Home / Thriller / Can't I Be Free? / BAB 2-Semester Awal

Share

BAB 2-Semester Awal

Author: Kiraniaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

****

Udara pagi terasa sejuk di kulit. Langit cerah kian menyapa. Awan putih terbentang dengan indah. Terlebih ketika mentari yang masih malu-malu untuk memunculkan sinarnya dan embun-embun yang terlihat sedang menari-nari di atas daun segar. Kicauan burung yang merdu menambahkan kesan indah di pagi hari itu. Namun langkah-langkah kaki yang bersemangat mulai memecahkan kesunyian dan berbagai aktivitas mulai berdatangan di pagi yang menyenangkan. Selain itu, suara klakson kendaraan yang berlalu lalang pun mulai bermunculan walaupun sedikit mengganggu. 

Keira si gadis introvert berangkat ke sekolah dengan riangnya. Sepeda biru yang terlihat sudah usang, tak mematahkan semangat untuk mengayuh pedal sepedanya. Sekarang adalah semester pertamanya di kelas sebelas. Inilah saatnya ia memulai lembaran baru di kelas sebelas dengan harapan bisa mendapatkan prestasi. Keira termasuk siswa yang rajin dan cukup pintar. Hanya saja ia tak cukup bergaul dengan teman-temannya. 

“Akhirnya sampe juga,” Keira menyeka peluh keringat di dahinya. 

Di sinilah Keira berada. Di sebuah bangunan mewah yang berdiri di atas tanah seluas 2 hektar. Di dalamnya terdapat gedung-gedung besar. Gedung-gedung tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Jika memasuki gerbang utama terpampang jelas  tempat parkir yang sangat luas. Di mulai dari sepeda, mobil, dan mobil semua tertata dengan rapih. Keira pun segera memarkirkan sepedanya. 

Setelah itu, ia berjalan menuju kelasnya. Di saat ia menaiki tangga. Tiba-tiba...

Bruk....

Ada seseorang yang menabrak Keira. 

Aw.... 

ringis Keira memegang tangannya yang terasa sakit. 

“Ah maaf. Aku minta maaf,” terdengar suara lembut seketika menghentikan Keira yang sedang kesakitan. Ia pun menoleh ke arah suara itu. 

“Cantik,” Keira menatap takjub sosok yang ada di depannya. Gadis berwajah oval, kulit putih bersih, matanya sipit dan senyumnya sangat manis. Tapi wajahnya terlihat sangat pucat. Seperti lagi dikejar-kejar setan. Tangan mungilnya menjinjing goodie bag, jelas sekali ia sangat kerepotan. 

“Oh Ya Allah. Aku minta maaf karena udah nabrak kamu. Aku ga sengaja. Seriusan deh,” ucap gadis itu merasa bersalah. 

“Ah iya ga apa-apa,” jawab Keira sambil tersenyum walaupun sebenarnya tangannya terasa sakit. 

“Hmm...A-aku Tsania kelas 11 MIPA 3,” kata gadis itu gugup tapi tetap tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya pada Kiera. Begitupun dengan Keira. 

“Aww...,” rintih Keira karena Tsania tak sengaja menekan luka pada tangannya. 

“Ah kenapa? Tangan kamu sakit ya?” tanya Tsania khawatir. 

“Oh engga kok. Cuman lecet sedikit,” jawab Keira. 

“Syukur deh. Maaf, aku ga bisa antar kamu ke UKS. Karena aku lagi buru-buru,” kata gadis itu merasa bersalah. 

“Iya ga masalah kok. Oh ya nama aku Kei—“ ucapan Keira terpotong karena terdengar suara telepon berdering dari ponsel gadis itu. Ia terlihat sangat gelisah. 

“Aku pergi dulu,” ucap gadis itu sambil berlari meninggalkan Keira. 

Keira hanya memandangi kepergian gadis itu hingga punggungnya tidak terlihat. 

“Aww....Kok sekarang makin sakit sih,” Keira menggerutu sendiri. 

Tiba-tiba mata Keira tertuju pada benda kecil tepat berada di dekat sepatunya. 

“Name tag siapa ini?” tanya Keira pada dirinya sendiri. 

“Tsania Nola Rahman,” ucap Keira menyebutkan nama yang tertera di name tag itu.  

“Sepertinya ini punya orang yang nabrak aku tadi,” kata Keira. 

Keira pun menyimpan name tag tersebut di tasnya dan berniat mengembalikannya esok hari. Ia segera menuju kelasnya dan memulai pembelajaran di semester awal. 

****

“Maaf aku telat,” ucap Tsania yang ngos-ngosan. 

“Sekarang udah jam 7 lewat 5 menit. Itu tandanya lo telat lima menit. Dasar princess. Lama banget sih, Lo. “ jawab gadis berambut cokelat sebahu dengan ketus. Tertulis dari name tagnya gadis itu bernama Laura. 

