Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 78. Kebenaran Status Istri

Share

78. Kebenaran Status Istri

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-29 12:20:16

"Kamu kalau mau makan malam bisa minta Bang Ardi, aku mau pergi kerja," pamit Gendhis melongok di pintu kamar Rai. Sang suami tengah duduk menghadapi jendela, sibuk dengan ingatannya mungkin.

"Pulang jam berapa?" gumam Rai spontan.

"Aku nggak pulang malam ini, besok pagi baru balik. Ini hari pertamaku kerja, jadi aku balik ke tempat Danisha dulu," terang Gendhis.

"Aku nggak perlu bantuan lagi," ucap Rai. "Jangan ngaku-ngaku ke orang lain sebagai istriku," cegahnya.

"Ngaku-ngaku?" Gendhis yang semula hanya melongok di pintu, akhirnya masuk ke dalam kamar, "terus bikin kamu gagal nikahin Kiara? Itu yang kamu takutin?"

"Aku harus jadi ketua perkumpulan, itu satu-satunya caraku buat balas budi sama keluarga ini," desis Rai. "Kalau dengan ngaku-ngaku sebagai istriku bisa datengin keuntungan buatmu, berhentilah. Aku nggak akan tinggal diem," ancamnya.

Gendhis tertawa seraya mengusap tengkuknya, "Kamu bisa liat di buku nikah kita. Ada di lemari kamu, semua bukti kalau aku adalah istrimu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Candu Cinta Dokter Muda   79. Lebih Buruk Dari Sebelumnya

    "Ngapain?" tegur Danisha saat melihat Rai diantar Ardi datang ke kasino. "Dia penasaran sama istrinya," jawab Ardi mengedikkan dagunya ke arah Rai yang langsung membaur ke pengunjung kasino, "kayaknya kepalanya muter terus gara-gara Gendhis bilang kalau mereka suami-istri," tandasnya. "Kalau Ben tau Christ muncul di sini, bisa dicambuk tu anak. Udah dibilang diem dulu di rumah, suasana lagi nggak baik, malah ngeyel," desis Danisha sambil ngeloyor mengejar sang ponakan. "Jangan menarik perhatian ya lo!" larangnya menarik kerah jas Rai sedikit kasar. "Bisa oleng gue-nya, Tante," protes Rai yang masih terpincang sesekali saat harus bermobilisasi tanpa kursi roda. "Ngapain lo muncul di sini? Nggak nurut sama Ketua?" gemas Danisha. "Nyari dia!" tunjuk Rai ke arah Gendhis yang tengah menyajikan minuman untuk beberapa tamu. "Istri gue, kan?" "Ya biarin aja dia kerja, ngapain juga lo awasin di sini," protes Danisha. "Kalau sampe ada masalah, gue yang kena tegur Ketua ya Christ!" sungutn

    Last Updated : 2025-04-29
  • Candu Cinta Dokter Muda   80. Kelak Jangan Mencariku

    Gendhis langsung pergi setelah mengatai Rai dan enggan menemuinya lagi sepanjang Rai bertahan di kasino. Dadanya sesak, hatinya kesal bukan main. Serasa ia ingin menyerah dan pergi saja dari rumah yang disediakan Ben untuk tempat pemulihan Rai itu. Namun, di sinilah Gendhis kini, di pintu utama rumah yang sama, baru saja pulang kerja keesokan paginya. Ia tarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintunya, memantapkan hati. "Pulang ke sini juga? Kukira udah nggak mau ketemu sama bangsat kayak aku," tukas Rai menyambut Gendhis yang baru saja datang dari pintu. "Aku punya kesepakatan sama Ann dan Ben untuk tetap di sini," balas Gendhis sekenanya. "Kamu udah sarapan? Aku beli barusan di jalan pulang. Kalau kamu mau, ayo sarapan bareng," ajaknya sudah malas berdebat. "Aku bakalan menceraikanmu secepatnya," ucap Rai seketika membuat langkah Gendhis yang mengarah ke dapur, berhenti. "Kalau kamu butuh kompensasi, sebutin aja nominalnya," katanya. "Terserahmu," ucap Gendhis pasrah, lelah se

