Beranda / Romansa / Choose Me!! / Obrolan Di Pagi Hari

Share

Obrolan Di Pagi Hari

Penulis: Cherry Sakura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 10:00:02

Karin yang tengah menyendok bubur ayamnya sontak mengerutkan kening begitu melihat Ayana berjalan ke arahnya dengan susah payah karena tas backpack segede gaban yang dipanggulnya. 

 

"Tumben bawaan kamu sebanyak itu? Mau ngapain?" tanya Karin heran. Biasanya Ayana selalu datang ke kampus dengan bawaan seminimal mungkin. Bahkan saking kecilnya tas yang dibawa Ayana, gadis itu sering kali terlihat seperti mahasiswi yang tak berniat untuk ngampus. Tapi, hari ini Ayana datang dengan bawaan bak orang yang akan mendaki gunung Himalaya.

 

"Otakku sedang dipenuhi banyak inspirasi untuk menulis novel. Outline dan premis sudah matang, tinggal eksekusi," jawab Ayana sambil nyengir kuda. Ia sudah tidak sabar untuk segera menulis kisah cinta tak biasa antara dua anak Adam dan mengazab mereka di dalam novel yang akan Ayana tulis. Ayana sudah bertekad akan memberikan ending yang tragis untuk kedua orang itu sebagai bentuk balas dendam atas ditolaknya ia di masa lalu.

 

"Ck." Ayana mendecih teringat pada pertanyaannya yang kemaren tak kunjung mendapat jawaban dari Kala. Bukannya langsung menjawab pertanyaan yang Ayana lontarkan, pria itu malah terbatuk dengan begitu hebatnya. Ayana yang panik akhirnya sibuk mengambilkan minuman untuk Kala dan pertanyaan itu terlupakan begitu saja sampai Ayana pulang.

 

"Rin, seandainya di dunia ini cuma tersisa dua jenis makhluk cowok... mana yang bakal kamu pilih? Hidup bareng cowok super playboy yang nggak bisa hidup tanpa banyak cewek atau cowok gay yang nggak butuh cewek?" tanya Ayana berapi-api.

 

Pertanyaan Ayana yang menggebu-gebu hanya ditanggapi Karin dengan kernyitan di dahinya. Sedetik kemudian, ekspresi wajah Karin berubah. Karin menatap sobatnya dengan tatapan iba atau lebih tepatnya lagi seperti tatapan seorang dokter yang dengan berat hati akan mengatakan pada pasiennya kalau sang pasien tidak akan berumur panjang.

 

"Kenapa natapnya begitu, sih?" tanya Ayana risih. 

 

"Yan, jomblo dari lahir itu bukan aib, kok! Ditolak banyak cowok juga bukan berarti kiamat. Kamu harus tabah. Jangan putus asa dulu. Baru juga ditolak berapa puluh kali, masa kamu udah mau nyerah?" ujar Karin berniat untuk menghibur Ayana yang memang punya track record menakjubkan sebagai seorang jomblo, tapi entah kenapa di pendengaran Ayana terasa seperti ledekan.

 

"Ih. Siapa yang putus asa? Aku nanya cuma buat novelku aja, kok!" bantah Ayana.

 

"Masa?" tanya Karin dengan mata menyelidik. 

 

"Udah, jawab aja. Kamu pilih playboy apa cowok gay?" desak Ayana tidak sabar.

 

Karin mengelus dagunya seolah sedang berpikir keras. "Sudah jelas aku lebih milih cowok playboy lah. Walaupun playboy, dia masih bisa suka dan cinta sama cewek. Lagipula aku yakin kalau aku pasti bisa bikin dia setia sama aku," jawab Karin percaya diri sambil mengibaskan rambut panjang hitamnya yang berkilau bak model shampoo ternama.

 

"Iya, ya. Apalagi kamu good looking, ya?" sahut Ayana lemas sambil melirik Karin yang memang cantiknya tidak kalah dengan model-model kelas atas yang berlenggak lenggok di atas catwalk. Bahkan walaupun Karin banyak makan, tubuhnya tetap membahana bak gitar spanyol dan membuat Ayana mendesah iri. Body Ayana mah jangan ditanya. Mau makan sebanyak apa, tetap saja badannya kurus kering kerontang seperti anak yang tidak diberi makan bundanya.

