Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting.
"Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam.Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi aku tidak akan basa-basi. Apakah kau mengetahui tentang anak-anak bulan yang dihangatkan oleh api neraka? Apa maksudnya?""Bagaimana kau mengetahui tentang itu? Aku rasa tidak banyak orang yang mengetahui tentang anak-anak bulan. Terlebih orang sepertimu yang tampaknya terlalu sibuk untuk secara asal mencari tahu tentang suatu hal bukan? Apa alasanmu bertanya?""Seseorang memintaku untuk menjadi bagian dari anak-anak bulan. Aku tidak tahu apa itu maksudnya, nama mereka aneh sekali. Apakah mereka semacam teroris? Aku sudah melakukan pencarian mengenai literatur dan berita yang membahasnya, namun semuanya tidak membuahkan hasil apapun." Ervin menjatuhkan kepalanya pada meja di hadapannya. Dengan wajah yang putus asa dan tanpa semangat sama sekali.Tuan James menyeringai puas melihat bagaimana Ervin yang saat ini terlihat tidak mempunyai minat sama sekali dalam melakukan apapun. "Jarang sekali aku melihatmu seperti ini. Cukup menghibur.""Bisakah kita kembali ke topik utama?""Ini akan menjadi pembicaraan yang panjang tapi aku akan mencoba untuk menjelaskannya secara singkat. Kau berada dalam bahaya. Anak-anak bulan adalah orang-orang yang menyembah purnama untuk memanggil tiga iblis dari neraka. Tujuan mereka adalah untuk memberikan keabadian pada anggotanya. Bisa dikatakan jika mereka adalah sekte pemuja iblis demi keabadian.""Tunggu, apa? Aku tidak percaya ada hal semacam itu di dunia ini. Sesuatu seperti keabadian dan iblis hanyalah sesuatu yang tidak masuk ke dalam kategori realistis dalam otakku."Tuan James mengibaskan tangannya dengan acuh sebelum membalas, "Aku tidak memintamu percaya padaku bocah. Pemimpin mereka adalah Marland the beast killer. Dia adalah pembunuh berdarah dingin yang membunuh lima puluh gadis di London dalam waktu semalam.""Pembunuhan pertama terjadi pada tahun 1610, berarti sudah dua ratus tahun yang lalu. Sekarang sudah memasuki tahun 1810, itu berarti siklus 50 tahun akan di mulai lagi. Di mana para gadis di Kota London akan diculik lalu dibunuh saat purnama terakhir di tahun ini," lanjut pria tua itu.Ervin mengernyitkan dahinya, mencoba untuk mencerna seluruh informasi yang baru saja ia dapatkan. "Aku pernah mendengar desas desus mengenai pembantaian lima puluh gadis itu, namun tidak ada siapapun yang mau membahasnya, aku tidak mengerti mengapa.""Karena pembantaian itu sangat keji sehingga orang-orang menolak untuk membicarakannya. Pemerintah pada akhirnya memutuskan untuk merahasiakan tragedi itu dan tidak pernah membahasnya lagi agar tidak menimbulkan kerusuhan di kota. Sudah lima puluh tahun sejak pembantaian terakhir terjadi dan aku rasa tidak banyak orang yang mengetahui mengenai tragedi itu.""Semua bukti dan tulisan mengenai apa yang terjadi pada bulan purnama terakhir lima puluh tahun lalu sudah di hilangkan. Semuanya di hanguskan oleh pemerintah." Tuan James menjeda kalimatnya sebelum kembali berkata, "Ada beberapa literatur rahasia yang membahas tentang itu semua, aku akan mengirimkannya ke rumahmu besok.""Jarang sekali melihatmu menjadi orang yang baik dan rendah hati seperti ini. Apakah kau menginginkan sesuatu hal dariku huh pak tua?""Apakah ini rasa terima kasihmu setelah seseorang memberikan informasi berharga yang kau cari-cari huh? Dasar menjenglelkan." Tuan James kembali mendengus keras. "Dan Addison, kau tadi berkata jika mereka memintamu untuk menjadi bagian dari mereka huh?""Ya. Aku sudah sejak awal tidak ingin bergabung dan setelah