata biru. Dan ternyata memang benar, tenagaku tidak terlalu terkuras setelahnya. Ya, meskipun tenaga yang didapatkan sebelumnya kurang banyak," kata pemuda itu lagi.

"Kau belajar dengan cepat ya," sambung Dwara sembari mengganti pakaian luarnya dengan kain baru yang kering. "Karena itulah aku melatih fisikmu. Kita tidak bisa terlalu bergantung pada mata biru. Akan berbahaya jika seorang adiwira men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status