 

Ayana menghela nafas berat. Setelah sekian lama baru kali ini Ayana merasa dirinya seperti Upik Abu saat berdampingan dengan Karin. 

 

"Memang kenapa kalau good looking? Mau good looking kayak gimana juga, yang namanya cowok gay nggak bakal lirik-lirik, kan? Jadi mending aku pilih yang playboy aja sekalian," lanjut Karin bingung sendiri melihat Ayana tiba-tiba memasang wajah galau.

 

"Tuh, kan!" sela Ayana setengah berteriak hingga membuat Karin terlonjak kaget dan hampir menyemburkan bubur ayam yang sedang ia kunyah.

 

"Apa?" tanya Karin sambil mengelus dadanya.

 

"Lebih baik cowok playboy, kan, dibanding gay? Idih. Itu para orangtua mikirnya apaan, sih?" Ayana merutuk kesal. Setelah orangtua Sitti Nurbaya berhasil memporak-porandakan hidup si Sitti, kini orang tua kandungnya akan masuk jajaran para orangtua durjana yang tega menyengsarakan anaknya sendiri. Ayana semakin yakin kalau orang tuanya sudah salah memilih jodoh untuknya.

 

"Fix dah ini. Aku bakalan jadi salah satu istri teraniaya seperti dalam sinetron Ikan Terpanggang," desis Ayana sedih memikirkan nasibnya yang di ujung tanduk.

 

"Emangnya kenapa, sih?" Karin kembali bertanya, penasaran kenapa sedari tadi Ayana terus mengedumel tidak jelas. 

 

"Jangan bilang kalau kamu mendadak dijodohin sama cowok gay? Kalau beneran, hidup kamu udah kayak drama aja," ujar Karin tertawa kecil. Maunya sih ketawa ngakak, tapi bagaimana pun juga image anggun yang melekat di diri Karin melarang keras hal itu terjadi. Menguap lebar saja adalah hal nista yang tidak boleh Karin lakukan, apalagi ketawa ngakak seperti om-om di warung kopi.

 

"Kamu nggak lagi dijodohin, kan?" Karin mengulangi pertanyaannya lagi dan disambut dengan gelengan tidak meyakinkan dari Ayana.

 

"Hm. Aku jadi curiga."

 

"Nggak, kok! Aku cuma mau riset buat novelku aja," kilah Ayana. Mulut sahabat dan mulut temen itu beda jauh, sodara-sodara. Alih-alih ikut sedih dengan nasib sial Ayana, yang ada Karin pasti akan tertawa sampai kiamat kalau tahu sahabat tercintanya dijodohkan dengan laki-laki gay.

 

"Eh, tapi aku agak serem juga, sih, kalau harus milih cowok playboy. Bayangin aja, gimana kalau tiba-tiba ada perempuan bawa anak dan bilang itu anaknya sama paksu setelah 5 tahun pernikahan kami. Astaga!!!" pekik Karin bergidik horor. 

 

"Tuh, kan! Emang paling aman itu jadi jomblo," tandas Ayana sambil menjentikkan jarinya.

 

"Eits, tapi menikah itu menyempurnakan agama, lho!" sela Karin yang tumben berada dalam mode bijak. "Kamu juga, dari sekian banyak jenis laki-laki kenapa yang harus dipilih playboy atau gay, sih? Emang nggak ada yang normalan dikit apa?"

 

"Ada, sih, tapi orangnya menolak buat diajak selingkuh," balas Ayana lesu sambil menggigiti kuku jarinya. 

 

"Ha?"

 

"Sudahlah, mending aku ke atap buat nulis, deh." Ayana segera memanggul tas punggungnya yang berpotensi membuat punggung encok. Tapi, karena Ayana yang banyak pikiran, berat tas di punggungnya masih kalah berat dengan isi kepalanya yang penuh dengan keruwetan.

 

"Kamu itu emang aneh, ya, Yan. Orang normal mah kalau mau ngetik atau ngerjain tugas tuh di perpustakaan. Enak, adem, dingin. Lha, kamu malah berjemur di atap yang panasnya membahana. Katanya pengen putih, tapi hobby berjemur di atap kampus," sindir Karin. 

