Home / Romansa / Choose Me!! / Penolakan Ayana

Share

Penolakan Ayana

Author: Cherry Sakura
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ehem." 

 

Kala berdehem setelah berhasil menelan potongan daging yang entah kenapa mendadak terasa alot di dalam mulutnya. Ucapkan terima kasih pada dua anak manusia di depan dan di sampingnya yang saling menatap dengan tatapan membunuh hingga membuat Kala tidak bisa menikmati steak daging sapi kesukaannya. Kalau kedua orang itu didiamkan lebih lama lagi, Kala khawatir baik Aksa maupun Ayana akan saling melemparkan garpu ke wajah mereka masing-masing.

 

"Kenapa kalian saling menatap dengan tatapan membunuh begitu?" tanya Kala was-was. Sepertinya yang menyadari tatapan sengit itu hanya dirinya saja. Para orang tua yang ada di ruang makan itu masih tampak asyik dengan obrolan tentang pertunangan anak mereka tanpa mempedulikan wajah kusut sang calon mempelai.

 

"Jadi kapan kita bisa meresmikan pertunangan Aksa dan Ayana? Mama sudah nggak sabar, lho, mau pamer ke teman-teman arisan mama," ujar mama Aksa dengan wajah sumringah. 

 

Aksa nyaris tersedak mendengar celotehan mamanya. Selama ini mamanya memang terkenal suka pamer dengan apapun yang menjadi miliknya bahkan bisa dibilang hobby pamer mama Aksa mendekati riya', tapi Aksa sama sekali tidak menyangka kalau mamanya sampai berniat untuk pamer calon mantu pada teman-teman arisannya. Sepertinya mamanya terobsesi ingin jadi orang pertama yang berhasil menikahkan anaknya sebelum didahului teman satu gengnya.

 

"Lebih cepat lebih baik."

 

Kali ini ucapan bundanya yang membuat Ayana terbatuk karena terkejut. Dirinya memang menyukai pria tampan seperti Aksa, tapi kalau pria itu ternyata belok, oh no! Dengan senang hati, Ayana akan memilih untuk mundur. Ayolah, menyadarkan kaum yang belok itu lebih susah daripada sekedar menginsyafkan laki-laki playboy. Ayana tidak punya kesabaran bak gunung Himalaya dan keikhlasan hati seluas samudera. Bersaing dengan sesama perempuan saja Ayana tidak berminat, apalagi kalau harus bersaing dengan lelaki.

 

"Hieeee." Ayana spontan menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang merinding. Pikirannya mulai ke mana-mana memikirkan sudah sejauh mana hubungan Aksa dan Saga berjalan.

 

"Nggak bisa, Bun!" tolak Ayana tegas. 

 

"Lho? Ayana nggak suka Aksa, ya? Aksa, kan, ganteng. Pasti nggak malu-maluin kalau diajak kondangan." Mama Aksa berkata lirih dengan wajah sendu. Sedangkan Aksa hanya bisa melotot ke arah mamanya. Tadi emaknya itu dengan jelas memproklamirkan keinginan untuk pamer mantu, sekarang dengan tanpa dosa malah menyuruh si calon mantu untuk ikut pamer pasangan di kondangan. 

 

Sabar, Sa. Sabar. Batin Aksa. 

 

Aksa mengatupkan mulutnya rapat-rapat, menahan diri untuk tidak mempedulikan celotehan mamanya yang keluar tanpa filter.

 

Tampansih, tampan. Tapi, masalahnya anak Tante nggak normal. Yang ada aku bisa makin malu kalau bawa dia kondangan. Batin Ayana menjerit.

 

Ingin rasanya ia berteriak dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi, mana tega Ayana mengatakan kabar buruk pada para orang tua yang sudah mulai memasuki usia sepuh. 

 

"Ta... tapi, Ayana sudah punya orang yang Ayana suka," cicit Ayana terbata-bata.

 

Lidahnya mendadak kelu begitu semua mata tertuju padanya. Wajah kecewa dan juga penuh harap membuat Ayana merasa serba salah. Ingin menolak, tapi tidak tega. Menerima, itu sama saja dengan bunuh diri. Bagaimana caranya coba dirinya menyadarkan laki-laki yang pada dasarnya tidak menyukai wanita?