    Last Updated : 2025-04-29
  • Candu Cinta Dokter Muda   81. Menu Utama

    Gendhis merebahkan tubuhnya di ranjang kamar setelah enggan menanggapi Rai yang meracau tak jelas dan menuduhnya macam-macam. Rasanya, ingin ia sumbat saja lubang telinganya agar tak lagi mendengar apa yang Rai tuduhkan. Ia tidak ingin melawan suaminya, tahu bahwa Rai menderita dan terluka karena harus melindunginya, Gendhis terima saja apapun tuduhan sang suaminya itu padanya. "Aku harus ketemu sama Kiara," Rai tiba-tiba menguak pintu kamar Gendhis dan berkacak pinggang di sana. "Ikut aku, kamu yang diminta Ann buat bantu ngurus kebutuhanku kan?" Gendhis berdecak malas, "Ada Bang Ardi kan? Kamu bisa minta dia buat nganter," tolaknya. "Jadi kamu emang cuma beneran numpang? Nggak mau ngasih manfaat apa-apa di sini?" tuduh Rai. "Aku istri kamu, Rai! Bukan pembantu!" "Wah," Rai tertawa meremehkan. "Status yang kamu dapet dari menjebakku dengan cara licik, apa pantes buat dibanggakan? Kalau nggak mau nurutin perintah Ann buat ngerawat suamimu ini, jangan tinggal di sini!" sentaknya k

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   82. Tak Perlu Mencari Tahu

    "Operasi?" desis Rai ketika Gendhis mendorongnya kuat-kuat, menolak pagutannya. "Tato ini?" ia tunjuk tato burung phoenix di perut Gendhis."Kamu katanya mau ketemu Kiara," balas Gendhis enggan menjawab rasa penasaran Rai. Ia kenakan t-shirt berwarna hitam dan rok pendek jeans sepahanya. "Biar aku suruh sopir siap-siap," ucapnya sambil menyambar beberapa barang yang akan dibawanya. "Tato itu!" sengal Rai menahan pundak Gendhis yang sudah siap keluar menuju pintu. "Bukan orang sembarangan yang boleh punya tanda identitas phoenix di tubuhnya," gumamnya penuh selidik."Iya, dan aku punya tato burung phoenix di perutku. Artinya aku bukan orang sembarangan, kan?" "Siapa yang nyuruh kamu bikin tato itu?" desak Rai. "Kamu!" sergah Gendhis dengan mata membulat sempurna. "Aku dianter Ann dan Danisha ke tempat Aiko buat bikin tato ini! Inget-inget coba! Cari memori itu di kepala kamu yang kosong itu!" teriaknya melepas cengkeraman Rai dan terburu keluar dari dalam kamarnya. Masih tak habi

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   83. Telah Rela

    "Setelah Abang dibawa ke Singapura, kita baru sempat ketemu hari ini. Makasih udah ngajakin aku ketemuan," ucap Kiara centil. Ia sengaja bersikap seperti itu meski Gendhis sudah pergi menjauh, membiarkan ia dan Rai mengobrol berdua. "Sorry, aku nggak punya ingatan apapun soal kita, seberapa akrabnya kita sebelumnya," ucap Rai sopan sekali. Kiara melebarkan senyumnya, "Kita deket banget, soalnya kan kita kerja di rumah sakit yang sama. Karena kecelakaan kemarin, kamu jadi harus ambil cuti panjang, Bang," ungkapnya berdusta. Rai manggut-manggut, sambil mengunyah makanan kadang sudut matanya mencari sosok Gendhis yang memilih untuk duduk di sudut restoran, sedikit agak jauh dari posisinya. Perempuan itu sengaja mengambil meja di luar ruangan agar ia bisa merokok dengan leluasa. "Aku nggak nyangka Tante Ann bakalan nyuruh perempuan itu buat ngerawat kamu. Coba aja aku nggak harus ada tanggungan di rumah sakit, pasti aku yang bakalan ngerawat kamu, Bang," sergah Kiara. Rai hanya menge