 

"Di atas atap enak, angin sepoi-sepoi," tukas Ayana santai. "Oya, kok, kamu nggak baca novel online aku yang baru, sih? Mumpung masih gratis, belum dikunci, buruan gih baca. Kamu masih ingat nama pena aku, kan?" todong Ayana yang baru ingat kalau Karin selaku sahabat sampai detik ini belum juga mampir di novel online terbaru yang Ayana tulis.

 

"Ogah," sahut Karin dengan bibir mengerucut maju. "Kamu tiap nulis cerita udah kayak punya dendam pribadi sama tokoh utamanya. Tokoh utamanya nggak pernah punya jodoh. Yang dapat jodoh malah Second Lead Male-nya. Apa-apaan?" protes Karin blak-blakan. 

 

Ayana menyengir lebar menanggapi protes Karin perihal novel yang ia tulis. Memang dari sekian banyak novel yang berhasil Ayana tulis, tokoh utama wanita dan pria hampir tak pernah bersatu. Lha, bagaimana kedua tokoh utamanya bisa bersatu kalau setiap kali menulis Ayana selalu oleng ke tokoh pria kedua. 

 

"Jangankan nonton Drakor, Rin, di cerita yang aku tulis aja aku dukungnya Second Lead Male," aku Ayana sambil tertawa.

Bab terkait

  • Choose Me!!   Keplinplanan Ayana

    Tap. Ayana tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Padahal hanya tinggal selangkah ia menuju atap dan membuka pintu, tapi entah kenapa Ayana seperti merasakan firasat buruk. Dari arah pintu yang menghubungkan dengan atap, Ayana seperti merasakan adanya hembusan aura negatif yang sangat kuat. Tiba-tiba Ayana merasa dirinya seperti menjelma menjadi Sara Wijayanto yang bisa mendeteksi keberadaan makhluk halus. "Setiap kali aku menulis cerita, atap selalu menjadi tempat laknat yang membawa sial. Biasanya bakalan ada adegan-adegan mengerikan di atap, mending aku putar arah, deh!" desis Ayana was-was menghindari petaka yang mungkin saja akan terjadi. Sedari tadi firasat buruk terasa menggerayangi hatinya. "Eits, tunggu dulu!" Ayana berseru pada dirinya sendiri, mencegah dirinya untuk kabur begitu saja. Berdasarkan cerita-cerita yang sudah berhasil ia tulis di dalam nove

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Choose Me!!   Rahasia Yang Nyaris Terbongkar

    Ayana masih terus memelototi penampakan wajahnya yang terpantul di cermin dengan gunting di tangan kanannya. Sedari tadi Ayana membulatkan tekad dan mengumpulkan kekuatan untuk menggunting pendek rambutnya agar bisa terlihat seperti potongan rambut anak laki-laki. Tapi, yang Ayana takutkan adalah rambut cepak akan membuat wajahnya semakin terlihat buruk rupa. Ayana tentu belum lupa dengan keadaan parasnya yang tak segood looking Karin."Aduh, aku nggak sanggup." Ayana mengeluh lesu seraya menundukkan kepalanya. "Mana bisa aku memotong rambutku yang berharga. Rambut itu, kan, mahkota perempuan. Huhuhu," ratap Ayana sembari merebahkan kepalanya ke wastafel dan menjatuhkan gunting yang ada di tangannya."Hey!" tegur Kala sembari menepuk pundak Ayana pelan-pelan."Kamu kenapa ada di sini?" tanya Kala begitu Ayana menolehkan kepalanya. Gadis itu menatap Kala dengan ekspresi tanpa dosa, sama sekali ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Choose Me!!   Huru Hara