 

Ayana menghela nafas panjang. Rasanya ia ingin menangis saat itu juga. Seandainya saja dia sudah memiliki kekasih, niscaya Ayana akan meminta kekasihnya untuk membawa lari dirinya detik itu juga. Tapi, masalahnya Ayana termasuk golongan jomblo dari lahir. Mau minta dibawa lari siapa kalau dirinya saja sampai sekarang masih belum bisa lepas dari title jomblo ngenes?

 

"A... Ayana suka Saga," ujar Ayana tidak yakin. Hanya nama Saga yang melintas di otaknya. Perkara Aksa cemburu karena nama kekasihnya dipinjam nanti saja ia pikirkan. Yang ada di benak Ayana hanyalah cara untuk meyakinkan para orang tua kalau dirinya sudah punya kekasih dan bukannya jomblo ngenes yang harus dibantu mencari jodoh.

 

"Saga?" gumam papa Aksa pelan, tapi entah kenapa membuat Ayana merasakan firasat buruk. 

 

"Dia, kan, gay. Mana mungkin dia menerima kamu. Lebih baik kamu lupakan dia!" sambar bundanya tanpa tedeng aling-aling.

 

"Ta... tapi... dia juga." Dengan bersemangat, Ayana menunjuk Aksa dengan sendok yang ada di tangannya. "Dia juga... gay?" bisik Ayana lirih. Lagi-lagi ia tidak tega untuk mengucapkan kata-kata itu dengan lantang. 

 

"Sekarang Aksa memang belum bisa suka perempuan, tapi mama yakin, kok, kalau Ayana pasti bisa membuat Aksa cinta sama Ayana. Mama yakin!" tandas mama Aksa dengan tangan terkepal.

 

"Aku nggak akan pernah suka apalagi cinta sama dia," pungkas Aksa sinis sembari mendecih.

 

"Idih. Aku juga nggak minta dicintai sama kamu," sahut Ayana dengan bibir mengerucut sebal.

 

"Mama yakin, kalian berdua pasti bisa saling cinta. Pasti bakal punya anak banyak," cetus mama Aksa girang membayangkan calon cucu yang bahkan belum berada dalam tahap produksi.

 

"Ta... tapi, Ayana nggak bisa masak, lho, Tante. Tante nggak apa-apa anaknya nggak dikasih makan? Nanti anak Tante kurang gizi, lho!" cicit Ayana. Seumur-umur baru kali ini Ayana bangga dengan kemampuan memasaknya yang nol besar. Sebagai calon mantu, ada kemungkinan dirinya langsung dicoret dari list karena tidak bisa memasak. Memangnya ibu mana yang tega anak laki-lakinya kurang gizi karena diurus oleh istri yang tidak berkompeten?

 

"Tenang, Yan. Order gopud bisa. Warung makan juga banyak. Ah, Aksa juga jago masak, lho! Ntar belajar sama Mas Aksa aja," balas mama Aksa enteng sembari mengedipkan sebelah matanya.

 

"Ya... Yana juga suka bangun siang, lho, Tante," ujar Ayana mulai mengumbar aib dirinya sendiri. Rasa malunya terpaksa dibuang jauh-jauh. 

 

"Kalau ada Mas Aksa, kan, nanti ada yang bangunin, Yan. Bisa shalat subuh bareng." Kali ini papa Aksa yang angkat bicara. 

 

"Ta... tapi, Yana masih kuliah. Takut nggak bisa bagi waktu. Ka... kalau nunggu Ayana lulus kuliah dulu gimana?" 

 

"Justru bagus kalau nikahnya pas masih kuliah. Nanti begitu wisuda, sudah ada pasangan. Kamu, kan, maunya waktu wisuda nanti udah ada yang gandeng?" 

 

Ayana menarik nafas pasrah, kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan terakhir yang diucapkan bundanya. Semua yang diucapkan Ayana agar menjadi calon menantu yang tidak diinginkan seolah dimentalkan. Satu-satunya harapan Ayana sekarang hanya tinggal Aksa yang masih menyantap makanannya dengan wajah datar.

