Share

Catatan Rumi
Catatan Rumi
Author: Siti Maisyaroh

Prolog

last update Last Updated: 2021-05-29 16:36:53

"Sayang, nanti anakmu ini mau kasih nama apa?" seorang wanita cantik tengah berbaring dengan kondisi perutnya yang sudah besar, mulai menanyai persiapan-persiapan apa saja yang akan mereka lakukan setelah anaknya lahir nanti.

Wanita itu bernama Letty Asmara. Seorang model anggun dengan bentuk tubuh body goals, paras cantik jelita serta senyumnya yang memikat, memutuskan menikah dengan seorang pria pengusaha properti terkenal bernama Hamdi Alana empat tahun yang lalu.

Bukan suatu hal mudah bagi mereka berdua untuk bisa mendapatkan anak emasnya ini.

Perlu banyak cara dan konsultasi ke dokter tentang bagaimana dan apa saja hal-hal yang harus dilakukan agar istrinya bisa cepat mengandung.

Karena waktu itu setelah mereka menikah beberapa bulan, Letty pernah hamil tapi hanya berselang empat minggu, janinnya keguguran sebab dirinya terlalu banyak kegiatan dan kandungannya pun lemah menurut dokter.

Dan atas kejadian yang menimpa Letty, sulit lagi bagi dirinya untuk kembali hamil hingga tiga tahun setelah itu, melalui banyak perjuangan juga, mereka berdua akhirnya bisa kembali mengabarkan kabar bahagia kepada kedua keluarganya masing-masing bahwa Letty sudah mengandung dua bulan.

Kehamilannya kali ini begitu mahal dan penuh kasih sayang dari sang Ibu wanita atau pun pria.

Letty dimanjakan dengan penuh cinta dari keduanya. Dia tidak boleh banyak beraktivitas. Bahkan dia sendiri resign dari pekerjaannya sebagai model.

Semuanya Letty korbankan demi ingin mempertahankan anak yang ada di dalam kandungannya itu.

"Em, apa ya?" ujar Hamdi sambil menggantungkan jasnya ke dalam lemari. "Tapi kan aku juga nggak tahu jenis kelamin anak kita itu apa."

"Iya juga sih. Tapi coba kamu tebak anak kita bakal lahir cewek atau cowok?"

Hamdi menghampiri istrinya di kasur. Seperti biasa setelah pulang kerja, dia selalu mengecup kening Letty dan tak lupa mengelus perut istrinya yang sudah tinggal menghitung hari lagi akan mengeluarkan bayi kecil hadiah dari Tuhan.

"Aku sih terserah mau anaknya cewek ataupun cowok. Tapi kalau kamu nyuruh nebak, menurut aku sih, cowok. Aku rasa kayaknya cowok. Kalau kamu?"

"Ih engga. Aku maunya cewek. Kan dari dulu aku bilang kalau anak kita itu pasti cewek."

Hamdi mencubit gemas pipi Letty. "Keinginan itu memang suatu hal yang wajar. Tapi jangan sampai kamu meyakinkan diri kamu sendiri kalau anak kamu ini bakalan lahir cewek. Kita kan nggak tahu dia cewek atau cowok. Lagipula dari dulu aku minta kamu buat USG, tapi kamu nggak mau terus."

"Ya kan sengaja biar surprise. Biar nanti semuanya kaget anak kita bakalan cewek atau cowok. Tapi menurut aku sih cewek deh. Udah pasti cewek."

Pria itu tersenyum. "Sampai seyakin itu?"

"Iyalah. Aku kan udah beli baju-baju cewek juga yang lucu dan pink gitu. Belum lagi aku juga udah nyiapin mainan-mainan yang pasti bakal seru banget buat dia." jawab Letty dengan yakin.

"Terus kalau misalnya anak kita pas keluar tiba-tiba cowok, gimana? Kamu mau apain baju-baju cewek yang udah kamu beli sebanyak itu?"

"Ah engga. Pasti cewek."

Hamdi menghela napas dengan berat. Lagi-lagi dia harus sabar menghadapi sikap istrinya yang terkadang keras kepala seperti ini.