    "Sebenarnya dia ngapain, sih?" tanya Aksa jengah. Begitu ia masuk ke dalam toilet, penampakan suram Ayanalah yang tertangkap oleh matanya. Gadis itu berjongkok tidak jelas di pojok toilet seperti mahasiswi sengsara yang setiap harinya diomeli dosen killer dan dibully teman sekelas."Kenapa dia jadi kayak hantu penunggu toilet begitu?"Kala ikut bertanya, tapi tatapan para penghuni toilet membuat Aksa maupun Kala dalam sekejap melupakan pertanyaan mereka sendiri. Bulu kuduk Aksa tiba-tiba berdiri dan tengkuknya terasa kaku, entah karena kolesterolnya yang tiba-tiba naik atau memang tatapan teman-temannya yang terasa tajam menusuk. Tatapan tajam, sinis dan kepo semua tertuju kepada Aksa yang berdiri bingung."Kenapa kalian menatapku begitu?" tanya Aksa merinding."Perasaanku nggak enak, lho, Sa." Kala menyeletuk. "Jangan-jangan...."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Choose Me!!   Aksa Vs Ayana

    "Kak Aksara!!!" Cassie berteriak histeris sembari mengacung-acungkan ponsep pintarnya ke depan kedua mata Aksa. Aksa yang tengah menyeret Ayana terlonjak kaget karena serangan tiba-tiba adik tingkatnya itu. Nyaris saja mata Aksa kecolok hape Cassie yang sebesar telapak tangan. Cassie heboh memperlihatkan video pendek berisikan kejadian di toilet tadi."Apa lagi?" gerutu Aksa. Tapi, dalam hitungan detik ia ingat untuk segera mengubah ekspresi wajahnya. Topengnya jangan sampai terlepas untuk kedua kalinya. Ia harus tampak tenang, elegan dan manis seperti malaikat yang tak pernah tersentuh dosa."Kak Aksa, pleaseeee. Bilang kalau ini semua nggak benar. Masa model pangeran kayak kakak tunangannya sama upik abu begini? Aku pernah dengar cerita Beauty And The Beast, tapi aku enggak rela kalau posisinya sampai dibalik. Kakak pantas dapat yang lebih baik," pekik Cassie nyaris melolong. Mata Cassie mendelik ke arah Ayana yang berdir

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Choose Me!!   Perkara Kelinci

    "Ya ampun, kamarnya rapi banget. Ini kamar punya cowok apa cewek, sih?" Pujian itu keluar begitu saja dari mulut Ayana begitu ia membuka pintu kamar Aksa.Dirinya baru saja mendapat mandat dari calon mertua untuk membantu membangunkan Aksa yang tumben hari ini tidur kayak kerbau habis dipaksa kerja rodi membajak sawah. Sepanjang perjalanan menuju rumah Aksa tadi Ayana habiskan dengan mengomel dan menguap. Bisa-bisanya ia yang rumahnya dengan rumah Aksa jauhnya dari ujung ke ujung ditelpon, dipaksa dan diiming-imingi ajakan makan malam dengan mengemban tugas mulia, yakni membangunkan si Tuan Muda seolah-olah di rumah Aksa sudah tidak ada lagi makhluk hidup lain yang bisa disuruh-suruh.Karena jengkel dan dongkol tidurnya terganggu, Ayana bertekad akan langsung menendang Aksa begitu sampai di kamar pria itu. Tapi, niat jelek itu auto buyar begitu Ayana melongokkan kepalanya ke dalam kamar Aksa. Kamar serba putih bersih nan ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-18
  • Choose Me!!   Bom Waktu Bernama Ayana

    Aksa tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum melihat ekspresi horor yang terpampang nyata di wajah Ayana. Ia bahkan bisa saja tertawa seandainya ponselnya tidak berbunyi sebagai tanda kalau seseorang tengah menghubunginya. Ditambah lagi karena nama yang tertera di layar ponselnya adalah nama Saga. Mana mungkin Aksa mengabaikan panggilan telepon itu, kan?Telinga Ayana sontak berdiri begitu mulut Aksa menyebut nama Saga. Ayana teringat pada ancaman bundanya yang akan mengubah Pao menjadi sate kelinci. Ditambah lagi dengan kenyataan kalau Aksa termasuk golongan pemakan sate kelinci. Tiba-tiba Ayana ingin membuat Aksa merasakan kepanikan dan kehororan yang tadi Ayana rasakan. Rasa terancam dan tidak aman karena kelincinya yang bisa kapan saja berakhir di piring menjadi salah satu menu makan malam."Hey, kenapa kamu marah? Apa? Soal pertunangan itu?"Aksa masih sibuk membujuk Saga yang seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Choose Me!!   Omongan Nyelekit Ayana