 

"Kamu nggak ada kata-kata yang mau disampaikan? Kamu juga nggak suka aku, kan?" tuntut Ayana kesal sambil menatap tajam Aksa yang tampak masa bodo. 

 

Seharusnya mereka berdua berjuang bersama guna menggagalkan pertunangan sepihak rancangan kedua orangtua mereka, tapi bukannya membantu Ayana, Aksa malah lebih sibuk berkutat dengan daging steaknya.

 

"Hanya keajaiban yang bisa mengubah keputusan orangtuaku yang keras kepala ini," sindir Aksa pedas. Ia kembali mengunyah makanannya tanpa minat.

 

Ayana kembali menarik nafas guna melegakan rongga dadanya yang terasa sesak. Tidak. Tidak. Ia masih belum mau menyerah dan menghabiskan sisa umurnya untuk hidup bersama orang yang tidak mungkin mencintainya. 

 

"Maaf, Bunda. Tapi, Ayana sudah punya pacar. Dia orangnya!" tandas Ayana dengan jari telunjuk teracung ke arah Kala yang sedari tadi makan dengan tenang.

 

"Uhuk."

Related chapters

  • Choose Me!!   Kala

    "Uhuk."Kala yang sedari tadi menyantap makanan dengan damai tanpa ada niatan untuk melibatkan diri dalam keriuhan para orang tua yang ngotot ingin menjodohkan putra putri mereka, nyaris menelan garpunya sendiri mendengar ocehan Ayana. Kalau dirinya tidak salah dengar, gadis itu baru saja memproklamirkan kalau Kala dan Ayana adalah sepasang kekasih. Gadis itu benar-benar membuat Kala nyaris berakhir dengan menelan garpu.Sambil menepuk dadanya, Kala yang megap-megap melirik ke arah Aksa dengan panik, berharap sepupunya itu mewakili Kala untuk mengatakan sesuatu. Kala yang masih terbatuk-batuk sama sekali tidak bisa berkata apa-apa untuk membela diri sedangkan semua mata sudah tertuju padanya menuntut penjelasan."Ngomong apa, sih, kamu ini?" sergah bunda Ayana jengkel. Sedari tadi putri bungsunya itu terus saja mengatakan sesuatu yang bisa menjatuhkan nilai dirinya sebagai menantu id

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Obrolan Di Pagi Hari

    Karin yang tengah menyendok bubur ayamnya sontak mengerutkan kening begitu melihat Ayana berjalan ke arahnya dengan susah payah karena tas backpack segede gaban yang dipanggulnya."Tumben bawaan kamu sebanyak itu? Mau ngapain?" tanya Karin heran. Biasanya Ayana selalu datang ke kampus dengan bawaan seminimal mungkin. Bahkan saking kecilnya tas yang dibawa Ayana, gadis itu sering kali terlihat seperti mahasiswi yang tak berniat untuk ngampus. Tapi, hari ini Ayana datang dengan bawaan bak orang yang akan mendaki gunung Himalaya."Otakku sedang dipenuhi banyak inspirasi untuk menulis novel. Outline dan premis sudah matang, tinggal eksekusi," jawab Ayana sambil nyengir kuda. Ia sudah tidak sabar untuk segera menulis kisah cinta tak biasa antara dua anak Adam dan mengazab mereka di dalam novel yang akan Ayana tulis. Ayana sudah bertekad akan memberikan ending yang tragis untuk kedua orang itu sebagai bentuk balas dendam at

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Keplinplanan Ayana

    Tap. Ayana tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Padahal hanya tinggal selangkah ia menuju atap dan membuka pintu, tapi entah kenapa Ayana seperti merasakan firasat buruk. Dari arah pintu yang menghubungkan dengan atap, Ayana seperti merasakan adanya hembusan aura negatif yang sangat kuat. Tiba-tiba Ayana merasa dirinya seperti menjelma menjadi Sara Wijayanto yang bisa mendeteksi keberadaan makhluk halus. "Setiap kali aku menulis cerita, atap selalu menjadi tempat laknat yang membawa sial. Biasanya bakalan ada adegan-adegan mengerikan di atap, mending aku putar arah, deh!" desis Ayana was-was menghindari petaka yang mungkin saja akan terjadi. Sedari tadi firasat buruk terasa menggerayangi hatinya. "Eits, tunggu dulu!" Ayana berseru pada dirinya sendiri, mencegah dirinya untuk kabur begitu saja. Berdasarkan cerita-cerita yang sudah berhasil ia tulis di dalam nove