"Aduh sayang. Jangan gitu. Pokoknya, nanti kita harus bersyukur anak kita mau lahir cewek atau cowok. Karena semuanya sama. Tinggal kita yang mendidik mereka tentang bagaimana caranya menjadi anak yang baik dan membanggakan kedua orang tua. Ya?"

Letty mengangguk kecil dengan raut cemberut. "Iya deh. Gimana kamu aja."

"Ya udah. Aku mau mandi dulu ya." Hamdi berdiri lalu membawa handuknya.

Tapi ketika dia akan masuk ke kamar mandi, dia mendengar Letty kesakitan sambil memegangi perutnya.

Pria itu sontak melemparkan handuk kemudian  berlari menemui istrinya. "Ada apa?" tanyanya dengan khawatir.

Letty terus meringis kesakitan. Dia merasakan mules yang luar biasa seperti sesuatu yang ada di dalam perutnya ini memaksa dirinya untuk keluar.

"Ya Allah. Air ketuban kamu pecah!" Hamdi semakin berkeringat ketika melihat istrinya sudah mulai lemas.

Dengan sigap pria itu menggendong istrinya turun ke bawah untuk segera dilarikan ke rumah sakit.

Untung saja jalanannya lancar hingga dia bisa membawa istrinya tepat waktu.

Dengan perasaan yang kalut dan takut, dia menelepon satu persatu keluarganya untuk bisa datang ke sini.

Entah dari keluarganya sendiri ataupun dari keluarganya Letty.

...

Setelah tiga puluh menit menunggu, ibu dan mertua Hamdi akhirnya datang.

Mereka terus menanyai kondisi Letty yang masih berada di dalam ruangan.

"Ketubannya pecah pas di rumah, Bu." jawab Hamdi sambil menangis. "Kita berdoa saja supaya Letti nggak apa-apa."

"Aamiin ya Allah. Semoga semuanya dimudahkan." jawab mertuanya dengan raut khawatir.

"Kemana Anggi?" tanya Hamdi kemudian pada ibunya sendiri. Anggi ini adalah adik kandungnya yang baru menikah beberapa bulan yang lalu.

"Dia katanya akan segera kemari. Suaminya lagi minta izin sama bos buat minta izin cuti."

"Oh iya."

"Tapi pas Letty ke sini, dia masih sadar kan?" ibunya Letty terus mencemaskan keadaan anaknya yang sedang berada di dalam ruangan sana.

Dia berjuang sendirian, untuk bisa mengeluarkan hadiah yang telah sekian tahun mereka harapkan.

"Alhamdulillah, Bu. Dia masih sadar cuma agak lemas. Bibirnya juga pucat banget. Ta-"

Ceklek!

Suara pintu terbuka seketika mengalihkan perhatian mereka. Semua orang yang duduk spontan berdiri lalu menghampiri dokter wanita itu.

"Gimana dok? Apa istri dan anak saya selamat?"

"Alhamdulillah. Dengan izin Allah anak dan istri bapak selamat." jawabnya dengan ramah yang membuat semua orang ikut lega sambil tak henti-hentinya mengucapkan kalimat hamdalah.

"Eh, em. J-jenis kelaminnya apa dok?" tanya Hamdi penasaran.

"Selamat, ya. Anak bapak laki-laki."

"Ya Allah." tangis haru tiba-tiba jatuh dari mata seorang Hamdi yang kini sudah menjadi seorang ayah. Ibu dan mertuanya pun tak luput bersyukur kepada Allah karena semuanya sudah dipermudah.

Tangisan bayi juga sudah terdengar di dalam sana yang membuat hati mereka bergetar.

Tak sabar ingin menggendong, tak sabar ingin memberi ciuman pertama dan tak sabar ingin memberikannya azan.

"Kalau begitu apa kami boleh masuk?" tanya ibunya Hamdi.

"Boleh, Bu. Silakan." 

Tanpa ba-bi-bu, ketiga orang itu lantas masuk menemui anak, istri, dan cucu mereka yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya.

"Ya Allah anakku." Hamdi menyambutnya dengan isak tangis penuh haru. Dia terus menciumi anak tampannya yang begitu gagah dan manis.

"Gimana nak prosesnya tadi?" ibunya Letty menanyakan perihal itu kepada anaknya.

Letty hanya terdiam dengan wajah kesal. Dia sama sekali tak ingin melirik anak yang baru saja ia keluarkan dari perutnya tadi.

