Home / Thriller / Catch Me If You Can / 04. His Lovely Games

Share

04. His Lovely Games

last update Last Updated: 2021-05-12 07:59:04

    Betapa pentingnya pengawasan terhadap seorang anak, orang tua yang tak bisa melihat langsung pertumbuhan anaknya kelak akan merasakan sebuah penyesalan yang tertinggal di hati. Mereka tak lagi bisa mengulang saat-saat terindah bersama anak mereka.

    Salah satu dari sekian banyak orang tua yang akan menyesali hal itu adalah Joly dan Erick Owens.

    Mereka yang terlalu sibuk bekerja pun memberikan seluruh pengawasan anaknya kepada para pengasuh. Mereka sibuk mengejar duniawi, berpikir itu untuk masa depan sang anak, tapi mereka membuat seorang anak merasa kesepian karena kerap ditinggal orang tuanya pergi bekerja.

    Anak itu George Owens. Akibat tidak mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua, di masa remaja ia berubah menjadi pembunuh berantai, bergabung ke kepolisian dengan tujuan tak baik, dan berakhir hukuman mati setelah meledakkan sebuah laboratorium dan menewaskan banyak orang.

    Penyesalan akan selalu datang terlambat.

    ***

    "George, anakku. Kemarilah, Nak," panggil Joly, ibu dari anak laki-laki yang tengah asyik bermain scrabble sendirian. Wanita berambut cokelat panjang sepinggang itu menyembunyikan beberapa kotak benda di belakangnya.

    Hari itu, kebetulan Joly mendapat cuti dari perusahaan tempatnya bekerja. Itu pun cuti selama beberapa jam saja untuk satu hari itu. Benar-benar menggambarkan kepadatannya selama tak berada di rumah. Dia adalah seorang wanita karier yang sibuk, sama halnya dengan suaminya, Erick Owens.

    Mereka adalah pasangan suami istri yang pekerja keras, bahkan mereka selalu bekerja walau di akhir pekan sekalipun. Karenanya, mereka berdua sama-sama tak punya waktu untuk mengawasi setiap apa yang George kecil lakukan selama mereka pergi bekerja.

    George yang dipanggil pun menoleh cepat ke arah wanita yang telah melahirkannya. Ia yang masih berumur lima tahun kala itu pun dengan cepat bangkit dari duduknya dan langsung berlari kecil menghampiri sang ibu. Joly dengan sigap menggendong putra kesayangannya dan membawanya ke atas pangkuannya. Joly lantas memeluk George mesra.

    "Ada apa, Ma?" tanya George dengan suaranya yang kecil, hampir terdengar seperti bisikan. Pupil matanya membesar, menunjukkan rasa ingin tahu yang juga sama besarnya.

    "Mama punya kabar bagus buat George!" Joly mengembangkan senyum dan melanjutkan perkataannya, "Coba kau tebak apa itu?"

    George memandang wajah ibunya, kemudian menggeleng tidak tahu. "George tak tahu, Ma," balasnya lirih. Entah mengapa ia menjadi tak bersemangat hari itu, padahal biasanya George adalah anak yang periang.

    Joly tertawa kecil. Tak menyadari perubahan anak laki-lakinya. "Mama dan Papa membelikan George banyak sekali mainan baru! Hmm, melihat kau yang senang dengan permainan yang mengandalkan daya pikir dan juga konsentrasi, kami berdua memilih permainan-permainan ini untuk kau mainkan!" ucap wanita itu kegirangan.

    "Kami harap George kelak menjadi seorang yang hebat, ya, Sayang?" Joly lalu mengusap surai-surai lembut George yang serupa dengan miliknya. Betapa beruntungnya anak laki-lakinya ini terlahir di keluarga mereka.

    George hanya mengangguk patuh, tak terlalu tampak apa dia merasa senang atau tidak dengan hadiah yang ibunya perlihatkan. Karena George adalah seorang anak yang jarang sekali memperlihatkan ekspresinya yang sebenarnya. Terkadang dia akan ceria, terkadang akan murung tanpa sebab. Namun, meski begitu, tangan mungilnya langsung meraih permainan puzzle dan menanyakan apa nama dan kegunaan dari permainan itu kepada sang ibu.

