Share

Catatan Detektif Kematian
Catatan Detektif Kematian
Author: Esha Aisia

1

Author: Esha Aisia
last update Last Updated: 2022-12-08 22:07:26

"Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan.

Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya."

Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?"

"Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana.

Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau apapun itu, segeralah katakan padaku atau Edric, kami berdua adalah kakakmu, setidaknya walau kami tidak sepintar dirimu, kami tetap akan membantu sebisa kami."

Senyuman simpul segera Edith dapatkan dari sosok adiknya itu. "Aku tahu Edith. Tidak ada masalah apapun sejauh ini jadi kau tidak perlu memikirkannya."

"Aku mengerti. Jangan lupa turun untuk makan malam Ervin, aku harus pergi menyelesaikan beberapa pekerjaan."

"Uhm aku mengerti, jangan lupa untuk istirahat." Ervin segera membalas, menatap Edith yang kini berbalik dan dalam beberapa saat punggung perempuan itu menghilang di balik pintu kayu kamar Ervin.

Setelah kepergian sang kakak, lelaki itu segera membuka salah satu dari surat-surat yang baru saja diberikan oleh perempuan tersebut. Salah satu surat yang paling mencolok di sana, amplop kulit berwarna coklat tua. Tampak begitu misterius namun mencerminkan kesan eksentrik di antara surat-surat yang ada. Tanpa berpikir dua kali, Ervin segera membuka benda itu, mengeluarkan secarik kertas lusuh dari sana sebelum membaca tiap coretan tinta yang tertera pada benda tersebut.

"Untuk Tuan Ervin Seith Addison, kami mengundang dirimu untuk menjadi bagian dari kami, para pemuja bulan purnama. Karena yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah, kau merupakan yang terpilih. Hanya kau yang bisa menggantikannya. Mengikuti siklus bulan lima puluh tahun. Melakukan semuanya untuk keabadiannya. Kami menunggu jawabanmu, dan jika kau tidak menjawab hingga waktunya tiba, kami mungkin akan membawamu secara paksa. Tertanda, anak-anak bulan yang terhangatkan oleh api neraka."

Ervin terdiam. Menatap surat itu dengan seksama. "Aku sudah mendapat surat yang sama dalam dua minggu terakhir. Orang bermantel hitam akan datang memasukkan surat itu ke dalam kotak surat di halaman rumah pukul 12, lalu dua jam kemudian surat itu akan di ambil oleh Edith sebelum sampai di tanganku."

"Seharusnya mereka sudah tahu jika aku menolak. Aku tidak ingin mempunyai hubungan dengan para dengan pemuja bulan atau siklus bulan lima puluh tahun yang mereka maksud itu." Lelaki itu kemudian terdiam seribu bahasa. Menatap langit-langit ruangan dengan raut tidak terbaca seraya berpikir keras mengenai banyak hal. "Tapi bagaimanapun, aku bisa merasakan para pemuja bulan ini, bukanlah orang yang bisa aku remehkan begitu saja."

"Sepertinya aku tahu harus menemui siapa di saat seperti ini." Ervin kembali bermonolog, bergegas menegakkan tubuh dan meraih mantel coklat kesayangannya. Bulan Oktober, udara yang dingin tentu saja tidak tertahankan jika ia hanya mengenakan pakaian biasa di luar ruangan.

***

Ervin melangkahkan kakinya melalui jalanan Kota London yang ramai dan sesegera mungkin memasuki kereta kuda yang terparkir tak jauh dari posisinya, "Bawa aku ke Bloomsbury," ujarnya kepada sang kusir setelah menyerahkan sejumlah koin emas. Dan setelah beberapa saat, kereta kuda itu mulai melaju membelah jalanan yang cukup ramai.

"Sekarang pukul 2 lebih 30 siang. Masih ada dua jam sampai dia meninggalkan tempat itu. Aku rasa aku masih sempat untuk datang ke sana." Ervin bergumam pada dirinya sendiri seraya melirik ke luar karena mendapati kereta kuda yang ia tumpangi tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan. Dan di saat seperti itu sosok bermantel hitam tiba-tiba saja masuk ke dalam pandangan Ervin. Berdiri di trotoar diantara orang-orang yang berlalu lalang di sana.

Sosok itu nyaris menutup seluruh tubuhnya namun ia tahu jika sosok dengan pakaian serba hitam itu tengah berbicara dengannya. Karena entah mengapa, sebuah bisikan tiba-tiba saja terdengar seakan tepat di samping telinga Ervin. "Ervin Seith Addison, waktumu hanya tinggal satu bulan lagi. Jika kau tidak kunjung membuat keputusan, kami akan membawamu secara paksa untuk menjadi bagian dari anak-anak purnama."

Untuk sesaat Ervin tertegun, melirik sosok hitam yang menutupi wajahnya dengan topi pandora berwarna senada. Ervin lantas terkekeh kecil. "Lakukan jika kau memang bisa melakukannya. Aku bukan tipe yang bisa menurut pada orang lain dengan mudah. Lagipula aku tidak tahu mengenai itu semua. Aku akan memikirkannya lagi setelah mendapat informasi lebih."

"Kami bisa memberikan informasi secara sukarela padanmu."

"Hei tuan tidak modis, aku tidak tertarik mendapat informasi darimu, kau tidak lebih dari seorang penguntit mesum yang terus memantau kegiatanku selama berada di rumah dari gedung itu. Aku bisa mencari sendiri informasi yang aku perlukan. Lalu bisakah kau berhenti menerorku dengan surat surat itu. Hanya dalam waktu dua minggu aku sudah bisa mendapat tujuh surat yang sama. Aku sangat muak bahkan hanya dengan meliriknya." 

"Surat itu akan berhenti dikirim ke rumahmu ketika kau setuju dengan penawaran kami."

Ervin mendengus kecil, hendak menjawab namun sosok dengan pakaian serba hitam itu sudah terlebih dahulu menghilang dari pandangannya bersamaan dengan kereta kuda yang ia tumpangi kembali bergerak di jalanan yang ramai siang itu. "Aku curiga dia berkomplotan dengan kusir kereta kuda ini. Huh aku tidak peduli dengan itu. Dia sungguh pria yang tidak modis dan mirip seperti seorang teroris."

"Mungkin saja anak-anak bulan yang dia maksud adalah kelompok teroris yang mencoba untuk menggulingkan pemerintah atau apapun itu. Jangan harap aku akan bersedia bekerja denganmu, kakak perempuanku yang sangat cantik adalah orang yang duduk di kursi pemerintahan. Aku tidak bisa menghianati Edith hanya dengan ancaman seperti itu."

Ervin kembali menarik napas panjangnya, melirik hiruk pikuk kota yang padat dan sibuk. "Aku berani bertaruh dia mengetahui semuanya. Dan aku rasa tidak akan sia-sia jika aku menemuinya sekarang. Aku harus mengetahui semua kebenarannya segera."

Related chapters

  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   3

    "Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   5

    "Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci

    Last Updated : 2022-12-08

Latest chapter

  • Catatan Detektif Kematian   5

    "Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci

  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

  • Catatan Detektif Kematian   3

    "Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau

  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

  • Catatan Detektif Kematian   1

    "Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau

DMCA.com Protection Status