"Ganteng banget kamu, nak. Mirip banget sama ayah."

"Kenapa harus cowok?" ujar Letty sedikit teriak. "Aku pengennya cewek."

"Eh jangan gitu." sergah sang ibu. "Mau anak cewek, ataupun cowok itu sama aja."

Letty diam dan tak menjawab apa-apa.

Ibunya Hamdi tersenyum kecil lalu menghampiri sang anak yang masih terus menggendong  cucunya itu dengan penuh kebahagiaan.

"Masya Allah. Ganteng banget ya. Mirip ayahnya."

Hamdi tertawa kecil. "Iya, Bu. Hidungnya juga mancung."

"Ngomong-ngomong kamu udah siapin namanya belum?"

"Udah, Bu."

"Siapa?"

"Rumi."

...

Related chapters

  • Catatan Rumi   Awal dari Permulaan

    17 tahun kemudian...Suasana pagi ini tak terlalu menenangkan.Hiruk pikuk keadaan jalan raya begitu memperlihatkan suasana di pagi hari yang memang terkadang agak ramai dibanding hari-hari lainnya.Iya.Hari ini adalah hari Senin.Orang-orang tampak sibuk berangkat kerja ataupun sekolah sepagi mungkin.Mungkin hari Senin bisa kita ibaratkan sebagai rajanya macet. Entah dari kota atau daerah pinggiran kota, semuanya sama saja.Semua orang sangat sibuk dengan urusannya masing-masing.Apalagi jika malamnya hujan deras, maka sebagian orang sudah ada yang tahu kalau salah satu daerahnya akan ada yang terkena banjir.Bukan karena sok tahu, tapi karena memang sudah kenyataannya seperti itu.Hampir dari semua anak-anak yang sekolah juga, berlomba-lomba untuk bisa bangun sepagi mungkin.Tapi tetap saja di antara semua fenomena itu, masih ada segelintir orang yang santai dan tidak mempedulikan keadaan nanti.Hal itupun m

    Last Updated : 2021-05-30
  • Catatan Rumi   Pulang ke Rumah

    Karena sudah sore, akhirnya pria itu memutuskan untuk kembali ke tempat peristirahatan.Iya.Baginya rumah hanya tempat peristirahatan saja.Tidak ada yang lebih istimewa daripada itu.Apalagi setelah tadi, ketika Rumi datang ke sekolah dan mendapati kabar bahwa hari ini libur, dia hanya memutuskan untuk jalan-jalan keliling daerah sana dengan niat menghabiskan bensin.Karena dia tidak tahu harus pergi kemana lagi.Mau main ke rumah teman? Tapi teman mana yang mau bermain dengannya?Mau pulang ke rumah? Tapi apa bisa dirinya tahan satu hari di sana tanpa bepergian?Tidak. Dia tidak akan tahan.Mungkin kalau tahan pun, Rumi akan seperti mayat hidup yang terus saja berjalan tanpa napas.Seperti biasa anak itu selalu pulang beberapa menit sebelum azan Magrib berkumandang.Dia tidak mau terlalu banyak bicara dengan semua orang yang ada di rumah. Karena bagi dia, semuanya begitu membosankan.Sekali lagi bagi Rumi, ru

    Last Updated : 2021-05-31
  • Catatan Rumi   Bagai di Penjara

    "Dasar tolol! Bisa-bisanya dia nyimpen sepatu di sini. Kurang ajar banget tuh anak."Baru saja Rumi akan terlelap dari tidurnya, tiba-tiba dia mendengar suara gaduh hingga membuat matanya kembali terjaga.Iya.Suara itu tak lain dan tak bukan, milik dari seorang wanita penguasa di rumah ini.Dia terdiam di tempat tidurnya sambil terus memasang telinganya dengan jeli.Apa saja yang akan ibunya katakan di bawah sana.Lagipula apa masalahnya? Rumi hanya menyimpan sepatu di rak sepatu yang biasa dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan alas kaki.Entah itu sandal ataupun sepatu.Apa hanya karena rak sepatu itu dipenuhi oleh sepatu mahal milik ibunya sehingga sepatu miliknya tidak boleh mengisi tempat kosong itu?Apakah sampai seketat itu peraturan di rumah ini?Dengan berani Rumi membuka pintunya lalu turun ke bawah.Dia mengambil sepatu sekolahnya yang sudah berantakan di mana-mana. Untung saja ada bi Nia di sana yang me

