Selamat datang,
Di panggung beralaskan karpet merah ini aku berpijak, manikku memandang barisan-barisan kursi berwarna merah marun senada dengan karpet yang sedari tadi kalian injak. Lampu follow spot yang menyorot ke arahku secara langsung telah membantuku untuk membuat penonton fokus memperhatikanku. Bukan fokus karena penampilan luarku yang dibalut dress hitam pekat yang terkesan glossy dan sepatu heels berwarna putih yang membuatku terlihat lebih tinggi tapi fokuslah akan pengantar cerita yang akan aku ceritakan. Tentunya cerita ini sangat menarik. Cerita yang menyedihkan, menyenangkan, mengharukan atau yang membahagiakan. Semua bumbu-bumbu penyedap rasa itu akan aku ceritakan. Benar-benar lengkap bukan? Ya, tentu saja. Aku akan membuktikannya. Tapi sebelum bercerita, aku akan menyampaikan sebuah puisi sederhana sebagai pembuka cerita yang akan disampaikan olehku.Makhluk Tuhan
Setiap hari adalah luka
Setumpuk cercaan menimpa Membentuk serpihan duka Di dalam lautan air mataAku ingin meronta
Tapi tak bisa Semakin aku bergerak Digenggam jemariku sangat kuatSayup-sayup aku berjalan
Berniat untuk melarikan diri Tapi lagi dan lagi Bayangan itu seperti hantu yang mengikutiTubuhku menahan sakit
Berjalan pun bungkuk dan tertatih Tak ada rasa empati Hanya ada deretan gigi bersorak sorai menertawakan diriku iniAku menelan cerca
Dari segala bentuk hinaan Lagi dan lagi tak ada semangkuk iba Yang ada hanya celaHai teman!
Masih ingat dengan koridor itu Tempat itu menjadi saksi Kalian menertawakanku, aku tetap membisu diiringi tangiskuApa salahku?
Apa pernah aku menggores luka? Apa kau suka melihatku tenggelam dalam lara? Cukup! Aku ini bukan hewan, aku juga sama makhluk Tuhan seperti kalianKehidupan di masa depan adalah misteri. Entah apa yang akan didapatkan kesenangan, kebahagiaan, atau bahkan kesedihan. Yang jelas pasti yang diharapkan adalah bagaimana kita bisa menjadi seseorang yang bukan lagi orang sedih atau kesepian. Puisi yang aku sampaikan tadi cukup menggetarkan jiwa. Bagaimana kalian sudah bisa membayangkan seperti apa jalan ceritanya? Jika ada yang bisa menebak alur ceritanya tentunya pasti masih menerka-menerka seperti apa alur cerita selengkapnya. Kalian pasti semakin penasaran dengan alur ceritanya. Baiklah aku akan memulai ceritanya agar waktu tidak terbuang sia-sia.
Pertama, aku akan membawamu memasuki sebuah pintu menuju lorong-lorong penuh cerita tentang kehidupan yang berisi hal misteri, cinta dan air mata. Kemudian aku akan menggiringmu memasuki sebuah bangunan mewah dan elegan dipandang mata. Bahkan kau akan takjub karenanya. Di saat matamu mengedarkan pandangan ke berbagai sisi yang menjadi tempat berdirinya bangunan mewah dengan kokohnya. Bangunan itu terlihat elegan dengan warna putih yang mendominasi. Akan tetapi entah mengapa jika dilihat dari depan bangunan itu tampak misterius, terasa getir, dan semburat aura kesedihan tiba-tiba saja hadir ketika memandang lekat-lekat bangunan itu. Jangan terlalu serius mendengarkan kata-kataku! Ini hanya penambah kata-kata di awal cerita. Selebihnya yang aku tekankan, aku akan membawa kalian ke sebuah bangunan cerita yang mewakili kita. Ya di sana kita akan melihat segala sesuatu yang mewakili perasaan kita. Bumbu-bumbu rasa kesenangan, kesedihan, kekerasan dan kisah penuh misteri ada di dalamnya. Bangunan itu dibalik kemewahannya telah menjadi saksi bisu akan semua kejadian yang mengguncang jiwa, menyesakkan dada, atau yang menumbuhkan benih-benih cinta. Sangat lengkap bukan.