mengetahui siapa mereka, aku semakin tidak berniat untuk bergabung," jawab Ervin datar."Mereka akan memaksamu melakukannya. Dan sepertinya kau tidak hanya dipilih untuk menjadi anggota biasa. Para anggota dari anak-anak bulan atau moon children itu sudah ditetapkan dan tidak bisa diubah lagi. Kemungkinan terbesarnya adalah kau akan ditunjuk untuk menjadi Marland selanjutnya.""Aku tidak mengerti apa maksudmu, Tuan James.""Marland adalah pemimpin dari moon children bukan? Dia yang melakukan pembantaian lima puluh gadis setiap lima puluh tahun, dia juga yang memimpin ritual persembahan pada iblis-iblis itu. Tapi konon Marland hanya bisa melakukan sekali saja pembantaian sehingga setiap lima puluh tahun, para anggota moon children akan mencari orang-orang yang pantas untuk menjadi Marland selanjutnya.""Jadi maksudmu, mereka akan memintaku untuk melakukan pembantaian kepada gadis-gadis di kota ini di saat bulan purnama terakhir tahun ini?" tanya Ervin tidak percaya.Tuan James mengangguk singkat. "Ya, kemungkinan seperti itu. Kami para pastor di Kota London sudah sering membicarakan ini sejak lama dan sudah juga menarik banyak kesimpulan. Aku merangkum semuanya sehingga kau bisa membacanya nanti, Addison.""Bagaimana caraku untuk menolak mereka?""Tidak ada yang bisa di lakukan untuk menolak. Mereka akan terus memaksamu untuk menjadi Marland yang selanjutnya," jawab sang pria tua, wajahnya tampak tegas namun sorot matanya begitu mengisyaratkan rasa khawatir yang ketara.Ervin menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Lelaki dua puluh dua tahun itu menatap kosong ke arah depan. Dibenaknya tengah berkecamuk mengenai banyak hal. Terlebih tentang berbagai informasi yang baru saja ia dapatkan dari Tuan James. "Ini sedikit tidak masuk akal, terlebih jika tidak ada bukti mengenai itu semua. Tuan James, bagaimana kau mengetahui semua ini?""Kami dari persatuan para pastor di London membicarakan hal ini selama lima puluh tahun. Banyak di antara kami yang melihat tragedi itu. Bahkan ada juga yang anggota keluarganya atau orang terdekatnya menjadi korban dari pembantaian itu. Kami terus mencari tahu mengenai moon children dan Marland," jelas Tuan James. "Dan aku rasa orang-orang yang ikut melihat pembantaian itu juga masih mengingat jelas bagaimana peristiwa itu terjadi. Namun sebagian besar dari mereka sudah tua, tidak akan ada yang percaya dengan ucapan orang tua yang tidak mempunyai bukti apapun tentang hal itu bukan?""Kau benar.""Dan Addison sepertinya ini ada kaitannya dengan keluargamu. Mengenai mengapa kau diminta untuk menjadi Marland yang selanjutnya. Ada kaitan besar antara itu semua.""Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau
Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab
"Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci
"Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau
"Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya."Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas." "Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?" "Aku rasa begitu."Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu." "Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?""Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Pranci