    Last Updated : 2021-06-01
  • Catatan Rumi   Ricuhnya Keadaan Rumah

    Kamu akan kembali pada Sang Pencipta ketika sudah waktunya.Percayalah.Kamu harus tetap menjadi dirimu yang kuat.Kamu boleh menangis.Tapi jangan sampai kamu menyerah....Setelah selesai meluapkan seluruh kekesalan dan kesesakan yang ada di dalam hati, Rumi menutup buku diary-nya dan memutuskan untuk kembali beristirahat di atas kasur.Perlu digarisbawahi.Keluarga Rumi adalah keluarga kaya yang hartanya melimpah karena dulu, ayahnya bekerja di pertambangan dan sudah menduduki jabatan tertinggi di sana.Kehidupan istri dan anaknya pun pasti terjamin.Namun siapa sangka dibalik kemelimpahan harta itu, ada seorang anak yang terabaikan bahkan selalu terpojokan.Rumi tak pernah mendapat kebahagiaan.Bahkan untuk kasur tidurnya saja, sudah tidak bisa kita katakan lagi sebagai kasur yang layak.Anak itu tak pernah meminta. Lagipula dia tidak peduli mau tidur tanpa alas atau di lantai sekalipun.Dia hany

    Last Updated : 2021-06-02
  • Catatan Rumi   Penenangan Bi Nia

    "Gua udah cape liat wajah lu tau engga?" bentak Letty sambil mendorong sang anak hingga jatuh ke belakang.Untung saja Bi Nia datang, lantas membangunkan Rumi dari sana."Lu memang anak pembawa sial! Nggak pernah sekali aja lu bikin hidup gua tenang. Kehadiran lu merubah segala suasana. Lu seharusnya mikir jadi manusia! Ngotak dikit! Jangan pernah sok pengen kelihatan baik. Lu sama sekali nggak ada tandingannya sama siapapun! Lu cuma sampah!"Letty benar-benar jahat.Dia sama sekali tak pernah memikirkan bagaimana sakitnya sang anak ketika dibicarakan seperti itu.Letty memang bukan seorang ibu.Hati dia terlalu batu dan tidak mau menerima keadaan yang menimpanya.Tak hanya keluarga besarnya dia yang tidak menyukai Letty.Justru terkadang, tetangganya pun merasa kasihan mendengar Rumi yang terus saja dimarahi hanya karena hal sepele.Pernah waktu itu ketika hari Minggu, tetangga samping rumahnya sedang menyiram tanaman di depan r

    Last Updated : 2021-06-03
  • Catatan Rumi   Penenangan Bi Nia 2

    Sepertinya, hanya orang-orang langka yang selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua kesalahan yang menimpanya.Berbeda dari seorang Rumi yang mungkin hidupnya tengah berada diambang hidup atau pun mati.Dia tidak menyalahkan dirinya sendiri saat ini. Mungkin kalau bisa kita teori kan, justru dia yang selalu disalahkan untuk semua permasalahan padahal dirinya tidak melakukan apa-apa ataupun berbuat sesuatu, tapi hanya hal sepele saja.Pernyataan tadi tidak berlaku bagi Rumi.Justru yang benar, adalah manusia langka karena benar-benar diperlakukan tidak buruk di dunia ini.Bukan oleh orang jahat ataupun orang lain.Justru yang paling menyakitkan, kesakitan itu berasal dari keluarganya sendiri.Bahkan tak jarang, seorang Rumi selalu mengeluh dan berdoa kepada Tuhan agar bisa mematikan dirinya di suatu tempat.Dia ingin mencapai kedamaian, yang mana dalam kedamaian itu tidak ada satu orang pun yang bisa mengganggunya lagi. Dia