    "Gyaaaa."Ayana yang tengah bergelayut dengan tidak romantis di leher Aksa tersentak kaget. Ia tak ubahnya seperti seseorang yang terkena hipnotis dan baru bisa mendapatkan kesadarannya kembali ketika mendengar mama Aksa berteriak. Wanita paruh baya itu berdiri dengan ponsel di tangan, memotret adegan pencekikan yang entah kenapa di matanya justru terlihat begitu romantis nan harmonis."Hapus foto itu!" perintah Aksa cepat sembari mengulurkan tangannya ke arah sang mama yang mengulum senyum. Sibuk mengotak atik ponsel dan mengedit foto hasil jepretannya."Kenapa aku meluk Mas Aksa, sih?" gerutu Ayana sambil menjauhi Aksa. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.Aksa melengos. Bertanya dengan nada dongkol. "Kenapa ekspresimu jadi begitu? Kamu yang memelukku, bukan aku yang meluk kamu," sergah Aksa. Jelas-jelas yang memeluk duluan adalah Ayana, tapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Choose Me!!   Rencana Tante Anna

    Jemari Tante Anna dengan lincah bergerak di layar ponsel pintarnya. Mengedit foto Aksa dan Ayana dengan filter yang maha dahsyat ditambah emoticon lope-lope untuk menambah kesan romantis. Bibir wanita yang sudah ngebet pingin punya mantu itu melengkung ke atas melihat hasil karyanya. Merasa bangga dan puas dengan kerja kerasnya, foto itu langsung dipajang menghiasi feed instagramnya. Tentu saja tidak lupa ditambah caption pamer kalau ia sebentar lagi akan punya menantu."Untuk keperluan feed supaya terlihat estetik, mama harus punya banyak koleksi foto Aksa dan Ayana. Tapi, mereka berdua malah berantem mulu. Kapan akurnya sih itu anak dua?" keluh Tante Anna masih sibuk dengan layar ponselnya.Kala yang sedang menyeruput kopi di sebelah Tante Anna ikut melirik ke arah layar ponsel tantenya. "Memang Aksa nggak marah fotonya dipajang begitu?" tanya Kala begitu melihat foto Aksa dan Ayana yang dipenuhi emoticon lope-lope. Kala

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02

Bab terbaru

  • Choose Me!!   Memberi Peringatan

    "Canggung banget," ucap Yusa buka suara. Beberapa menit sudah berlalu, tapi baik Aksa ataupun Saga, tidak ada satupun dari kedua orang itu yang membuka mulut. Padahal kedua orang itulah yang mengajak Yusa, lebih tepatnya lagi memaksa untuk bertemu di atas atap. Bukannya berbicara, mereka bertiga malah saling melempar tatapan tidak nyaman satu sama lain. "Kalian berdua masih nggak tahu apa yang mau dibicarakan? Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan, kenapa mengajakku ketemu di sini? Kan, buang-buang waktu. Mana panas lagi. Mending aku menemani Ayana di ruang kesehatan," kata Yusa pelan. Ia yang sudah merasa bosan ingin secepatnya angkat kaki meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aksa to the point, mencegah Yusa yang tidak sabar ingin menyelonong pergi."Kenapa aku ada di sini?" ulang Yusa dengan ekspresi mencemooh. "Ini kampus, Aksa. Tentu saja aku ada di sini untuk belajar. Memangnya aku mau apa lagi? Nggak mungkin mau jual