Kedua, pengenalan tentang tokoh. Kau tak tahu bagaimana rasa itu tercipta. Rasa sakit yang berlarut-larut, pelik rasanya hingga akhirnya rasa sakit yang teramat-amat menghantarkannya menuju lubang keputusasaan. Hatinya terasa kalut hingga tak bisa berpikiran jernih. Hingga ide gila terlintas di pikirannya. Cerita ini memiliki dua tokoh utama yang menjadi ikon dari cerita ini. Yang akan aku ceritakan berdasarkan keengganan hati. Tentang dua gadis kembar yang saling bertolak belakang. Si lugu yang merasa tidak bebas dalam kehidupannya. Bentuk kekerasan dan hujatan telah dialaminya dari teman-temannya. Psikisnya terganggu dan terkadang ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Yang bisa ia lakukan adalah menyendiri. Sedangkan si pintar yang banyak disukai oleh teman-temannya ternyata menyimpan rahasia besar dan mengalami teror sehingga membuat jiwanya tertekan. Hidupnya penuh misteri. Janggal, semua ini harus diselesaikan. Kisah ini akan menjadi sorotan. Bagaimana jika kehidupan mereka terbalik? Entah hidup mereka akan lebih baik atau malah menimbulkan masalah baru yang justru malah rumit dan memperkeruh keadaan. Cerita semakin menarik. Berawal dari melakukan ide gila yaitu insiden bunuh diri yang mengubah kehidupan mereka. Si lugu atau si pintar yang telah bunuh diri? Mengapa bisa hal segila itu bisa dilakukan? Seberat dan serumit apa masalah mereka? Bagaimana kehidupan mereka setelah insiden itu? Kira-kira itu adalah sederet pertanyaan yang pasti mengganjal di benak kalian.
Pergolakan batin membungkus cerita ini. Kau akan tertarik dengan kemasan cerita ini. Berbagai konflik batin telah membumbui keseluruhan cerita ini. Tak hanya itu, fisik pun sungguh jelas terasa sakit karena akibat dari pergolakan batin itu. Suasana sekitar pun ikut mengharu biru dalam cerita ini. Sudah bisa dibayangkan cerita ini akan semakin menarik. Ditambah lagi rasa emosional kalian akan dibuat naik turun karena cerita ini. Mengapa begitu? Sudah jelas aku katakan kisah ini sangat menarik. Untuk itu kau jangan sampai terlewat melihat setiap adegan yang mereka berikan. Karena tiap langkah yang mereka buat adalah sebuah kunci dari cerita ini. Sekali lagi jangan sampai terlewat jika tidak ingin ketinggalan alur ceritanya.
Lihatlah layar di depanmu, tirai berwarna merah marun seakan-akan mengintip berusaha untuk terbuka. Suara menderu dari telapak tangan, siulan merdu bersusulan, dan sorak sorai telah memenuhi gemaan tempat kau berpijak saat ini. Kau sudah menduduki kursi penontonmu, kau telah memosisikan diri dalam kenyamanan. Dan di sinilah apa yang membuatmu penasaran sesegera mungkin akan memulai persembahan. Agar kau tidak berlama-lama berimajinasi berubah menjadi ketabuan karena terlalu memikirkan seperti apa cerita lengkap dari cerita ini. Cerita pembuka adalah cerita awalan yang menjadi titik temu akan banyak spekulasi dan sebuah keklisean, dan akhiran yang menyatukan dan memecahkan dugaan-dugaan sehingga terbentuk kesimpulan akurat sebagai penutup yang dinanti. Oleh karena itu jangan dianggap remeh setiap alur cerita dari kisah mereka berdua.