    Last Updated : 2021-06-04
  • Catatan Rumi   Diperbudak Tuan

    Warna Fajar semakin terlihat terang.Aku memutuskan untuk bangun dari tempat tidur, dengan kondisi tubuh yang benar-benar pegal seperti remuk.Apalagi jika aku memegang area wajah, rasa sakitnya terasa sekali.Seperti biasa aku selalu membuka jendela kamar agar bisa menghirup udara sejuk di sini.Aku terdiam sesaat sambil memperhatikan warna indahnya matahari yang akan terbit.Angin sejuk menyelinap masuk ke dalam tulangku yang hampir tak berdaging.Sebelum memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah, aku selalu terdiam beberapa menit di sini.Menetralkan seluruh pikiran buruk dan melupakan kejadian tadi malam yang begitu menyakitkan.Pernah sekali saja aku bisa tenang diam di rumah.Atas segala kejadian yang terjadi, aku kemudian memutuskan untuk diam dan tak banyak bicara daripada membuat Ibu lebih murka.Walau memang sejatinya hatiku meronta dan ingin memberontak, tapi percuma saja.Dia tidak akan

    Last Updated : 2021-06-05
  • Catatan Rumi   Membeli Nasi Goreng

    Setelah berputar-putar mengelilingi jalanan depan rumah, akhirnya Rumi menemukan satu penjual nasi goreng di seberang posisinya saat ini.Dia kurang tahu penjual itu karena belum pernah membelinya.Karena tukang nasi goreng yang biasa dia beli tutup, akhirnya Rumi memutuskan untuk membeli nasi gorengnya di sana saja.Lagi pula dia berpikir, semua nasi goreng itu sama. Jadi dia yakin ibunya pasti tidak curiga karena dia membeli nasi gorengnya di tempat yang berbeda.Sedikit tenang.Rumi menghampiri penjual itu kemudian memberikan uang lima belas ribu.Porsi lima belas ribu, adalah porsi yang cukup spesial untuk sekedar nasi goreng di sini."Dibungkus atau dimakan di sini dek?" tanya sang penjual."Dibungkus aja pak."Penjual itu melirik sedikit ke arah orang yang membeli dagangannya saat ini. Dia sedikit keheranan dan kaget tatkala melihat pergelangan tangan Rumi yang benar-benar kecil dan kurus sekali.Muncul rasa

    Last Updated : 2021-06-06

Latest chapter

  • Catatan Rumi   Flashback

    "Di, itu anak siapa?" tanya Reksa ketika melihat Hamdi membawa seorang anak pria bersamanya ke kafe.Anak itu terlihat murung dan tak banyak bicara. Wajahnya selalu menunduk kebawah tentang berani melihat orang-orang.Dia terlihat manis. Karena jarang keluar rumah, membuat kulit anak itu begitu putih dan tinggi semampai.Ada lesung pipi di pipi kirinya. Terlihat manis ketika tersenyum. Ditambah lagi ada beberapa tahi lalat di bawah bibir dan pelipis kanannya, membuat anak itu terlihat tampan dan mencuri perhatian banyak orang yang ada di cafe itu.Sedari tadi dia tak berbicara satu katapun. Apa yang Ayahnya katakan, cara dia menjawab hanya mengangguk atau berbisik kepadanya.Anak itu juga tak tertarik melemparkan pandangan ke segala arah. Matanya hanya tertuju pada sebuah piring yang ada di depannya sambil memakan makanan di atasnya."Ah ini?" Hamdi memperjelas sementara Reksa mengangguk. "Ini anakku satu-satunya. Namanya Rumi.""Oh R

  • Catatan Rumi   Terhalang Sadar

    Dokter itu menangis ketika melihat kondisi Rumi semakin membaik.Tak tahu kenapa saat dia mendapati anak itu berbaring, kenangannya bersama Hamdi seketika mencuat ke permukaan.Iya.Dokter spesialis bernama Reksa Adi yang telah membantu Rumi, ialah teman dekat sekaligus teman seperjuangannya Hamdi Alana.Mereka sudah bersama-sama sejak kecil. Dan tentunya mereka pun sudah saling tahu sikap masing-masing bagaimana.Reksa selalu mengobati keluarganya. Bahkan dia sendiri yang yang melihat secara langsung tatkala temannya, Hamdi menghembuskan napas terakhirnya di sini.Kejadian beberapa tahun lalu itu masih membekas di dalam hatinya. Apalagi ketika mereka berdua saling mengobrol di cafe waktu itu, Hamdi sering bercerita tentang sikap istrinya yang begitu ketus terhadap Rumi.Dulu ketika dirinya bertemu dengan dia, Rumi terlihat sebagai anak yang memiliki tubuh bagus, terawat dan ceria.Jauh berbeda saat dirinya bertemu lagi d