    Benda itu belum pernah dimainkan olehnya, dan itu adalah pertama kalinya George melihat benda di tangannya. Tampilannya cukup menarik di mata George karena bergambar tokoh kartun kesukaannya, Mickey Mouse.

    Sang ibu tersenyum manis dan menjawab pertanyaan putranya itu dengan senyum lebar di wajah. "Puzzle itu adalah mainan menyusun gambar, Sayang," jawab Joly sambil menunjukkan cara mainnya. "Gambar-gambar itu akan diacak terlebih dahulu sebelum siap kau mainkan. Jadi, di saat kamu akan mencoba menyusunnya di dalam bingkai dengan menghubungkan semua potongan-potongan kecil itu di kotaknya, nanti setelah selesai dia akan menjadi gambar yang utuh."

    George yang semula tak menyunggingkan seulas garis pun di wajahnya, mulai terlihat menaikkan sudut bibirnya sedikit. Sampai akhirnya, anak itu tersenyum sekali lagi ketika mendengarkan penjelasan sang ibu. Dia cukup mengerti apa yang telah ibunya jelaskan, karena sebelumnya dia pernah diajarkan seseorang cara bermain ini. Walau saat itu, dia tak bisa memahaminya sama sekali.

    Tak perlu waktu lama bagi George kecil untuk menguasai permainan-permainan yang sudah dibelikan oleh kedua orang tuanya. Dalam beberapa minggu saja, ia sudah sangat lihai memainkannya. Tentu semua berkat usaha dan kerja keras George yang sangat ingin menyamai kakak itu.

    Dan yang membuat kedua orang tua George, bahkan semua tetangga di sekitar rumahnya terkejut adalah George yang baru berusia lima tahun mampu menyelesaikan Irregural Rubik's Cube.

    Di mana rubik ini berbentuk 3D tak beraturan, yang kemudian akan diubah menjadi sebuah kubus persegi biasa. Bagi orang dewasa tentu pastilah mudah memainkannya dalam beberapa kali percobaan, meski ada juga orang-orang yang tidak bisa memainkannya. Akan tetapi, karena yang menyelesaikan permainan kubus ini adalah seorang anak kecil berusia kurang dari enam tahun, tentu saja hal ini sangat mengagumkan bagi orang-orang di sekitarnya.

    "George anak yang pintar, ya? Dia hebat sekali memainkan kubus yang rumit itu," puji salah seorang tetangga ketika mereka sengaja datang ke rumah George demi melihat anak laki-laki itu bermain.

    "Ah, tentu saja. George adalah anak yang sangat genius," sahut Joly dengan nada bangga. Betapa senangnya dia saat melihat ada orang lain yang memuji anak laki-lakinya. Itu berarti dia berhasil mencetak generasi keluarga Owens yang kelak akan menjadi orang yang sangat terkenal.

    Membayangkan kelak akan ada banyak sekali piagam dan piala di rumahnya membuat wanita itu menjadi besar kepala. Dia akan membuat George menjadi seorang ilmuwan, dokter atau apa pun yang kelak akan dikenang oleh banyak orang.

    Semua yang pernah meremehkan keluarga mereka kelak akan menyesal saat melihat keberhasilan putra tunggal pasangan Joly dan Erick Owens yang sedang bermain sendirian di halaman belakang itu.

    "Apa kalian yang mengajarkan George bermain permainan sulit itu?" tanya Meggan, tetangga sebelah rumah keluarga Owens. Joly menggeleng.

    "Tidak, kami tak pernah mengajarkannya apa-apa. Dia adalah anak yang murni lahir dengan bakat dan potensi. Seorang genius nomor satu di kota ini!" Joly benar-benar membanggakan anak satu-satunya itu, sampai mengundang decak kagum dari para tetangga yang senang sekali membicarakan keburukan seseorang.

    "Apa kalian tahu?" Joly memancing keingintahuan orang-orang haus topik hangat ini. "George juga sudah pernah menerapkan Blindfolded Solving, atau cara menyelesaikan rubik dengan mata tertutup."

    Dua orang wanita dewasa yang mendengarkan penjelasan sang nyonya besar keluarga Owens langsung berdecak kagum. Merasa takjub dengan keterangan yang baru saja Joly berikan kepada mereka. "Bukankah itu metode yang sulit? Anak saya bahkan belum bisa bermain rubik! Apalagi bermain dengan mata tertutup dan mendapatkan hasil yang memuaskan."