Lihatlah! Benar kan apa yang aku katakan. Kau terlihat sangat siap untuk menyaksikan mereka. Menyelami sebuah kisah pilu terasa, menyesakkan, menggetarkan, dan segala perasaan misterius yang menimpa tokoh dalam cerita. Kau harus tahu betapa tersiksanya mereka akan kenyataan yang ada. Ah baiklah, jangan berlama-lama menghabiskan waktu. Aku tahu kau sudah tidak sabar untuk menyaksikan mereka. Bersiaplah mengosongkan pikiran dan masalah hidupmu. Karena sebentar lagi mengingat betapa peliknya kisah mereka, masalah ini akan memenuhi memorimu. Dan sudah pasti akan membuat rasa emosionalmu muncul. Terakhir, aku persembahkan cerita ini untuk kamu.
Selamat menikmati,****Angin berhembus dengan pelan. Berangsur-angsur menelusuk hingga ke tulang. Dingin, itulah kesan pertama yang terlontar dari seorang gadis bersurai indah yang sedang berjalan seorang diri menelusuri lorong panjang. Suasana tempat itu sangat sunyi. Karena dilanda keingintahuan yang besar gadis itu pun mempercepat jalannya. Semakin menelusuri tempat itu ia pun merasa kebingungan karena lorong gelap ini seperti tidak berujung. Tapi ia tidak menyerah dan melanjutkan perjalanan agar keingintahuannya bisa terpecahkan.Ketika gadis itu berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menghambat perjalanannya. Jalan menuju tempat itu dipenuhi dengan lumpur sehingga menuntutnya agar terus berjalan dengan sekuat tenaga. Di saat ia berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti karena ada cahaya yang menyilaukan.“Cahaya apa itu?” Gadis tersebut bertanya-tanya dalam hatinya.Semakin ia mendekat cahaya itu terasa sangat m
****Udara pagi terasa sejuk di kulit. Langit cerah kian menyapa. Awan putih terbentang dengan indah. Terlebih ketika mentari yang masih malu-malu untuk memunculkan sinarnya dan embun-embun yang terlihat sedang menari-nari di atas daun segar. Kicauan burung yang merdu menambahkan kesan indah di pagi hari itu. Namun langkah-langkah kaki yang bersemangat mulai memecahkan kesunyian dan berbagai aktivitas mulai berdatangan di pagi yang menyenangkan. Selain itu, suara klakson kendaraan yang berlalu lalang pun mulai bermunculan walaupun sedikit mengganggu.Keira si gadis introvert berangkat ke sekolah dengan riangnya. Sepeda biru yang terlihat sudah usang, tak mematahkan semangat untuk mengayuh pedal sepedanya. Sekarang adalah semester pertamanya di kelas sebelas. Inilah saatnya ia memulai lembaran baru di kelas sebelas dengan harapan bisa mendapatkan prestasi. Keira termasuk siswa yang rajin dan cukup pintar. Hanya saja ia tak cukup bergaul dengan teman-temannya.