  • Catatan Rumi   Kritis

    "Ha? Apa?" Letty seketika membulatkan mata ketika mendengar penjelasan dari Bi Nia bahwa Rumi kecelakaan.Semua orang terdiam ketika melihat reaksi ibunya Rumi yang tak bisa ditebak ini.Entah terkejut karena kasihan atau bagaimana, tapi Bi Nia merasa bahwa Letty akan bersikap baik-baik saja terhadap anak itu.Bahkan sebenarnya Letty sendiri tak peduli kalau Rumi akan seperti apa. Kehadirannya di rumah itu pun hanya menjadi beban dan tidak ada yang lebih baik lagi dari sebuah beban.Jahat memang apalagi yang menganggap dirinya adalah ibunya sendiri.Letty seakan menganggap kalau apa yang dilakukan Rumi, maka bukanlah menjadi bagian dari tanggung jawabnya.Mungkin dari sekian banyak ibu yang ada di dunia ini, hanya Letty ibu yang memiliki hati tega dan tak peduli melihat anaknya menderita."Nyonya, pokoknya kita harus ke sana. Kasihan dek Rumi." pinta bi Nia sambil menangis.Wanita itu merebut plastik yang dipegang oleh Bi Nia.

  • Catatan Rumi   Kabar Terburuk

    Suara sirine ambulans menggemakan jalan raya. Lajunya yang cepat membuat kendaraan memiliki kesadaran diri untuk menepi dan membiarkan mobil itu berjalan lebih dulu dari mereka.Memang.Suara sirine itu menandakan bahwa ada keadaan darurat di dalamnya.Banyak orang yang berhamburan keluar dari rumah karena mereka mendengar suara sirene itu keras sekali.Bahkan di tempat kejadian, masih ada banyak orang yang mengerumuni sambil berusaha membersihkan darah-darah yang berceceran di sana.Untungnya ada beberapa orang yang peduli dan membersihkan darah itu, tak hanya menimpakan pasir saja ke atasnya.Mereka menyiramnya dengan air kemudian menyikatnya dengan sabun agar nanti darahnya tidak berbekas.Suara sirene itu masih terdengar sampai bermeter-meter.Orang-orang yang rumahnya berada di gang dalam pun, masih bisa mendengar samar suara itu dari telinga mereka.Ada banyak orang yang bingung sebenarnya apa yang terjadi. T

  • Catatan Rumi   Sebuah Kecelakaan

    Pria itu masih bolak balik berputar mengelilingi jalan raya karena dia kebingungan mencari penjual sosis dan bakso keinginan ibunya itu.Masih banyak tempat-tempat yang ditutup karena biasanya, para penjual sudah mulai menjajakan dagangannya dari sore hari sampai larut malam.Kalau pagi, dia hanya menemukan beberapa penjual seperti tukang bubur, tukang nasi kuning, nasi uduk dan gorengan hangat.Sudah dua kali dia memutar balikkan motornya, tapi tidak ada satupun penjual yang dia dapat.Tapi Rumi tak berhenti sampai sana. Dia akan terus mencari keberadaan penjual itu meskipun dalam hatinya masih ada firasat tidak mungkin ada yang jual.Lagi pula percuma kalau dia pulang ke rumah. Karena Letty tak akan pernah mau mendengar alasan anaknya bagaimana.Dia ingin semua keinginannya terpenuhi apa pun caranya atau seperti apa.Sudah sekitar sepuluh menit dirinya berlalu-lalang di jalanan yang sama. Jalanan ini adalah jalanan yang dipenuhi ban

