Share

5

Author: Esha Aisia
last update Last Updated: 2022-12-08 22:14:00

"Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya.

"Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas."

"Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?"

"Aku rasa begitu."

Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu."

"Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.

Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?"

"Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Prancis untuk menuliskan catatan."

"Bagaimana para pendeta di London mendapatkan ini?"

"Menyusup tentu saja. Mereka adalah penyusup handal. The moon children mempunyai beberapa catatan mengenai 5 pecahan nyawa Marland. Setiap tahun, mereka akan mengumpulkan para pemilik pecahan itu. Dan dalam setiap lima puluh tahun, pecahan nyawa itu akan diberikan kepada pemilik baru," jelas Edric.

"Aku mengerti. Jadi baik dari jiwa maupun nyawa milik Marland, akan diwariskan dalam 50 tahun. Bisa saja pembantaian gadis-gadis itu juga sebenarnya adalah persembahan untuk ritual pemindahan jiwa ini." Ervin pada akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Le plus puissant artinya adalah yang paling berkuasa. Bukannya orang yang paling berkuasa di the moon children adalah Marland?"

"Tidak. Marland adalah pendiri. Tapi secara spesifik ada pemimpin sekte itu. Dialah yang menjalankan semua rencananya dan menetukan siapa yang layak berada di dalam sekte itu."

"Ah jadi dia yang memiliki satu pecahan nyawa Marland?"

"Aku rasa seperti itu."

"Mengapa terlalu mudah, maksudku, mengapa mereka terlalu ceroboh dengan menyimpan catatan ini? Bukankah itu tindakan bodoh?"

"Karena lima pemilik nyawa Marland sudah menjadi rahasia umum di the moon children. Dan lagi mereka adalah orang tidak mudah dikalahkan. Itulah mengapa bukan masalah besar bagi siapapun mengetahui identitas para pemilik pecahan nyawa Marland."

"Ah mereka menjadi sangat sombong karena mempunyai orang-orang kuat di sisi mereka." Ervin berdecak kesal. "Aku akan membuka petunjuknya nanti. Apakah kau masih mempunyai pekerjaan, Edric?"

"Tidak ada. Apakah kau memerlukan sesuatu?"

"Aku butuh seseorang dari kepolisian untuk membantuku. Aku rasa itu akan menjadi sedikit lebih mudah jika bekerja bersama kepolisian," ujar yang lebih muda.

"Aku senang pada akhirnya kau mau bekerja dengan kepolisian. Aku akan mengirim surat malam ini juga. Kapan kau akan mulai bergerak?"

"Ketika orang dari kepolisian datang. Aku akan bergerak secepat mungkin karena pembantaian itu akan datang dalam kurang dari dua bulan."

Sang kakak mengangguk kecil. "Aku akan membantumu dari balik layar. Katakan padaku jika kau membutuhkan sesuatu."

"Aku mengerti."

Di saat keduanya larut dalam percakapan, sebuah ketukan pintu membuat kakak beradik itu menoleh bersamaan. "Edric bisakah aku masuk?"

Itu suara Edith. Sontak baik Edric maupun Ervin terdiam membatu. "Bersikaplah dengan normal. Cepat sembunyikan berkas-berkas ini."

Ervin segera mengangguk cepat. Dengan sigap menyembunyikan sejumlah catatan tua dan berkas yang sejak tadi berada di atas meja.

"Ada apa Edith? Apakah ada yang kau perlukan?"

"Tidak. Hanya saja sudah pukul delapan. Ervin sejak tadi pergi keluar dan tidak memberikan kabar hingga sekarang. Aku sangat khawatir. Tidak biasanya dia pergi tanpa kabar."

"Aku disini Edith," sahut si bungsu dengan senyuman lebar yang bodoh. Bakat aktingnya sudah tidak perlu diragukan lagi. "Maafkan aku tidak memberikan kabar padamu. Aku hanya sudah lama tidak mengobrol berdua dengan Edric. Tanpa sadar waktu sudah malam. Maafkan aku."

"Ah kau disini sejak tadi?" Edith mengernyit. "Para pelayan tidak mengatakan jika kau sudah pulang. Mereka hanya bilang jika Edric sudah pulang sejak tadi."