  • Choose Me!!   Mahasiswa Baru

    "Kalian itu ngapain, sih?" tanya Aksa bingung melihat kelakuan Ayana dan Karin di depan pintu kelas. Karin dengan gigihnya berusaha menyeret Ayana untuk masuk kelas, begitupun dengan Ayana yang tidak kalah gigih bertahan di daun pintu. Saking gigihnya, Ayana nyaris menggigit pintu. Bosan berlagak seperti kelinci yang suka loncat ke sana ke mari, sepertinya Ayana ingin berubah menjadi tikus yang menggerogoti kayu."Kak Aksa, lihat 'nih kelakuan tunangan Kakak. Dia nggak mau menuntut ilmu dengan baik dan benar," lapor Karin dengan tangan masih menarik tali tas punggung Ayana."Kamu itu kenapa? Masa stress hanya gara-gara aku nggak mau ke kampus bareng?" tanya Aksa pada Ayana."Mas Aksa, Mas Aksa bisa merasakan atau ngelihat hantu nggak?" tanya Ayana tidak nyambung, membuat Aksa semakin yakin kalau Ayana benar-benar mabok akibat kebanyakan makan daging sapi. Sepertinya otak Ayana ketutupan lemak sampai-sampai hari ini Ayana semakin menggila dan bersikap tidak

  • Choose Me!!   Hari Yang Aneh

    "Pagi-pagi anak itu sudah membuatku sakit kepala," sungut Aksa.Ia berjalan dengan tergesa sambil menyugar kasar rambutnya sendiri. Setelah kemaren ia nyaris mati kebosanan menunggu lama bunda Ayana berbelanja daging, pagi-pagi buta Ayana kembali berbuat ulah dengan menelponnya. Sepertinya gadis itu mabok kebanyakan makan daging sapi sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan merengek minta berangkat ke kampus bareng. Sejak kapan coba mereka punya hubungan semesra itu?"Ayo, kita ke kampus bareng!"Begitu Aksa mengangkat panggilan telpon dari Ayana, suara cempreng itulah yang menerobos gendang telinga Aksa. Tidak ada ucapan salam ataupun basa basi. Bahkan sekedar say halo pun tidak diucapkan Ayana, apalagi ucapan Assalamualaikum yang jauh lebih panjang. Aksa yang masih mengantuk bahkan langsung sadar dari alam bawah sadarnya. Matany

  • Choose Me!!   Menjadi Tamu Di Rumah Ayana

    "Akhirnya aku sehat dan bisa bersih-bersih rumah," ujar Ayana berbicara sendiri.Ia menyapu lantai ruang tamu dengan begitu bersemangat. Setelah mendapat pelatihan memasak dari Tante Anna yang tidak juga membuahkan hasil, Ayana berinisiatif untuk latihan beberes rumah yang baik dan benar. Meskipun kemungkinan untuknya menjadi istri Aksa sangatlah kecil, Ayana tetap bersemangat berlatih menjadi ibu rumah tangga. Karena itu dengan senang hati Ayana mengambil alih pekerjaan asisten rumah tangganya untuk bersih-bersih teras."Tapi, kenapa lantai yang kusapu nggak bersih-bersih juga, ya?" tanya Ayana bingung."Arah sapuanmu salah, Yan!" tegur seseorang.Ayana sontak menoleh ke arah suara yang menegurnya. Kakak sulungnya berdiri sambil menutup hidung dengan sapu tangan, menghindari debu yang beterbangan agar tidak masuk ke dalam hidungnya

  • Choose Me!!   Perasaan Was-was

    Sreeet.Aksa merobek bungkus obat pereda demam yang baru saja ia beli di apotek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Begitu bangun dari pingsannya, Ayana tiba-tiba terserang demam sehingga membuat Aksa terpaksa singgah ke apotek dalam perjalanan pulang.Apa di tubuh Yusa tertempel jin sehingga bisa membuat seseorang yang dipeluknya terserang demam tinggi? Aksa bertanya-tanya dalam hati.“Kenapa kamu malah terkena demam begini? Segitu senangnya, ya, dapat pernyataan cinta dari cowok tadi?” tanya Aksa, tentu saja dengan maksud untuk menyindir Ayana yang duduk di sampingnya. Ayana yang masih menggigil mengabaikan Aksa dan sibuk menenggak air untuk mengenyahkan rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.Aksa ingin fokus dengan setir kemudi di depannya, tapi suara gigi Ayana yang bergemeletukan membuat Aksa terpaksa menolehkan kepalanya k