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Rahasia Yang Nyaris Terbongkar

    Ayana masih terus memelototi penampakan wajahnya yang terpantul di cermin dengan gunting di tangan kanannya. Sedari tadi Ayana membulatkan tekad dan mengumpulkan kekuatan untuk menggunting pendek rambutnya agar bisa terlihat seperti potongan rambut anak laki-laki. Tapi, yang Ayana takutkan adalah rambut cepak akan membuat wajahnya semakin terlihat buruk rupa. Ayana tentu belum lupa dengan keadaan parasnya yang tak segood looking Karin."Aduh, aku nggak sanggup." Ayana mengeluh lesu seraya menundukkan kepalanya. "Mana bisa aku memotong rambutku yang berharga. Rambut itu, kan, mahkota perempuan. Huhuhu," ratap Ayana sembari merebahkan kepalanya ke wastafel dan menjatuhkan gunting yang ada di tangannya."Hey!" tegur Kala sembari menepuk pundak Ayana pelan-pelan."Kamu kenapa ada di sini?" tanya Kala begitu Ayana menolehkan kepalanya. Gadis itu menatap Kala dengan ekspresi tanpa dosa, sama sekali ti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Huru Hara

    "Sebenarnya dia ngapain, sih?" tanya Aksa jengah. Begitu ia masuk ke dalam toilet, penampakan suram Ayanalah yang tertangkap oleh matanya. Gadis itu berjongkok tidak jelas di pojok toilet seperti mahasiswi sengsara yang setiap harinya diomeli dosen killer dan dibully teman sekelas."Kenapa dia jadi kayak hantu penunggu toilet begitu?"Kala ikut bertanya, tapi tatapan para penghuni toilet membuat Aksa maupun Kala dalam sekejap melupakan pertanyaan mereka sendiri. Bulu kuduk Aksa tiba-tiba berdiri dan tengkuknya terasa kaku, entah karena kolesterolnya yang tiba-tiba naik atau memang tatapan teman-temannya yang terasa tajam menusuk. Tatapan tajam, sinis dan kepo semua tertuju kepada Aksa yang berdiri bingung."Kenapa kalian menatapku begitu?" tanya Aksa merinding."Perasaanku nggak enak, lho, Sa." Kala menyeletuk. "Jangan-jangan...."

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Aksa Vs Ayana

    "Kak Aksara!!!" Cassie berteriak histeris sembari mengacung-acungkan ponsep pintarnya ke depan kedua mata Aksa. Aksa yang tengah menyeret Ayana terlonjak kaget karena serangan tiba-tiba adik tingkatnya itu. Nyaris saja mata Aksa kecolok hape Cassie yang sebesar telapak tangan. Cassie heboh memperlihatkan video pendek berisikan kejadian di toilet tadi."Apa lagi?" gerutu Aksa. Tapi, dalam hitungan detik ia ingat untuk segera mengubah ekspresi wajahnya. Topengnya jangan sampai terlepas untuk kedua kalinya. Ia harus tampak tenang, elegan dan manis seperti malaikat yang tak pernah tersentuh dosa."Kak Aksa, pleaseeee. Bilang kalau ini semua nggak benar. Masa model pangeran kayak kakak tunangannya sama upik abu begini? Aku pernah dengar cerita Beauty And The Beast, tapi aku enggak rela kalau posisinya sampai dibalik. Kakak pantas dapat yang lebih baik," pekik Cassie nyaris melolong. Mata Cassie mendelik ke arah Ayana yang berdir