    Joly tergelak pelan. Wanita itu merasa puas sekali. "Ya, yang kau katakan itu benar. Bagi sebagian orang di dunia ini, bermain rubik dengan mata tertutup mungkin akan sulit pada awalnya. Namun, anakku George ini sama sekali tak mengalami kesulitan saat memainkannya."

    Lagi dan lagi, kedua wanita itu berdecak kagum atas prestasi anak tetangganya. "Dia anak yang hebat sekali, Anda beruntung memiliki seorang anak yang pandai seperti George."

    Joly tersenyum malu, dalam hati dia bersorak kegirangan karena mendapat pengakuan dari orang-orang bermulut besar ini. "Tentu saja, anak genius ini adalah didikan dari keluarga besar kami. Keluarga Owens yang sangat terpandang ...."

    Sayangnya, Joly tak tahu bahwa George lebih istimewa dari apa yang bisa ia ketahui tentang anak laki-lakinya itu.

Psychopath Tender

Ini banyak direvisi ya

| Like

Related chapters

  • Catch Me If You Can   05. He's Just a Lonely Little Boy

    Di saat kedua orang tuanya sedang tidak berada di rumah, atau para babysitter yang disuruh menjaganya tidak ada yang bisa menjaga George. Maka anak laki-laki itu akan bermain seorang diri di halaman belakang rumahnya. Kebetulan, halaman belakang rumah George cukup luas. Mereka juga memiliki kolam renang yang tidak terlalu dalam di sana. Semua mainan sudah tersedia di halaman belakang, sehingga George bisa tenang bermain meski hanya seorang diri. Rumah keluarga Owens dikelilingi oleh pagar putih setinggi dua meter. Hal itu untuk mencegah hal buruk terjadi seperti adanya pencuri yang masuk. Tentu adanya pagar itu juga untuk melindungi George di rumah selama orang tuanya tak ada di rumah dan dia hanya ditinggal bersama seorang pengasuh yang baru bekerja selama beberapa bulan di kediaman mereka. Walau memperkerjakan babysitter, tapi wanita-wanita yang ditugaskan untuk menjaga George itu jarang mengawasi anak

    Last Updated : 2021-05-12
  • Catch Me If You Can   06. George's Not Going Sleep

    "Hei, tahanan mati. Waktunya makan siang." Seorang tahanan yang mendapat tugas mengantarkan makanan kepada narapidana lain melempar begitu saja nampan berisi makanan ke dalam sel pria bertubuh besar yang pernah memiliki masa-masa penuh kejayaan. George mendapat tambahan hukuman dan dipindahkan ke sel khusus lagi, setelah dengan sengaja mencoba membunuh seorang pengedar narkoba yang mengatakan sesuatu yang terdengar konyol. George yang sejak awal hukumannya selalu berada dalam sel khusus, ketika ditempatkan satu sel dengan orang lain membuat pria tua itu langsung bertingkah dan emosi dengan orang yang mencari gara-gara dengannya. Meski kepalanya dipenuhi uban, George masih bisa bergulat dengan lelaki yang lebih muda 40 tahun darinya dan memukulkan asbak rokok ke pelipis pria malang itu berkali-kali. George dibawa paksa oleh sipir-sipir penjara yang murka melihat sikap pria tua yang hampir mati. George tak

    Last Updated : 2021-05-12
  • Catch Me If You Can   07. New Friend

    Sambil tersenyum secerah matahari, Sean berkata, "Baik, kita mulai ...." Sean menyelesaikan ceritanya kurang dari dua tiga menit. "Tunggu, ini cerita siapa?" George bertanya menyelidik. Sean tertawa melihatnya, baru kali itu dia bertemu anak yang begitu penasaran dengan kisahnya. "Ini cerita ibunya Nenek dari pihak ayahku, lalu orang tuaku menceritakannya sekali lagi padaku. Sudah lama sekali," jelasnya dengan sabar. "Bisa kita lanjutkan?" George mengangkat bahu. "Ya, kenapa tidak? Lagipula ceritanya menarik, apa Nenekmu masih hidup?" "Beliau sudah tiada, jauh ketika aku berusia 3 tahun. Hanya cerita ini saja yang tersisa darinya, pengalaman Nenek buyutku. Di mana Nenek buyutku kehilangan Justin." Sean kemudian mulai menceritakan pengalaman yang dialami oleh sang nenek buyut. Ketika pertama kali mendengar cerita ini, Sean saja terkejut kar