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   84. Perasaan Tak Asing

    "Aku pengin makan mie instan," sebut Rai suatu sore, tepat saat Gendhis sudah bersiap untuk berangkat bekerja. "Kamu bisa bikin sendiri, mie-nya ada di kabinet atas kompor, di dapur," ucap Gendhis yang memang sengaja dilibatkan Danisha saat mempersiapkan rumah ini demi merawat kesembuhan Rai. "Aku nggak akan ngomong ke kamu kalau bisa masak sendiri," ucap Rai. "Bukannya kamu emang bisa masak? Semua lelaki di keluarga Takahashi punya keahlian masak.""Masak, bukan bikin mie instan," sahut Rai membuat alasan. "Aku udah mau berangkat kerja," bantah Gendhis enggan. "Oh, oke. Jadi emang nggak ada bedanya ada kamu atau enggak," desis Rai mencibir. "Ya udah, kubikinin dulu," desah Gendhis mengalah. Ia tabrak bahu Rai yang berdiri di pintunya dengan sengaja. Tanpa Gendhis sadari, senyum simpul terbit di bibir Rai saat merasa berhasil mengerjainya. Entah kenapa, dalam hatinya, Rai pun seakan mendapat kepuasan tersendiri setelah melihat perempuan yang keukeuh ingin ia ceraikan ini bersun

    Last Updated : 2025-04-30
  • Candu Cinta Dokter Muda   1. Apakah Itu Kamu?

    "Argh… Sakit, sakit banget!" "Mbak, Mbak masih bisa denger suara saya?" Sekuat tenaga Gendhis berusaha mengangguk saat guncangan di Pundak dan pertanyaan itu ditujukan padanya. “Sakit sekali, Dokter.” Lagi-lagi, hanya erangan kesakitan yang Gendhis beri sebagai tambahan jawabannya. Tangannya tergerak mencengkeram perut bagian bawahnya, keringat dingin membasahi sekujur tubuh. "Dari kapan sakitnya?" tanya perawat di sebelah Gendhis. Gendhis menggeleng, "Semalam…" gumamnya tak yakin. "Ada bercak darah?" Gendhis mengangguk kali ini, ia berusaha membuka matanya. Tak jauh dari ranjangnya sekarang, seorang perempuan berusia 40 tahunan tengah menatapnya dari kejauhan. Tampak cemas, tapi juga tak berani mendekat. "S-saya hamil. Test pack saya positif," ungkap Gendhis terbata. Tak ada jawaban, semua orang yang menangani Gendhis di Instalasi Gawat Darurat itu tampak sibuk melakukan tugasnya masing-masing setelah mendengar pengakuannya. Air mata Gendhis menetes, ia ingin men

    Last Updated : 2025-03-25
  • Candu Cinta Dokter Muda   2. Aku Tahu Itu Kamu

    Gendhis menyipitkan pandangannya, rasa haus yang amat sangat memenuhi mulut dan tenggorokannya. Samar ia dengar suara orang tengah mengobrol, tapi kantuk yang menggantung di matanya memaksa Gendhis kembali memejamkan mata. "Semisal saya tinggal pulang dan nggak ada yang nemenin, apa aman, Dok?" Suara berisik di sebelahnya semakin terdengar jelas oleh Gendhis. Seseorang tengah mengobrol dengan dokter, membicarakan kondisinya. "Silakan, ada perawat kami yang bisa diandalkan. Pasien juga baru boleh makan setelah lewat tengah malam," balas suara berat lain. Gendhis mengenal suara bariton seksi ini, milik sebuah nama yang menghuni sisi lain hatinya. Kali ini, Gendhis berusaha lagi membuka mata. Kantuk seketika menyerang, tapi ia tak menyerah. Ia harus tahu, siapa pemilik suara berat yang mengobrol di sampingnya. "Kalau gitu, gue balik dulu, bisa berantakan kerjaan kalau gue lama-lama di sini. Nanti gue kirim orang buat jagain lo," pamit si perempuan paruh baya berdandan men