****Mari bercerita tentang malam. Ada apa dengan malam? mungkin bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan. Maklum, malam selalu identik dengan hitam, gelap, dan kelam. Malam sering menyisakan cerita panjang yang memilukan. Tapi tak selamanya malam itu kelam. Malam juga bisa menghadirkan kebahagiaan. Seperti yang dialami Keira, si gadis introvert.Malam terlihat tenang mengiringi keindahan suasana rumah panti di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan. Diseruputnya teh hangat dengan penuh kenikmatan. Lalu ia beranjak menuju tirai jendela kamarnya dan dipandangnya langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan. Tapi Keira tak menghiraukan itu. Langit di mala
****Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam.“Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon.Meow...meow...meow“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut.“Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu.“Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak.Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui T
****Hari semakin larut. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu satu jam di kafe. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Telepon Tsania berdering terus. Pasti telepon dari ibunya yang sangat khawatir pada Tsania.“Angkat aja teleponnya,” celetuk Laura tiba-tiba.Tsania pun langsung mengangkatnya.Tutt...“Halo, Mah. ““Kamu di mana, Sayang? Ini udah malem banget,”“Tsania bentar lagi sampe rumah kok, Mah. Ini lagi di jalan,”“Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya!”“Iya, Mah.”Tutt...Telepon dimatikan Tsania.“Yuk pulang bareng!” ajak Laura pada Tsania.“Ga usah, Ra. Aku bisa pesen ojek online kok,” kata Tsania menolak tawaran Laura.“Tapi ini udah malem banget, Nia.” Ucapnya berpura-pura khawatir.“Iya bener, mending
****Cahaya matahari berlomba-lomba memasuki sela-sela rumah panti hingga menyoroti Keira sedang yang menyapu di ruang tengah. Dari kejauhan, Bu Ajeng merasa keheranan pada Keira. “Oalah Kei...Kei...,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia pun langsung menghampiri Keira. “Lah Kei, kok belum siap-siap. Bukannya kamu sekarang sekolah ya,” kata Bu Ajeng sambil mengambil lap lalu membersihkan kaca jendela yang tepat berada di belakang Keira. “Nanggung, Bu bentar lagi selesai.” Jawabnya sambil menyapu. Bu Ajeng menggeleng. Ia menghentikan aktivitasnya. Lalu menoleh, “Yaudah biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siap-siap sana gih! Nanti telat loh,” suruh Bu Ajeng. Keira berhenti menyapu, “Ga usah, Bu. Biar Kei aja yang beresin. Ibu sarapan aja,” jawabnya lagi. “Udah sekarang siap-siap aja, Kei.” Suruh Bu Ajeng lagi. Tetap saja Keira menolaknya. Ia tidak
****Cahaya matahari berlomba-lomba memasuki sela-sela rumah panti hingga menyoroti Keira sedang yang menyapu di ruang tengah. Dari kejauhan, Bu Ajeng merasa keheranan pada Keira. “Oalah Kei...Kei...,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia pun langsung menghampiri Keira. “Lah Kei, kok belum siap-siap. Bukannya kamu sekarang sekolah ya,” kata Bu Ajeng sambil mengambil lap lalu membersihkan kaca jendela yang tepat berada di belakang Keira. “Nanggung, Bu bentar lagi selesai.” Jawabnya sambil menyapu. Bu Ajeng menggeleng. Ia menghentikan aktivitasnya. Lalu menoleh, “Yaudah biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siap-siap sana gih! Nanti telat loh,” suruh Bu Ajeng. Keira berhenti menyapu, “Ga usah, Bu. Biar Kei aja yang beresin. Ibu sarapan aja,” jawabnya lagi. “Udah sekarang siap-siap aja, Kei.” Suruh Bu Ajeng lagi. Tetap saja Keira menolaknya. Ia tidak
****Hari semakin larut. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu satu jam di kafe. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Telepon Tsania berdering terus. Pasti telepon dari ibunya yang sangat khawatir pada Tsania.“Angkat aja teleponnya,” celetuk Laura tiba-tiba.Tsania pun langsung mengangkatnya.Tutt...“Halo, Mah. ““Kamu di mana, Sayang? Ini udah malem banget,”“Tsania bentar lagi sampe rumah kok, Mah. Ini lagi di jalan,”“Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya!”“Iya, Mah.”Tutt...Telepon dimatikan Tsania.