    Last Updated : 2021-05-12
  • Catch Me If You Can   08. A Precious Friend To George

    Sean tersenyum lalu berbalik badan. Bersiap meninggalkan halaman rumah George, jika saja tak ada suara yang menginterupsi. "Loh? Kamu teman George, bukan? Mau pergi kemana?" Sean dan George menoleh bersamaan. "Mama ...." Gumam George pelan. Pemuda berkulit agak gelap tertawa pelan dan tersenyum manis setelahnya. "Ah, iya, saya teman George," jawabnya sedikit canggung. "Saya mau pulang ke rumah." Joly menggeleng perlahan. "Kenapa pergi sangat cepat? Ayo, masuk dulu. Kita sarapan sama-sama." "Ah, tidak!" Sean mengangkat tangan di depan dada, memperlihatkan telapak tangannya kepada keluarga Owens—gestur menolak. "Saya tak bisa ikut sarapan ...." "Jangan malu-malu. Ayo, masuklah ke dalam." George melangkah lambat dan meraih tangan Sean, sedikit menariknya agar pemuda itu dapat mengikuti. Joly masuk lebih dulu ke dalam, disusul oleh George dan

    Last Updated : 2021-05-12
  • Catch Me If You Can   09. The Admiration of George Owens

    George menghabiskan waktu bersama Sean selama berhari-hari sambil bercerita di depan rumah. Kedekatan mereka membuat George menjadi lebih terbuka dengan kedua orang tuanya, dan George tak tertarik lagi bermain dengan rubiknya. Joly dan Erick begitu bahagia melihat perubahan anak laki-laki mereka. Sean membawa pengaruh yang bagus untuk George. Sampai suatu hari, George mengatakan sesuatu yang membuat pandangan kedua orang tuanya berubah kepada Sean. "Mom, biarkan Sean tinggal di sini!" ucap George, anak laki-laki berusia empat tahun kepada ibunya yang sedang melihat grafik saham di tablet mahalnya. "Tidak bisa, George. Sean bukan siapa-siapa kita." Joly mengetik sesuatu di laptop kemudian kembali meraih tablet berlogo apel. "Tapi aku menyukainya! Bukankah kalau saling suka, bisa tinggal bersama? Seperti Mom dan Dad!" Saat itu pulalah, Joly

    Last Updated : 2021-05-12
  • Catch Me If You Can   10. Shocking Case

    "George, ada apa di sekolahmu, Nak?" Joly bertanya keesokan harinya setelah mendapat kabar dari orang tua murid lain di sekolah anaknya. Kabarnya, ada kasus pembunuhan di sekolah anaknya. Hal itu membuat Joly khawatir. "Tak ada apa-apa, Mom. Hanya kasus orang mati di sekolah," jawab George dengan santai. "George! Jangan bersikap tidak peduli kepada kematian seseorang!" Joly memelototi anak laki-lakinya. Sedangkan George langsung berpura-pura tidak melihat kemarahan sang ibu. Bagi Joly, kenyamanan dan keamanan di sekolah itu adalah yang terpenting dan nomor satu di segala hal. Dari sekolah terbaiklah, George bisa mengukir prestasi yang lebih bersinar lagi. Lantas, bagaimana jika sekolah terbaik itu tutup hanya karena dua orang yang tidak lebih penting dari masa depan anaknya mati di lingkungan sekolah? Joly tak habis pikir dengan keputusan polisi dan pihak sekolah yang menutup sekolah selama penyelidikan