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   84. Perasaan Tak Asing

    "Aku pengin makan mie instan," sebut Rai suatu sore, tepat saat Gendhis sudah bersiap untuk berangkat bekerja. "Kamu bisa bikin sendiri, mie-nya ada di kabinet atas kompor, di dapur," ucap Gendhis yang memang sengaja dilibatkan Danisha saat mempersiapkan rumah ini demi merawat kesembuhan Rai. "Aku nggak akan ngomong ke kamu kalau bisa masak sendiri," ucap Rai. "Bukannya kamu emang bisa masak? Semua lelaki di keluarga Takahashi punya keahlian masak.""Masak, bukan bikin mie instan," sahut Rai membuat alasan. "Aku udah mau berangkat kerja," bantah Gendhis enggan. "Oh, oke. Jadi emang nggak ada bedanya ada kamu atau enggak," desis Rai mencibir. "Ya udah, kubikinin dulu," desah Gendhis mengalah. Ia tabrak bahu Rai yang berdiri di pintunya dengan sengaja. Tanpa Gendhis sadari, senyum simpul terbit di bibir Rai saat merasa berhasil mengerjainya. Entah kenapa, dalam hatinya, Rai pun seakan mendapat kepuasan tersendiri setelah melihat perempuan yang keukeuh ingin ia ceraikan ini bersun

  • Candu Cinta Dokter Muda   83. Telah Rela

    "Setelah Abang dibawa ke Singapura, kita baru sempat ketemu hari ini. Makasih udah ngajakin aku ketemuan," ucap Kiara centil. Ia sengaja bersikap seperti itu meski Gendhis sudah pergi menjauh, membiarkan ia dan Rai mengobrol berdua. "Sorry, aku nggak punya ingatan apapun soal kita, seberapa akrabnya kita sebelumnya," ucap Rai sopan sekali. Kiara melebarkan senyumnya, "Kita deket banget, soalnya kan kita kerja di rumah sakit yang sama. Karena kecelakaan kemarin, kamu jadi harus ambil cuti panjang, Bang," ungkapnya berdusta. Rai manggut-manggut, sambil mengunyah makanan kadang sudut matanya mencari sosok Gendhis yang memilih untuk duduk di sudut restoran, sedikit agak jauh dari posisinya. Perempuan itu sengaja mengambil meja di luar ruangan agar ia bisa merokok dengan leluasa. "Aku nggak nyangka Tante Ann bakalan nyuruh perempuan itu buat ngerawat kamu. Coba aja aku nggak harus ada tanggungan di rumah sakit, pasti aku yang bakalan ngerawat kamu, Bang," sergah Kiara. Rai hanya menge

  • Candu Cinta Dokter Muda   82. Tak Perlu Mencari Tahu

    "Operasi?" desis Rai ketika Gendhis mendorongnya kuat-kuat, menolak pagutannya. "Tato ini?" ia tunjuk tato burung phoenix di perut Gendhis."Kamu katanya mau ketemu Kiara," balas Gendhis enggan menjawab rasa penasaran Rai. Ia kenakan t-shirt berwarna hitam dan rok pendek jeans sepahanya. "Biar aku suruh sopir siap-siap," ucapnya sambil menyambar beberapa barang yang akan dibawanya. "Tato itu!" sengal Rai menahan pundak Gendhis yang sudah siap keluar menuju pintu. "Bukan orang sembarangan yang boleh punya tanda identitas phoenix di tubuhnya," gumamnya penuh selidik."Iya, dan aku punya tato burung phoenix di perutku. Artinya aku bukan orang sembarangan, kan?" "Siapa yang nyuruh kamu bikin tato itu?" desak Rai. "Kamu!" sergah Gendhis dengan mata membulat sempurna. "Aku dianter Ann dan Danisha ke tempat Aiko buat bikin tato ini! Inget-inget coba! Cari memori itu di kepala kamu yang kosong itu!" teriaknya melepas cengkeraman Rai dan terburu keluar dari dalam kamarnya. Masih tak habi