“Yuk pulang bareng!” ajak Laura pada Tsania.“Ga usah, Ra. Aku bisa pesen ojek online kok,” kata Tsania menolak tawaran Laura.“Tapi ini udah malem banget, Nia.” Ucapnya berpura-pura khawatir.“Iya bener, mending
****Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam.“Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon.Meow...meow...meow“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut.“Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu.“Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak.Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui T
****Mari bercerita tentang malam. Ada apa dengan malam? mungkin bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan. Maklum, malam selalu identik dengan hitam, gelap, dan kelam. Malam sering menyisakan cerita panjang yang memilukan. Tapi tak selamanya malam itu kelam. Malam juga bisa menghadirkan kebahagiaan. Seperti yang dialami Keira, si gadis introvert.Malam terlihat tenang mengiringi keindahan suasana rumah panti di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan. Diseruputnya teh hangat dengan penuh kenikmatan. Lalu ia beranjak menuju tirai jendela kamarnya dan dipandangnya langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan. Tapi Keira tak menghiraukan itu. Langit di mala
****Udara pagi terasa sejuk di kulit. Langit cerah kian menyapa. Awan putih terbentang dengan indah. Terlebih ketika mentari yang masih malu-malu untuk memunculkan sinarnya dan embun-embun yang terlihat sedang menari-nari di atas daun segar. Kicauan burung yang merdu menambahkan kesan indah di pagi hari itu. Namun langkah-langkah kaki yang bersemangat mulai memecahkan kesunyian dan berbagai aktivitas mulai berdatangan di pagi yang menyenangkan. Selain itu, suara klakson kendaraan yang berlalu lalang pun mulai bermunculan walaupun sedikit mengganggu.Keira si gadis introvert berangkat ke sekolah dengan riangnya. Sepeda biru yang terlihat sudah usang, tak mematahkan semangat untuk mengayuh pedal sepedanya. Sekarang adalah semester pertamanya di kelas sebelas. Inilah saatnya ia memulai lembaran baru di kelas sebelas dengan harapan bisa mendapatkan prestasi. Keira termasuk siswa yang rajin dan cukup pintar. Hanya saja ia tak cukup bergaul dengan teman-temannya.
****Angin berhembus dengan pelan. Berangsur-angsur menelusuk hingga ke tulang. Dingin, itulah kesan pertama yang terlontar dari seorang gadis bersurai indah yang sedang berjalan seorang diri menelusuri lorong panjang. Suasana tempat itu sangat sunyi. Karena dilanda keingintahuan yang besar gadis itu pun mempercepat jalannya. Semakin menelusuri tempat itu ia pun merasa kebingungan karena lorong gelap ini seperti tidak berujung. Tapi ia tidak menyerah dan melanjutkan perjalanan agar keingintahuannya bisa terpecahkan.Ketika gadis itu berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menghambat perjalanannya. Jalan menuju tempat itu dipenuhi dengan lumpur sehingga menuntutnya agar terus berjalan dengan sekuat tenaga. Di saat ia berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti karena ada cahaya yang menyilaukan.“Cahaya apa itu?” Gadis tersebut bertanya-tanya dalam hatinya.Semakin ia mendekat cahaya itu terasa sangat m
Selamat datang,Di panggung beralaskan karpet merah ini aku berpijak, manikku memandang barisan-barisan kursi berwarna merah marun senada dengan karpet yang sedari tadi kalian injak. Lampu follow spot yang menyorot ke arahku secara langsung telah membantuku untuk membuat penonton fokus memperhatikanku. Bukan fokus karena penampilan luarku yang dibalut dress hitam pekat yang terkesan glossy dan sepatu heels berwarna putih yang membuatku terlihat lebih tinggi tapi fokuslah akan pengantar cerita yang akan aku ceritakan. Tentunya cerita ini sangat menarik. Cerita yang menyedihkan, menyenangkan, mengharukan atau yang membahagiakan. Semua bumbu-bumbu penyedap rasa itu akan aku ceritakan. Benar-benar lengkap bukan? Ya, tentu saja. Aku akan membuktikannya. Tapi sebelum bercerita, aku akan menyampaikan sebuah puisi sederhana sebagai pembuka cerita yang akan disampaikan olehku. Makhluk Tuhan Setiap hari adalah lukaSetumpuk cercaan menimpa