    Last Updated : 2021-05-13
  • Catch Me If You Can   11. Fragile Like Glass

    Semenjak berakhirnya penyelidikan, George tak lagi bisa bertemu dengan para petugas kepolisian yang datang ke sekolahnya. Dia tak bisa bertemu lagi dengan Jonathan, pria yang selama ini baik padanya atau bertemu Kapten Smith, pria bermata hijau yang menarik perhatian George, bahkan membuat anak itu rela pergi ke sekolah meski sudah dilarang kedua orang tuanya. "George, tadi Mom dapat telepon. Katanya, mulai besok kalian sudah harus masuk sekolah," ucap Joly di pagi Minggu. George baru saja tiba di meja makan, hendak menikmati sarapan bersama orang tuanya. Begitu mendengar kabar itu, George hanya tersenyum seraya mengangguk dengan patuh. "Oh, ya, Mom juga mendapat laporan bahwa kau pergi ke sekolah sendirian dan berlindung di belakang seorang petugas kepolisian saat gurumu muncul untuk memperingatkanmu." Joly membuka topik pembicaraan yang cukup berat di meja makan. Wanita itu kembali berkata, "Guru-gurum

    Last Updated : 2021-05-22
  • Catch Me If You Can   12. George's Plan To Meet Him

    "George, kau mau ikut ke rumah Aggis?" Max bertanya pada putra tunggal pasangan Joly dan Erick Owens. George yang sedang membaca buku membalas tanpa memandang sang penanya. "Untuk apa?" tanyanya balik. Dengan santainya, George membalik halaman buku. "Sebentar lagi Halloween, dan kita harus menyiapkan kejutan yang besar, George!" Oakey menyahuti, gadis kecil yang merupakan adik kembar Max pun mengganggu George yang sedang membaca buku William Shakespeare. "Oh, kenapa buku yang kau baca tebal sekali?" George menutup bukunya dan memandang ke arah Oakey. George tak perlu menyelipkan pembatas halaman, sebab dia masih mengingat jelas halaman yang ia baca sebelum kedatangan dua kakak-beradik kembar ini. "Tentu saja, Romeo dan Juliet adalah favoritku," ucap George. "Wah, sungguh? Coba katakan pada kami, sesuatu yang dikatakan orang itu dalam salah satu bukunya," tantang Max kepada George. A

    Last Updated : 2021-05-22

Latest chapter

  • Catch Me If You Can   70. Khayalan Selalu Berlebihan

    Jantung Myra berdegup kencang, ditatapnya George yang tengah memandanginya dengan serius. George tak pernah seserius ini ketika berbicara dengannya, kecuali saat pemuda itu tengah menjelaskan pelajaran yang tidak bisa dia pahami. Myra menarik napas panjang, berusaha menetralkan irama detak jantungnya yang mulai menggila."Apa yang ingin kau sampaikan, George?" tanya Myra dengan tenang, padahal gadis itu berteriak histeris dalam hati. Dia benar-benar penasaran sekaligus gugup, gelisah menantikan kalimat yang hendak George sampaikan padanya.George memandangi Myra lekat-lekat. "Myra, aku menyukaimu." Kalimat singkat George berupa pengakuan cintanya kepada Emily, dia lalu melanjutkan, "Hanya itu yang ingin kukatakan padamu."Myra terbelalak karena kaget mendengar pengakuan George. "Sejak kapan?" tanyanya hati-hati, jantungnya terus berdetak kencang, rasanya Myra hampir gila karena mendapat pernyataan cinta dari seseorang yang sudah mencuri hatinya sejak lama."Sejak semester 2, waktu

  • Catch Me If You Can   69. Perasaan George

    George tahu jika idenya mengungkapkan perasaan kepada Myra itu terdengar gila, tapi dia tak pernah merasa begitu gugup sampai seperti ini, bahkan saat petugas kepolisian berusaha menggeledah rumahnya saja dia masih bisa tenang dengan jantung berdegup kencang.Ada sensasi aneh yang seolah ingin membuatnya berterus-terang kepada gadis yang menjadi teman pertamanya di Universitas Johns Hopkins itu.Oleh karena itu, George akan mengajak Myra bertemu untuk membahas hal ini. Akan jauh lebih baik baginya jujur kepada gadis itu daripada memendam perasaannya terlalu lama, apalagi gadis itu telah bersama laki-laki lain yang parahnya lagi adalah seorang dosen di kampus mereka."Myra, kau ada waktu siang ini sebelum pendaftaran klub sastra?" George menghampiri Myra tepat setelah kelas bahasa berakhir.Gadis itu terlihat kaget saat George datang menyapanya, apalagi mereka sudah lama tidak saling berbicara satu sama lain sejak dirinya berpacaran dua bulan yang lalu dengan Lee yang merupakan salah sa