Ervin mengikuti Edric memasuki ruangan si sulung Addison. Tempat itu berantakan bukan main. Seperti biasanya. "Edith akan mengomel panjang lebar jika melihat ruanganmu, Edric.""Dia sudah melakukannya setiap pagi." Pria itu menjawab santai. Edric membuka sebuah brangkas besi yang tampak terkunci rapat dan hanya dapat dibuka dengan sandi rahasia. "Ini adalah rahasia keluarga kita. Bagaimanapun, kau juga mempunyai hak untuk mengetahui semuanya."Ervin melirik sejumlah berkas dan buku-buku usang yang dikeluarkan oleh sang kakak. "Apa semua ini?""Sejarah keluarga Addison." Si bungsu mengernyit, meraih sebuah buku dengan asal kemudian membacanya sekilas. "Keluarga Addison adalah keluarga yang tidak pernah bisa di putus silsilahnya karena perjanjian dengan 3 iblis kuat. Asmodeus, Azazel, dan Lucifer. Tidak ada yang bisa memutus darah yang mengalir itu kecuali jika perjanjian yang terjalin terputus." "Seratus lima puluh tahun yang lalu, Marland membuat perjanjian itu. Perjanjian demi keab
"Apapun bisa terjadi bukan? Sebagai detektif juga kau seharusnya bisa memahami segala kemungkinan yang ada. Aku yakin kau sudah mencapai kemungkinan ini bukan? Hanya saja aku terlalu denial untuk meletakkannya dalam sebuah kemungkinan."Ervin menarik napas panjang sebelum pada akhirnya mengangguk singkat. "Sangat sulit untuk mencari informasi mengenai keluargaku sendiri. Semuanya serba rahasia. Aku bahkan tidak mengetahui bagaimana silsilah dari Keluarga Addison dan sebagainya. Itu yang membuatku sedikit mencurigainya. Edric menutupi semuanya dengan rapat selama ini.""Ada banyak hal yang perlu di jelaskan mengenai keluargamu itu. Tapi sepertinya bukan aku yang berhak mengatakannya. Aku rasa kakakmu, Edric, akan menjawab dengan suka rela apa pun yang hendak kau tanyakan padanya. Sebagai anggota keluarga Addison kau tentunya berhak mengetahui itu semua." Tuan James kembali menjelaskan, menyempatkan diri untuk memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman."Bagaimana bisa kau tahu sejau
Ervin memasuki bangunan besar yang tampak familiar. Perpustakaan Dr William, adalah perpustakaan yang biasa dikunjungi oleh Ervin setiap dua minggu. Dan bisa dikatakan secara gamblang bahwa lelaki itu sudah amat memghafal tata ruang dan buku-buku yang ada di tempat ini. Namun tujuannya kali ini bukan itu, ia datang bukan untuk membaca melaikan melakukan suatu hal yang penting."Tuan James?" Ervin tersenyum ramah, duduk di sebuah kursi tepat di hadapan seorang pria paruh baya yang tidak terlihat ramah. Sedikit terganggu karena fokusnya teralihkan oleh suara lelaki di hadapannya tersebut. "Bisakah kita mengobrol sebentar?""Apa yang diinginkan bocah berandal yang pintar sepertimu dari seorang pria tua sepertiku, Addison? Apakah itu adalah sesuatu yang penting?" Pria yang dipanggil Tuan James itu segera membalas dengan tajam. Ervin terkekeh kecil, menggeleng-gelengkan kepalanya selama beberapa saat. "Kau masih ketus seperti biasanya. Aku hanya ingin bertanya mengenai beberapa hal. Jadi
"Ervin, ada surat lagi untukmu." Sebuah seruan lembut seorang perempuan terdengar bersamaan dengan ketukan pintu yang konstan. Sang empunya nama lantas menoleh. "Masuk saja Edith, aku tidak mengunci pintunya." Setelah Ervin menyelesaikan kalimatnya, segeralah terdengar derit dari handle pintu yang bergerak secara perlahan. "Kau mendapat banyak surat akhir-akhir ini. Apakah itu adalah sejumlah kasus, Ervin?""Kau benar. Itu sedikit menjengkelkan mengingat orang-orang bahkan memintaku untuk mencari kucing mereka yang hilang atau memperbaiki atap yang rusak. Aku bukan polisi yang melayani masyarakat," gerutu lelaki itu dengan nada jengkel yang begitu ketara. Wajahnya terlihat pias dengan jejak kemalasan luar biasa di sana. Edith terkekeh kecil, meletakkan sejumlah surat yang ia bawa ke hadapan Ervin yang kini tengah duduk menghadap jendela besar di sudut kamarnya. Perempuan itu menepuk kepala lelaki di sampingnya beberapa kali sebelum berujar, "Ervin, jika kau mengalami kesulitan atau