  • Candu Cinta Dokter Muda   81. Menu Utama

    Gendhis merebahkan tubuhnya di ranjang kamar setelah enggan menanggapi Rai yang meracau tak jelas dan menuduhnya macam-macam. Rasanya, ingin ia sumbat saja lubang telinganya agar tak lagi mendengar apa yang Rai tuduhkan. Ia tidak ingin melawan suaminya, tahu bahwa Rai menderita dan terluka karena harus melindunginya, Gendhis terima saja apapun tuduhan sang suaminya itu padanya. "Aku harus ketemu sama Kiara," Rai tiba-tiba menguak pintu kamar Gendhis dan berkacak pinggang di sana. "Ikut aku, kamu yang diminta Ann buat bantu ngurus kebutuhanku kan?" Gendhis berdecak malas, "Ada Bang Ardi kan? Kamu bisa minta dia buat nganter," tolaknya. "Jadi kamu emang cuma beneran numpang? Nggak mau ngasih manfaat apa-apa di sini?" tuduh Rai. "Aku istri kamu, Rai! Bukan pembantu!" "Wah," Rai tertawa meremehkan. "Status yang kamu dapet dari menjebakku dengan cara licik, apa pantes buat dibanggakan? Kalau nggak mau nurutin perintah Ann buat ngerawat suamimu ini, jangan tinggal di sini!" sentaknya k

  • Candu Cinta Dokter Muda   80. Kelak Jangan Mencariku

    Gendhis langsung pergi setelah mengatai Rai dan enggan menemuinya lagi sepanjang Rai bertahan di kasino. Dadanya sesak, hatinya kesal bukan main. Serasa ia ingin menyerah dan pergi saja dari rumah yang disediakan Ben untuk tempat pemulihan Rai itu. Namun, di sinilah Gendhis kini, di pintu utama rumah yang sama, baru saja pulang kerja keesokan paginya. Ia tarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintunya, memantapkan hati. "Pulang ke sini juga? Kukira udah nggak mau ketemu sama bangsat kayak aku," tukas Rai menyambut Gendhis yang baru saja datang dari pintu. "Aku punya kesepakatan sama Ann dan Ben untuk tetap di sini," balas Gendhis sekenanya. "Kamu udah sarapan? Aku beli barusan di jalan pulang. Kalau kamu mau, ayo sarapan bareng," ajaknya sudah malas berdebat. "Aku bakalan menceraikanmu secepatnya," ucap Rai seketika membuat langkah Gendhis yang mengarah ke dapur, berhenti. "Kalau kamu butuh kompensasi, sebutin aja nominalnya," katanya. "Terserahmu," ucap Gendhis pasrah, lelah se

  • Candu Cinta Dokter Muda   79. Lebih Buruk Dari Sebelumnya

    "Ngapain?" tegur Danisha saat melihat Rai diantar Ardi datang ke kasino. "Dia penasaran sama istrinya," jawab Ardi mengedikkan dagunya ke arah Rai yang langsung membaur ke pengunjung kasino, "kayaknya kepalanya muter terus gara-gara Gendhis bilang kalau mereka suami-istri," tandasnya. "Kalau Ben tau Christ muncul di sini, bisa dicambuk tu anak. Udah dibilang diem dulu di rumah, suasana lagi nggak baik, malah ngeyel," desis Danisha sambil ngeloyor mengejar sang ponakan. "Jangan menarik perhatian ya lo!" larangnya menarik kerah jas Rai sedikit kasar. "Bisa oleng gue-nya, Tante," protes Rai yang masih terpincang sesekali saat harus bermobilisasi tanpa kursi roda. "Ngapain lo muncul di sini? Nggak nurut sama Ketua?" gemas Danisha. "Nyari dia!" tunjuk Rai ke arah Gendhis yang tengah menyajikan minuman untuk beberapa tamu. "Istri gue, kan?" "Ya biarin aja dia kerja, ngapain juga lo awasin di sini," protes Danisha. "Kalau sampe ada masalah, gue yang kena tegur Ketua ya Christ!" sungutn