"Aneh sekali padahal aku pulang bersama Edric. Tapi tunggu Edith mengapa raut wajahmu tampak terlalu khawatir. Apakah ada yang mengganggumu?"

Edric sontak ikut menoleh ke arah adik perempuannya itu. Dengan sigap mempersilahkan Edith untuk masuk ke ruangannya. "Apakah ada yang mengganggumu akhir-akhir ini Edith? Kau tampak tidak tenang."

"Aku tidak ingin membuat kalian khawatir. Hanya saja, akhir-akhir ini ada beberapa pria berpakaian hitam yang mengikutiku. Aku tidak tahu apa tujuan mereka, namun firasatku mengatakan jika itu bukanlah sesuatu yang baik," jelas Edith.

Mendengar itu, Edric dan Ervin sontak saling berpandangan. Tanpa harus diucapkan dengan kata-kata pun mereka tahu jika itu adalah the moon children. "Sial." Si bungsu menggertakkan giginya dengan kedua tangan yang mengepal erat.

Melihat itu, Edith tidak bisa untuk tidak khawatir. Sontak mengusap bahu adiknya dengan lembut. "Jangan khawatir Ervin, aku tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar. Aku hanya merasa risih jika mereka terus mengikutiku seperti itu. Aku hanya khawatir jika mereka juga mengikuti kalian berdua. Apakah kalian baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja Edith. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami. Yang terpenting sekarang adalah keselamatanmu. Ada orang aneh yang mengikutimu, kau seharusnya mengatakannya pada kami sejak awal. Sudah berapa lama kau mengalami ini?"

"Sudah sejak satu minggu terakhir. Mereka biasanya mengikuti ketika aku pergi dan pulang kerja. Aku tidak tahu apa tujuan mereka, tapi sejauh ini mereka tidak menyakitiku. Jadi itu bukan masalah, bukankah begitu?"

Ervin dengan segera menggeleng tegas. "Edith, mereka hanya belum menyakitimu. Mereka pasti mempunyai niat terselubung dalam melakukan itu."

"Sepertinya aku harus menyewa beberapa orang untuk menjadi pengawalmu," gumam Edric.

"Itu terlalu berlebihan Edric. Aku baik-baik saja, sungguh. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan tentangku." Satu-satunya perempuan di sana segera menggeleng tegas.

"Tidak. Itu adalah pilihan bagus. Kau tidak mempunyai hak untuk menolak." Ervin menukikkan kedua alisnya. Laki-laki itu tampak sangat marah sekarang.

"Sebenarnya bukan itu yang membuatku khawatir. Namun suatu hari salah satu dari mereka mulai mengatakan hal aneh padaku."

"Hal aneh seperti apa? Apakah itu sejenis ancaman?" tanya Edric dengan wajah yang semakin khawatir.

Edith menggigit bibir bawahnya selama beberapa saat sebelum pada akhirnya menjawab, "Mereka memintaku untuk memberikan adikku pada anak bulan. Aku tidak mengerti apa artinya. Tapi aku rasa itu adalah sesuatu yang buruk."

"Mereka hanya mengatakan itu?" tanya si sulung lagi.

"Jika aku tidak memberikannya, mereka akan membawaku."

"Si sialan itu." Ervin menggertakkan giginya dengan emosi.

"Ervin, apakah kau terpilih menjadi Marland selanjutnya?"

Pertanyaan tersebut sontak membuat bungsu dan sulung Addison itu terdiam di tempat. Bagaimana Edith mengetahuinya?

Related chapters

  • Catatan Detektif Kematian   1

    "Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   3

    "Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau

    Last Updated : 2022-12-08
  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

    Last Updated : 2022-12-08

Latest chapter

  • Catatan Detektif Kematian   5

    "Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci

  • Catatan Detektif Kematian   4

    Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab

  • Catatan Detektif Kematian   3

    "Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau

  • Catatan Detektif Kematian   2

    Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi

  • Catatan Detektif Kematian   1

    "Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau

DMCA.com Protection Status