Share

3

Author: Esha Aisia
last update Last Updated: 2022-12-08 22:13:42

"Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."

Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini."

"Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Bagaimana bisa kau tahu sejauh ini, Tuan James?"

"Aku tahu, hari ini akan datang. Saat di mana seorang anak dari Addison menemuiku dan bertanya mengenai peristiwa tragis lima puluh tahun yang lalu. Oleh karena itu aku sudah mempersiapkan semuanya. Siapa sangka ternyata bocah berandal sepertimu yang terpilih oleh moon children." Pria tua itu terkekeh kecil.

Jawaban dari Tuan James sontak membuat Ervin semakin mengernyit. "Mengapa? Apa tujuanmu yang sebenarnya Tuan James. Jangan bodohi aku dengan senyuman palsumu itu."

"Aku ingin kau menghancurkan moon children. Aku ingin kau membunuh Marland dan membatalkan kontrak mereka dengan tiga iblis dari neraka. Dengan itu, peristiwa pembantaian itu tidak akan kembali terulang."

"Bagaimana aku harus melakukannya?"

"Kau tampak sangat yakin. Apakah kau bisa melakukannya, bocah?" Tuan James menaikkan sebelah alisnya, menatap Ervin dengan tatapan meremehkan. "Bagaimanapun kau masih seorang bocah berandal yang menjengkelkan, apakah aku bisa mempercayakan semuanya padamu?"

"Jika kau tidak percaya padaku, kau tidak akan menceritakan semuanya padaku dengan mudah. Karena kalian melakukan pengamatan selama lima puluh tahun pada sekte itu. Bagaimana bisa kau dengan mudah membocorkan semua informasi itu pada bocah sepertiku jika saja kau tidak percaya padaku, Tuan James?"

"Lidahmu semakin tajam, Addison. Ya, tapi ini adalah tugas yang sangat berbahaya, kau bisa saja mati ketika melakukannya."

"Aku tidak peduli. Karena ada satu hal yang perlu aku lindungi. Nantinya akan ada lima puluh gadis yang di bantai bukan? Itu tidak menghapus kemungkinan jika kakak perempuanku akan menjadi salah satu korban dari peristiwa itu. Aku harus menghentikan mereka," balas Ervin yakin.

Tuan James mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Marland membagi nyawanya menjadi lima bagian. Bagian itu berada pada dirinya dan empat lainnya pada orang-orang yang dia percaya. Jika satu nyawanya mati, maka dia akan menjadi semakin lemah."

"Lalu untuk membatalkan perjanjiannya, kau hanya perlu membunuh Marland dengan senjata kuno yang sudah disucikan. Sebuah pedang kuno yang merupakan bukti perjanjian itu. Dulu kami berhasil mencurinya tapi kami tidak berhasil membunuh Marland sepenuhnya karena kami tidak tahu jika Marland ternyata membagi nyawanya menjadi lima bagian."

"Apakah dengan itu, pembantaian tidak akan terjadi?" tanya Ervin.

Tuan James mengangguk kecil. "Tapi kau dikejar oleh waktu sekarang, Addison. Kau harus bisa melakukannya sebelum bulan purnama terakhir di tahun ini. Hanya satu setengah bulan dari sekarang kau bisa melakukannya."

"Aku akan melakukannya."

"Aku mengandalkanmu, bocah. Aku rasa hanya kau yang bisa melakukannya karena kaulah yang dipilih oleh moon children untuk menjadi Marland selanjutnya."

***

Ervin berjalan dengan tenang melewati trotoar di Distrik Bloomsbury hingga tak lama kemudian ia berpapasan dengan Edric yang sepertinya akan kembali ke rumah mereka. "Oh Edric? Aku lupa kau pergi ke Bloomsbury hari ini."

Edric melirik Ervin tanpa minat. "Kau tidak pernah mengingat ke manapun aku pergi. Apa yang kau lakukan di tempat ini? Pergi ke perpustakaan Dr. William lagi huh?"

"Ya, aku baru saja menemui Tuan James," jawab Ervin singkat.