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Perkara Kelinci

    "Ya ampun, kamarnya rapi banget. Ini kamar punya cowok apa cewek, sih?" Pujian itu keluar begitu saja dari mulut Ayana begitu ia membuka pintu kamar Aksa.Dirinya baru saja mendapat mandat dari calon mertua untuk membantu membangunkan Aksa yang tumben hari ini tidur kayak kerbau habis dipaksa kerja rodi membajak sawah. Sepanjang perjalanan menuju rumah Aksa tadi Ayana habiskan dengan mengomel dan menguap. Bisa-bisanya ia yang rumahnya dengan rumah Aksa jauhnya dari ujung ke ujung ditelpon, dipaksa dan diiming-imingi ajakan makan malam dengan mengemban tugas mulia, yakni membangunkan si Tuan Muda seolah-olah di rumah Aksa sudah tidak ada lagi makhluk hidup lain yang bisa disuruh-suruh.Karena jengkel dan dongkol tidurnya terganggu, Ayana bertekad akan langsung menendang Aksa begitu sampai di kamar pria itu. Tapi, niat jelek itu auto buyar begitu Ayana melongokkan kepalanya ke dalam kamar Aksa. Kamar serba putih bersih nan ra

    Last Updated : 2024-10-29
  • Choose Me!!   Bom Waktu Bernama Ayana

    Aksa tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum melihat ekspresi horor yang terpampang nyata di wajah Ayana. Ia bahkan bisa saja tertawa seandainya ponselnya tidak berbunyi sebagai tanda kalau seseorang tengah menghubunginya. Ditambah lagi karena nama yang tertera di layar ponselnya adalah nama Saga. Mana mungkin Aksa mengabaikan panggilan telepon itu, kan?Telinga Ayana sontak berdiri begitu mulut Aksa menyebut nama Saga. Ayana teringat pada ancaman bundanya yang akan mengubah Pao menjadi sate kelinci. Ditambah lagi dengan kenyataan kalau Aksa termasuk golongan pemakan sate kelinci. Tiba-tiba Ayana ingin membuat Aksa merasakan kepanikan dan kehororan yang tadi Ayana rasakan. Rasa terancam dan tidak aman karena kelincinya yang bisa kapan saja berakhir di piring menjadi salah satu menu makan malam."Hey, kenapa kamu marah? Apa? Soal pertunangan itu?"Aksa masih sibuk membujuk Saga yang seperti

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Choose Me!!   Memberi Peringatan

    "Canggung banget," ucap Yusa buka suara. Beberapa menit sudah berlalu, tapi baik Aksa ataupun Saga, tidak ada satupun dari kedua orang itu yang membuka mulut. Padahal kedua orang itulah yang mengajak Yusa, lebih tepatnya lagi memaksa untuk bertemu di atas atap. Bukannya berbicara, mereka bertiga malah saling melempar tatapan tidak nyaman satu sama lain. "Kalian berdua masih nggak tahu apa yang mau dibicarakan? Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan, kenapa mengajakku ketemu di sini? Kan, buang-buang waktu. Mana panas lagi. Mending aku menemani Ayana di ruang kesehatan," kata Yusa pelan. Ia yang sudah merasa bosan ingin secepatnya angkat kaki meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aksa to the point, mencegah Yusa yang tidak sabar ingin menyelonong pergi."Kenapa aku ada di sini?" ulang Yusa dengan ekspresi mencemooh. "Ini kampus, Aksa. Tentu saja aku ada di sini untuk belajar. Memangnya aku mau apa lagi? Nggak mungkin mau jual

  • Choose Me!!   Mahasiswa Baru

    "Kalian itu ngapain, sih?" tanya Aksa bingung melihat kelakuan Ayana dan Karin di depan pintu kelas. Karin dengan gigihnya berusaha menyeret Ayana untuk masuk kelas, begitupun dengan Ayana yang tidak kalah gigih bertahan di daun pintu. Saking gigihnya, Ayana nyaris menggigit pintu. Bosan berlagak seperti kelinci yang suka loncat ke sana ke mari, sepertinya Ayana ingin berubah menjadi tikus yang menggerogoti kayu."Kak Aksa, lihat 'nih kelakuan tunangan Kakak. Dia nggak mau menuntut ilmu dengan baik dan benar," lapor Karin dengan tangan masih menarik tali tas punggung Ayana."Kamu itu kenapa? Masa stress hanya gara-gara aku nggak mau ke kampus bareng?" tanya Aksa pada Ayana."Mas Aksa, Mas Aksa bisa merasakan atau ngelihat hantu nggak?" tanya Ayana tidak nyambung, membuat Aksa semakin yakin kalau Ayana benar-benar mabok akibat kebanyakan makan daging sapi. Sepertinya otak Ayana ketutupan lemak sampai-sampai hari ini Ayana semakin menggila dan bersikap tidak