  • Catch Me If You Can   68. Sama-sama Memendam Perasaan

    Cinta bersemi tak pernah seharum ini, itulah kalimat yang terlontar dari seorang pecinta yang tengah dimabuk asmara. George pernah membaca kalimat yang diciptakan oleh seorang penulis novel yang menulis sebuah kisah cinta antara dua insan yang tidak ditakdirkan bersama.Ceritanya disuguhkan dengan gaya bahasa sederhana yang membuat George sanggup menghabiskan bacaannya itu hanya dalam dua hari saja. Bagi seorang kutu buku, membaca novel selama dua hari itu termasuk lamban. Namun bagi George yang belum pernah membaca novel romansa sebelumnya itu termasuk cepat.Mungkin karena alur cerita itu yang begitu mirip dengan kisah cintanya.George tak tahu mengapa dia membeli sebuah novel cinta yang sebenarnya bukan merupakan genre kesukaannya. George bahkan tak tahu sudah sejak kapan dia sering kedapatan curi-curi pandang ke arah Myra, gadis yang menjauh darinya semenjak berpacaran dengan salah seorang dosen di kampus mereka.Jawaban dari semua kebingungan itu tak ada di buku manapun, meski d

  • Catch Me If You Can   67. Cerita George Tentang Myra

    "Surat dari Mr. Lee ini ... begitu menyentuh hati. Apa kau juga merasakannya?" Myra bertanya kepada George, sementara pemuda itu melipat kembali suratnya, lantas memasukkannya ke dalam amplop. Dia lalu mengembalikan surat itu kepada sang gadis."Rayuannya benar-benar kacau." Sebuah komentar pedas dari George mengenai surat yang Myra dapatkan dari sang dosen baru. "Di mana kau mendapatkannya?"Sepertinya Myra tidak mendengar ucapan George sebelumnya, sehingga tingkahnya masih menunjukkan kesan biasa-biasa saja. "Oh, di sela-sela pintu laci, tapi lokasinya tidak akan mudah dilihat orang lain," jawabnya sambil memandangi amplop surat itu. "George, sebagai sahabatku ... aku ingin memberitahumu bahwa dia itu sangatlah bersinar dan karismatik. Bisakah aku menerima perasaannya?"George menaikkan sudut bibirnya sedikit. "Kenapa kau menanyakan hal itu padaku?" tanya George balik. Myra agak kaget mendengar nada bicara George yang terkesan dingin."Sudah kubilang, kan? Kau itu sahabatku," jawab M

  • Catch Me If You Can   66. Kembali Ke Masa Lalunya George

    "Aku benar-benar terkejut saat kau bilang kau adalah orang Portugal, itu cukup jauh dari sini. Padahal kukira kau lahir di Amerika Serikat."George mendengkus pelan. "Apa kau tak pernah ke luar negeri?" tanyanya sarkastik, dalam hati berpendapat bahwa gadis seperti Jessie pastilah sering bolak-balik ke luar negeri dan menghambur-hamburkan uang orang tuanya, alih-alih untuk belajar."Belum pernah sama sekali," jawab Jessie jujur."Oleh karena itu, jangan mengomentari fisikku," sahut George dingin. "Asal kau tahu saja, tidak semua orang Inggris akan tampak seperti orang Inggris pada umumnya. Juga orang Amerika, dia tidak akan tampak seperti orang Amerika pada umumnya jika DNA ayah dan ibunya bukan berasal dari orang Amerika asli.""Di luar sana, ada banyak orang dengan penampilan bawaan dari lahir yang berbeda dengan yang lainnya." George menerangkan, berusaha untuk tidak berlebihan atau terdengar emosi saat memberitahukannya pada Jessie."Oh, maafkan aku." Jessie menundukkan kepalanya

  • Catch Me If You Can   65. Siuman

    Masa lalu yang menyedihkan, karena George harus kehilangan sang ayah tepat di hari wisudanya. Hari yang seharusnya bahagia, justru menjadi duka. Errick terkena serangan jantung saat mendarat di bandara, hendak memberi kejutan kepada George yang telah menyelesaikan studinya di Universitas Johns Hopkins.Errick begitu bersemangat, dia terlihat sehat dan bugar hari itu. Namun tiba-tiba saja kondisinya memburuk dalam sekejap begitu mereka tiba di kediaman George. Saat itu, George sedang dalam perjalanan ke rumahnya, tempat orang tuanya menginap selama beberapa waktu ke depan.Entah apa yang Errick lihat di ruang bawah tanah George, begitu dia kembali ke kamar atas, Joly mendapati suaminya sudah pingsan di lantai. Wanita itu tidak sempat menghubungi nomor darurat ketika dilihatnya Errick tidak bernapas dan tangannya persis di dada, seolah menahan rasa sakit di sana."Oh, Errick!" Joly langsung menangis histeris sambil memeluk sang suami.George tiba 20 menit kemudian, dan dia menyaksikan s