  • Catatan Rumi   Kembali Pulang

    Pria itu terdiam sesaat tatkala mendengar sebuah pertanyaan yang mampu membuat hatinya tertegun. Pertanyaan itu hanya terucap dari seorang anak yang mungkin bagi orang lain, pertanyaan yang keluar dari anak kecil hanyalah hal biasa dan tidak usah terlalu dipikirkan.Tapi, semuanya akan lain lagi bagi seorang Alya. Dia anak yang begitu aktif dan kritis terhadap suatu hal.Bahkan dia tak segan untuk menanyakan langsung jika ada sesuatu yang masih mengganjal pada hatinya.Alya adalah anak yang sangat pintar di sekolah. Maka tak heran jika dia seringkali menjadi juru bicara ketika lomba cerdas cermat. Karena dirinya mampu merangkai kata ataupun menjelaskan suatu hal dari materi tersebut.Sesaat suasana hening.Sebenarnya diamnya Rumi bukan hanya sekedar diam. Saat ini dia tengah merangkai kata yang bagus agar Alya bisa memahami maksudnya seperti apa."Kak?" Alya memegang tangannya hingga membuat pria itu tersentak kaget.

  • Catatan Rumi   Dengan Alya

    Aku benar-benar dibuat terkejut tatkala mendengar penjelasan dari anak ini.Ha? Mana mungkin sekarung besar itu kita hanya mendapatkan upah yang kecil sekali?Aku sampai dibuat heran dan tak percaya dengan kenyataan ini."Alya, kamu nggak bohong kan? Masa kamu dapat upah sekecil itu?"Dia tersenyum. "Emang kakak kira, kita bakal dapat berapa?""Ya barang kali aja bisa nyampe dua puluh ribu atau tiga puluh ribu."Alya seketika tertawa. "Aduh, kak. Kalau misal aku bisa dapat sampai segitu, mungkin kita nggak akan tinggal di sini."Suasana masih terlihat cerah sekali. Aku melihat anak-anak tampak riang bermain di halaman depan rumah.Mereka sama sekali tak terganggu dengan aroma busuk yang menyengat di sini. Apalagi kalau tiba-tiba ada angin yang lewat, bau itu malah semakin membuatku ingin memuntahkan isi perut.Aku melihat Alya sebagai anak yang begitu tangguh. Umurnya memang masih kecil. Tapi dia sudah terlihat dew

  • Catatan Rumi   Mengobrol Bersama Anak-anak

    Aku tercengang bukan main tatkala mendengar penjelasan dari Bi Nia tentang anak-anak yang begitu hebat dan kuat ini.Bahkan kalau boleh aku jelaskan kepada kalian, anak-anak di sini adalah anak yang riang dan tak pernah mengeluh sedikitpun.Meskipun harus ku akui tinggal di sekitaran sampah itu tak sehat dan tentunya tidak akan bisa membuat anak berkembang baik, tapi mereka benar-benar memanfaatkan apa yang ada selagi itu bisa membuat dirinya bahagia, maka tak masalah.Aku sampai tak bisa berkata apa-apa lagi selain takjub dan bangga dengan anak-anak ini.Bahkan meskipun mereka makan dari makanan yang tidak selayaknya dimakan, tetapi mereka tetap ceria."Kakak sini!" tiba-tiba ada satu anak yang menarik tanganku.Dia perempuan. Wajahnya cantik dan putih. Tapi sayang, bajunya kotor dan kumal.Mungkin karena faktor keadaan di rumahnya juga yang seperti itu."Apa?" tanyaku berusaha mengakrabkan diri."Kakak coba lihat kapal

  • Catatan Rumi   Kebahagiaan yang Sederhana

    Hiruk pikuk keadaan pasar begitu menggegarkan suasana.Orang-orang tampak sibuk membeli kebutuhan hidupnya masing-masing.Ada yang membeli ikan, beras, telur, daging, sayuran bahkan buah-buahan.Hampir semua dari mereka berkumpul di tempat-tempat yang ingin mereka beli dagangannya.Ketika sampai, Rumi hanya bisa ternganga melihat keindahan yang baginya terasa langka.Meskipun tanah yang ia pijak begitu becek dan kotor, bahkan kalau kita mau berjalan ke belakang untuk membuang sampah, selalu ada banyak belatung yang berserakan di atas tanah itu.Menjijikkan sekali memang.Namun justru yang membuat perhatian anak itu teralih, bukan karena kotor dan kumuhnya tempat itu.Justru karena dia sedikit senang bisa melihat orang-orang bisa mengekspresikan dirinya di sini.Pasar sebagai tempat bebas bagi mereka untuk mengobrol, saling tawar-menawar antara penjual dengan pembeli, bahkan kita juga bisa menemukan orang yang diajak meng

DMCA.com Protection Status