  • Choose Me!!   Hari Yang Aneh

    "Pagi-pagi anak itu sudah membuatku sakit kepala," sungut Aksa.Ia berjalan dengan tergesa sambil menyugar kasar rambutnya sendiri. Setelah kemaren ia nyaris mati kebosanan menunggu lama bunda Ayana berbelanja daging, pagi-pagi buta Ayana kembali berbuat ulah dengan menelponnya. Sepertinya gadis itu mabok kebanyakan makan daging sapi sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan merengek minta berangkat ke kampus bareng. Sejak kapan coba mereka punya hubungan semesra itu?"Ayo, kita ke kampus bareng!"Begitu Aksa mengangkat panggilan telpon dari Ayana, suara cempreng itulah yang menerobos gendang telinga Aksa. Tidak ada ucapan salam ataupun basa basi. Bahkan sekedar say halo pun tidak diucapkan Ayana, apalagi ucapan Assalamualaikum yang jauh lebih panjang. Aksa yang masih mengantuk bahkan langsung sadar dari alam bawah sadarnya. Matany

  • Choose Me!!   Menjadi Tamu Di Rumah Ayana

    "Akhirnya aku sehat dan bisa bersih-bersih rumah," ujar Ayana berbicara sendiri.Ia menyapu lantai ruang tamu dengan begitu bersemangat. Setelah mendapat pelatihan memasak dari Tante Anna yang tidak juga membuahkan hasil, Ayana berinisiatif untuk latihan beberes rumah yang baik dan benar. Meskipun kemungkinan untuknya menjadi istri Aksa sangatlah kecil, Ayana tetap bersemangat berlatih menjadi ibu rumah tangga. Karena itu dengan senang hati Ayana mengambil alih pekerjaan asisten rumah tangganya untuk bersih-bersih teras."Tapi, kenapa lantai yang kusapu nggak bersih-bersih juga, ya?" tanya Ayana bingung."Arah sapuanmu salah, Yan!" tegur seseorang.Ayana sontak menoleh ke arah suara yang menegurnya. Kakak sulungnya berdiri sambil menutup hidung dengan sapu tangan, menghindari debu yang beterbangan agar tidak masuk ke dalam hidungnya

  • Choose Me!!   Perasaan Was-was

    Sreeet.Aksa merobek bungkus obat pereda demam yang baru saja ia beli di apotek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Begitu bangun dari pingsannya, Ayana tiba-tiba terserang demam sehingga membuat Aksa terpaksa singgah ke apotek dalam perjalanan pulang.Apa di tubuh Yusa tertempel jin sehingga bisa membuat seseorang yang dipeluknya terserang demam tinggi? Aksa bertanya-tanya dalam hati.“Kenapa kamu malah terkena demam begini? Segitu senangnya, ya, dapat pernyataan cinta dari cowok tadi?” tanya Aksa, tentu saja dengan maksud untuk menyindir Ayana yang duduk di sampingnya. Ayana yang masih menggigil mengabaikan Aksa dan sibuk menenggak air untuk mengenyahkan rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.Aksa ingin fokus dengan setir kemudi di depannya, tapi suara gigi Ayana yang bergemeletukan membuat Aksa terpaksa menolehkan kepalanya k