  • Catch Me If You Can   64. Teringat Masa Lalu

    "Kau tak tahu siapa aku?" Sosok itu kembali bertanya pada George, masih mengintip melalui jendela kecil di pintu. George mulai merasa risih, belum pernah ada seorangpun sipir penjaga yang mengamatinya sedemikian rupa. Mereka hanya akan melihat ke dalam sel selama beberapa saat, sebelum akhirnya pergi berjaga lagi. Namun orang ini berbeda."Anda seorang sipir penjara yang terhormat." George memilih cara yang aman, yaitu tersenyum kepada sosok itu dengan mata terpejam."Huh, akan kuawasi kau."George masih mempertahankan senyum di bibirnya. Dia lantas memikirkan kembali apa yang pernah Jessie sampaikan, bahwa dia diterima bekerja di penjara itu karena ada kakaknya di sini. Betapa beruntungnya dia, sebab ada banyak orang di luar sana yang kesulitan mencari pekerjaan. Sementara gadis itu punya orang dalam yang bisa memberikannya pekerjaan dengan mudah. Sosok itu tak lagi terlihat di jendela kecil, dia sudah pergi. Baru kali itu George merasa tenang setelah ditinggalkan seseorang, dia ben

  • Catch Me If You Can   63. Jessie Yang Tak Sadarkan Diri

    Cerita Jessie berhenti di tengah-tengah, sang gadis terdiam. Cukup lama sampai membuat George menguap sebanyak tiga kali. Dia masih setia menunggu sang gadis kembali bicara."Nathan menolakku," ucap Jessie tiba-tiba, memecah keheningan yang sempat berlangsung selama beberapa saat. George melirik pintu, seolah melihat ke arah gadis malang yang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan.Jessie mengeratkan pelukannya di lutut. "Dia menolakku, katanya dia tak mau pacaran dulu. Fokusnya adalah lulus dan menjadi sarjana, jadi cinta bukanlah bagian dari rencananya itu," sambungnya lagi.Kegetiran begitu terasa di nada bicara gadis yang berusia 24 tahun dan akan berusia 25 di ulang tahunnya pada Desember nanti. Sekarang masih Agustus, tersisa beberapa bulan lagi sebelum bertambahnya usia."Aku tak bisa menyerah begitu saja terhadap Nathan, sehingga aku menunggunya sambil terus mendukungnya sebisaku." Jessie rupanya masih melanjutkan ceritanya. Sang gadis mengangkat wajah, menatap plafon penjara

  • Catch Me If You Can   62. Cerita Jessie

    "Jadi kau menyukai kekasih dosenmu sendiri?" Jessie terperangah begitu mendengar pembuka cerita George, sehingga tanpa sadar telah memotong cerita orang lain di tengah-tengah alur. Jessie hanya kaget saja, sekaligus merasa sedih, sebab cerita cinta George rupanya hampir sama dengannya.George berdeham, tidak suka saat ada seseorang yang menyela ucapannya, terlebih lagi di kala bercerita. Jessie yang merasa dehaman itu sebagai peringatan karena sudah menyela pembicaraan seseorang segera meminta maaf padanya."Salah satu etika dasar di kehidupan ini adalah mendengarkan cerita seseorang tanpa menyela ucapannya." George menasehati sang gadis, karena mungkin di matanya Jessie sama sekali tak mengetahui etika dasar itu.Jessie merotasikan mata, bosan mendengar nasehat orang tua seperti George. Meski begitu, dia tak ada niatan untuk menyela cerita orang tua itu, dia hanya refleks saat melakukannya. Dia tak akan menyela lagi kali ini."Ya, baik. Sekarang teruskan ceritamu." Jessie mempersilak

DMCA.com Protection Status