  • Choose Me!!   Pernyataan Cinta Yusa

    "Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Aksa."Lho, kenapa? Mas Aksa bahkan belum berbincang-bincang dengan Saga," tanya Ayana bingung. Disuguhkan minum pun belum, tapi Aksa sudah mengajak untuk pulang. Padahal tadi butuh waktu hampir dua jam mereka berdua berdebat karena Ayana yang ngotot ingin ikut dan Aksa yang juga bersikeras menolak membawa Ayana berkunjung ke rumah Saga. Masa belum apa-apa mereka sudah mau pulang? Kepala Ayana saja masih pusing karena pingsan tadi."Nggak ada gunanya juga aku bertemu Saga kalau ada kamu dan orang menyebalkan itu di sini," ujar Aksa dongkol.Ayana menggelengkan kepalanya. "Kenapa Mas Aksa selalu menganggap semua orang menyebalkan? Nggak boleh, lho, berburuk sangka kayak gitu mulu" tukas Ayana menasehati Aksa.Aksa mendengus. Ingin balas melemparkan nasehat pada Ayana yang dinilainya selalu berpikir kelewat positif terhadap orang

  • Choose Me!!   Aneh!

    "Ngik!" Ayana yang baru sadar dari pingsannya sontak menutup hidungnya sendiri, berusaha menyamarkan suara nafasnya yang tak ubahnya seperti babi yang menguik. Ia kaget sendiri mendengar suara bunyi nafasnya yang mendadak terdengar seperti orang terserang asma. Dengan gugup, Ayana melirik seseorang yang duduk di tepi tempat tidur dan langsung menghembuskan nafas lega begitu tahu kalau orang yang menunggunya adalah Aksa, bukan orang lain. Ia tidak perlu malu karena Aksalah yang mendengar bunyi nafasnya yang terdengar seperti suara babi, bukan pria tampan yang tadi tiba-tiba memeluknya. "Bodoh," ejek Aksa. "Kenapa kamu malah pingsan?" "Mas Aksa?" "Dan wajahmu itu terus-terusan memerah. Jangan bilang kalau kamu tergoda dengan tampangnya itu!" sindir Aksa dengan wajah tidak percaya. &nb

  • Choose Me!!   Yusa, What Are You Doing?

    "Bersaing?" desis Saga sinis. "Sayang sekali, selera kita berdua beda. Jadi lupakan saja!""Kamu benar-benar membuatku ingin tertawa," ledek Yusa dengan senyum terkulum. "Padahal aku punya banyak cewek can..."Lagi-lagi Saga berdecak dan menganggap perkataan Yusa tak lebih dari angin lalu. Angin lalu yang lebih baik jika diabaikan. Saga meraih ponselnya yang tergeletak di meja dan berjalan ke arah pintu menuju ruang tamu."Ga!!!" Yusa berteriak. "Kamu mau pergi ke luar?""Ya. Aku ada janji dengan seseorang," jawab Saga acuh."Kamu mau meninggalkan aku? Padahal hari ini aku mau mengajakmu ke cafe favoritnya ayah dan ibu," kata Yusa dengan nada memelas."Jangan harap aku mau!" tandas Saga cuek. Lagipula ibu yang Yusa maksud adalah ibunya, bukan ibu Saga. Lalu untuk apa ia peduli? Saga mendesah pelan. Ia dan Yusa

  • Choose Me!!   Tamu Tak Diharapkan

    "Shit!"Saga mengumpat pelan sembari meremas rambutnya sendiri. Sedari tadi ia terus saja merasa gelisah. Ah, lebih tepatnya semenjak kejadian ia melihat Aksa menyentuh rambut Ayana di taman ria kemaren, Saga mulai merasakan kegelisahan yang sangat mengganggu. Ia seperti sedang diusik dan sialnya Saga tidak tahu di antara dua orang itu siapa yang sudah mengusik ketenangannya. Aksa atau Ayana?Saga memejamkan matanya, berusaha mengenyahkan adegan yang menggentayangi otaknya. Adegan yang membuatnya marah, kesal dan juga gelisah."Entah kenapa rasanya aku jadi kesal," desis Saga dengan mata terpejam. Ia bersandar di sofa yang seharusnya terasa nyaman, tapi sayangnya rasa nyaman itu tidak terasa sama sekali."Kamu mencemburui seseorang?"Saga menghela nafas panjang mendengar suara bisikan yang singgah di telinganya. Itu bukan suara ibun

DMCA.com Protection Status