Edric mengernyitkan dahinya. "Kau mengenal Tuan James?"

"Tentu saja, aku selalu bertemu dengannya di perpustakaan Dr William."

"Aku juga selalu bertemu dengannya sebelum berangkat bekerja. Apa yang kau bicarakan dengannya?" tanya Edric sesaat sebelum memberhentikan sebuah kereta kuda.

Ervin hendak menjawab namun lelaki itu memilih terlebih dahulu menaiki kereta kuda setelah sang kakak memberikan sejumlah keping emas pada kusir. "Edric apakah kau tahu mengenai pembantaian lima puluh gadis?"

"Itu adalah siklus lima puluh tahun. Sedikit mengagetkan kau mengetahuinya Ervin. Peristiwa itu sangat dirahasiakan di kota ini," balas sang kakak dengan wajah curiga. "Apakah ada kasus yang berkaitan dengan itu?"

"Apa kau tahu sekte pemuja iblis di balik peristiwa itu?"

"Moon children bukan? Dipimpin oleh Marland the beast killer."

"Aku mendapat tawaran yang lebih terlihat seperti ancaman untuk bergabung dengan moon children. Tuan James berkata jika ada sesuatu yang diketahui olehmu Edric. Apa maksudnya?"

"Tunggu! Apa maksudnya tawaran untuk bergabung dengan moon children? Apa maksudmu kau diminta untuk menjadi Marland selanjutnya?" Edric memegang kedua bahu adiknya dengan erat. Tatapan matanya tampak nyalang dan khawatir yang bercampur dengan raut panik. "Sudah sejak kapan kau mendapatkannya? Kenapa kau tidak menceritakan apapun padaku Ervin?"

"Tuan James mengatakan jika itu berarti aku yang akan menjadi Marland selanjutnya dan aku mendapat surat itu selama dua minggu terakhir. Suratnya datang dalam dua hari. Dan aku tidak ingin membuatmu khawatir Edric. Kau tampak sibuk dengan pekerjaanmu."

"Tidak ada yang lebih penting dari keselamatanmu. Moon children adalah sekte yang sangat berbahaya. Kau tidak akan bisa kembali jika saja kau sudah diseret masuk ke dalamnya. Kau tidak bisa meremehkannya begitu saja Ervin!" seru Edric.

Ervin menarik napas berat. "Aku tahu Edric, tapi aku khawatir jika Edith menjadi salah satu korban dari peristiwa itu nantinya. Dan lagi tidak ada jalan keluar untuk aku menolak mereka. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah menyusun rencana untuk menghancurkan mereka."

"Bagaimana kau akan menghancurkan mereka huh? Ervin berhenti mengambil keputusan yang sembrono!"

"Aku tahu Edric, aku tidak akan sembrono lagi untuk masalah ini. Tidak ada yang bisa melakukannya selain aku. Aku harus menghentikan semuanya."

"Darimana kau mendapat seluruh informasi itu?"

"Tuan James. Hanya dia orang yang aku anggap mengetahui semua hal di Kota London."

Edric kemudian menghela napas panjang, menatap sang adik dengan tatapan nyalangnya. "Tuan James adalah pastor yang nyaris menghentikan pembantaian lima puluh tahun yang lalu, hanya saja dia gagal karena kekurangan informasi."

"Kau juga mengetahuinya?"

"Tentu. Sejak saat itu Tuan James terus memantau anggota Keluarga Addison. Terlebih itu aku, Edith, dan kau. Agar dia bisa membagi semua informasi yang ia miliki sebelum dia mati."

"Tapi mengapa Addison?"

"Karena nama asli Marland adalah Marland Dave Addison."

"Kau pasti bercanda, Edric."

Related chapters

  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   5

    "Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   1

    "Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

    Last Updated : 2022-12-08

Latest chapter

  • Catatan Detektif Kematian   5

    "Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci

  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

  • Catatan Detektif Kematian   3

    "Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau

  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

  • Catatan Detektif Kematian   1

    "Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau

DMCA.com Protection Status