  • Candu Cinta Dokter Muda   78. Kebenaran Status Istri

    "Kamu kalau mau makan malam bisa minta Bang Ardi, aku mau pergi kerja," pamit Gendhis melongok di pintu kamar Rai. Sang suami tengah duduk menghadapi jendela, sibuk dengan ingatannya mungkin. "Pulang jam berapa?" gumam Rai spontan. "Aku nggak pulang malam ini, besok pagi baru balik. Ini hari pertamaku kerja, jadi aku balik ke tempat Danisha dulu," terang Gendhis. "Aku nggak perlu bantuan lagi," ucap Rai. "Jangan ngaku-ngaku ke orang lain sebagai istriku," cegahnya. "Ngaku-ngaku?" Gendhis yang semula hanya melongok di pintu, akhirnya masuk ke dalam kamar, "terus bikin kamu gagal nikahin Kiara? Itu yang kamu takutin?""Aku harus jadi ketua perkumpulan, itu satu-satunya caraku buat balas budi sama keluarga ini," desis Rai. "Kalau dengan ngaku-ngaku sebagai istriku bisa datengin keuntungan buatmu, berhentilah. Aku nggak akan tinggal diem," ancamnya. Gendhis tertawa seraya mengusap tengkuknya, "Kamu bisa liat di buku nikah kita. Ada di lemari kamu, semua bukti kalau aku adalah istrimu

  • Candu Cinta Dokter Muda   77. Aku Istrimu

    "Kalau ada apa-apa, kamu hubungi kami ya, Ndhis," pesan Ann sebelum masuk ke dalam mobil. "Ada Bastian yang bakalan standby," tambahnya seraya melambai ringan berbarengan dengan melajunya mobil meninggalkan halaman rumah baru itu. Sepi. Kini, hanya bersisa Gendhis dan Rai saja. Ardi akan datang nanti menjelang sore, menggantikan peran Gendhis yang sebenarnya belum harus berangkat bekerja, tapi tak mau membuat Rai curiga."Aku anter masuk, Aniki," kata Gendhis tersadar, ia segera memposisikan diri di belakang kursi roda Rai. "Mau istirahat di kamar?" "Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri, nggak usah pake kursi roda," balas Rai langsung menolak. Tak membantah, Gendhis langsung menjauh dari kursi roda. Tak perlu ditanya bagaimana hatinya, sudah pasti hancur. Apalagi saat Rai yang tanpa beban berkata akan menikahi Kiara secepatnya, seperti janjinya pada Taka-Sama. Pun bagaimana menjelaskan posisinya di saat Rai bahkan tak mengingatnya sama sekali, juga semua kenangan mereka. "Apa kita

  • Candu Cinta Dokter Muda   76. Memulai dari Awal

    "Ini rumah baru kamu," ucap Ann pada Rai yang mengitarkan pandangan ke seisi rumahnya sendiri, tempat baru yang Ben siapkan untuk Rai memulihkan kesehatannya.Setelah tinggal di Singapura satu setengah bulan lamanya, Rai akhirnya dibawa pulang ke Indonesia. Tidak ada yang diijinkan menyambut kedatangannya, termasuk Kiara, mengingat kondisi ingatan Rai yang memang banyak terhapus itu. Terlebih, keberadaan Rai memang sengaja dirahasiakan sebelum penabrak dan otak dari peristiwa berdarah itu, ditemukan. "Gendhis," ujar Ann lagi, ia merentangkan tangannya pada Gendhis yang berdiri kaku tak jauh dari Rai, "dia yang bakalan bantu aku ngurus kamu di rumah."Tertegun, Gendhis maju selangkah mendekat, ia membungkukkan badannya memberi penghormatan. Benar, ia telah diberitahu segalanya, termasuk mengenai kondisi Rai yang kehilangan ingatan dan tak lagi mengingatnya. Bukan hanya melupakan sosok Gendhis, Rai begitu asing dengan orang-orang baru, yang terekam dalam otaknya hanyalah doktrin Eriska

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status