  • Choose Me!!   Pernyataan Cinta Yusa

    "Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Aksa."Lho, kenapa? Mas Aksa bahkan belum berbincang-bincang dengan Saga," tanya Ayana bingung. Disuguhkan minum pun belum, tapi Aksa sudah mengajak untuk pulang. Padahal tadi butuh waktu hampir dua jam mereka berdua berdebat karena Ayana yang ngotot ingin ikut dan Aksa yang juga bersikeras menolak membawa Ayana berkunjung ke rumah Saga. Masa belum apa-apa mereka sudah mau pulang? Kepala Ayana saja masih pusing karena pingsan tadi."Nggak ada gunanya juga aku bertemu Saga kalau ada kamu dan orang menyebalkan itu di sini," ujar Aksa dongkol.Ayana menggelengkan kepalanya. "Kenapa Mas Aksa selalu menganggap semua orang menyebalkan? Nggak boleh, lho, berburuk sangka kayak gitu mulu" tukas Ayana menasehati Aksa.Aksa mendengus. Ingin balas melemparkan nasehat pada Ayana yang dinilainya selalu berpikir kelewat positif terhadap orang

  • Choose Me!!   Aneh!

    "Ngik!" Ayana yang baru sadar dari pingsannya sontak menutup hidungnya sendiri, berusaha menyamarkan suara nafasnya yang tak ubahnya seperti babi yang menguik. Ia kaget sendiri mendengar suara bunyi nafasnya yang mendadak terdengar seperti orang terserang asma. Dengan gugup, Ayana melirik seseorang yang duduk di tepi tempat tidur dan langsung menghembuskan nafas lega begitu tahu kalau orang yang menunggunya adalah Aksa, bukan orang lain. Ia tidak perlu malu karena Aksalah yang mendengar bunyi nafasnya yang terdengar seperti suara babi, bukan pria tampan yang tadi tiba-tiba memeluknya. "Bodoh," ejek Aksa. "Kenapa kamu malah pingsan?" "Mas Aksa?" "Dan wajahmu itu terus-terusan memerah. Jangan bilang kalau kamu tergoda dengan tampangnya itu!" sindir Aksa dengan wajah tidak percaya. &nb

  • Choose Me!!   Yusa, What Are You Doing?

    "Bersaing?" desis Saga sinis. "Sayang sekali, selera kita berdua beda. Jadi lupakan saja!""Kamu benar-benar membuatku ingin tertawa," ledek Yusa dengan senyum terkulum. "Padahal aku punya banyak cewek can..."Lagi-lagi Saga berdecak dan menganggap perkataan Yusa tak lebih dari angin lalu. Angin lalu yang lebih baik jika diabaikan. Saga meraih ponselnya yang tergeletak di meja dan berjalan ke arah pintu menuju ruang tamu."Ga!!!" Yusa berteriak. "Kamu mau pergi ke luar?""Ya. Aku ada janji dengan seseorang," jawab Saga acuh."Kamu mau meninggalkan aku? Padahal hari ini aku mau mengajakmu ke cafe favoritnya ayah dan ibu," kata Yusa dengan nada memelas."Jangan harap aku mau!" tandas Saga cuek. Lagipula ibu yang Yusa maksud adalah ibunya, bukan ibu Saga. Lalu untuk apa ia peduli? Saga mendesah pelan. Ia dan Yusa

  • Choose Me!!   Tamu Tak Diharapkan

    "Shit!"Saga mengumpat pelan sembari meremas rambutnya sendiri. Sedari tadi ia terus saja merasa gelisah. Ah, lebih tepatnya semenjak kejadian ia melihat Aksa menyentuh rambut Ayana di taman ria kemaren, Saga mulai merasakan kegelisahan yang sangat mengganggu. Ia seperti sedang diusik dan sialnya Saga tidak tahu di antara dua orang itu siapa yang sudah mengusik ketenangannya. Aksa atau Ayana?Saga memejamkan matanya, berusaha mengenyahkan adegan yang menggentayangi otaknya. Adegan yang membuatnya marah, kesal dan juga gelisah."Entah kenapa rasanya aku jadi kesal," desis Saga dengan mata terpejam. Ia bersandar di sofa yang seharusnya terasa nyaman, tapi sayangnya rasa nyaman itu tidak terasa sama sekali."Kamu mencemburui seseorang?"Saga menghela nafas panjang mendengar suara bisikan yang singgah di telinganya. Itu bukan suara ibun

DMCA.com Protection Status