“Ta-tadi aku ada masalah makanya jadi telat,” Tsania menjelaskan.

“Masa bodo. Itu urusan, lo. Bukan urusan gue,” ucap Laura dengan entengnya. 

“Hahaha...Nia...Nia...Banyak alasan lo!” celetuk gadis berkepang dua yang badannya sedikit gemuk. Dia adalah Jessy. 

“Emang pada dasarnya lo itu le to the let. LELET,” cibir gadis berambut pendek yang badannya kurus tapi tinggi. Dia adalah Salsa. 

“Hahaha,” ketiga orang itu menertawakan Tsania. Akan tetapi Tsania tidak menggubrisnya. Ia berusaha untuk bersikap tenang walaupun sebenarnya terlihat ada rasa sedih dari sorot matanya. 

Tsania yang terlihat gugup pun segera memberikan dua kantong goodie bag yang berisi makanan pada gadis itu. “Hmm...ini pesanan kamu,” ucap Tsania dan dengan segera gadis itu menariknya kasar. 

Dasar tak tahu diuntung. Bukannya berterima kasih. Tsania yang diperlakukan begitu hanya diam dan menunduk. 

“Laura, A-a-ku mau ke kelas,” ucap Tsania memberanikan diri walaupun sedikit gugup. 

Laura yang sedang asyik menyantap burger pun menoleh. 

“Yaudah sana!” kata Laura sambil mengusir Keira dengan gerakan tangannya. 

Tsania hanya bisa menghela nafas pelan dan mengelus dadanya. “Sabar,” lirihnya. 

Ia pun segera menuruni tangga. Tapi kaki mungilnya tidak menuju ke kelas. Melainkan ia pergi ke kamar mandi. 

Tsania membasuh mukanya gusar. Setelah itu, ia memandangi wajahnya sendiri. 

“Tsania, kamu ga lebih dari pecundang. Kamu ga bisa berani ngelawan dia. Sampe kapan lo jadi budaknya Laura. Dia ga akan pernah jadiin kamu sahabatnya. Tapi yang ada dia bakal manfaatin kamu,” celoteh Tsania pada dirinya sendiri dengan emosi yang menggebu-gebu. 

Ia menunduk. Tiba-tiba saja cairan bening membasahi pipi lembutnya.  

“Hiks...hiks..Jujur, aku ga kuat kalau terus-terusan kayak gini. Hiks...hiks...hiks... A-aku pengen populer di sekolah. Ta-ta-tapi bukan gini caranya,” lirih Tsania sesenggukan. 

Tsania membasuh wajahnya kembali. Ia mencoba menormalkan perasaannya. Setelah dirasa sudah lebih baik, ia bergegas menuju kelasnya. 

Saat keluar di kamar mandi, sial ia berpapasan dengan Laura dan teman-temannya. Sebenarnya Tsania itu teman kecilnya Laura. Tsania tentu saja bingung akan alasan Laura tidak suka padanya. Yang Keira tahu Laura sangat membencinya. 

“Dih...dih...dih...Lo nangis?” tanya Laura sambil mengejek. 

“Dasar cengeng,” ejek Laura. 

Teman-temannya Laura pun menertawakan Tsania. 

“Aku mau ke kelas, Laura. Permisi,” ucap Tsania bersikap dingin dan melewati Laura yang sedang tertawa. 

Mendengar ucapan Tsania seketika raut wajah Laura menjadi kesal. Ia mengepalkan tangannya. 

**** 

Bel pulang telah berbunyi, semua siswa berhamburan menuju gerbang sekolah dan pulang ke rumahnya masing-masing. Begitupun dengan Keira. 

“Alhamdulillah selesai juga pelajaran hari ini,” kata Keira merasa bersyukur. 

Ia bergegas pulang ditemani sepeda birunya. Saat sudah sampai gerbang depan sekolah Keira melihat seseorang yang dikenalinya. Ia ada di antara orang-orang yang berpenampilan modis dan kekinian. Ya mereka adalah Laura dan gengnya. Semua orang menatap mereka takjub. Pantas saja, mereka sangat populer di sekolah itu. Tidak hanya karena kecantikannya tapi latar belakang mereka adalah orang kaya, orangtua mereka donatur di sekolah itu. 

“Tsania?” panggil Keira pada Tsania. 

Tsania mendengar suara Keira. Matanya pun sekilas tertuju pada Keira walaupun tak lama dari itu ia langsung melihat ke arah lain. 

“Ada apa sama Tsania? Kok dia cuek gitu ya sama aku,” tanya Keira dalam hatinya. 

“Oalah Kei. Ga usah ke-ge-er-an gitu deh. Belum tentu dia nganggap kamu itu temannya,” kata Keira. 

Ia pun mengendarai sepedanya kembali dan melewati Tsania beserta gengnya yang sedang tebar pesona. Tujuan Keira sekarang yaitu pulang. 

****

Related chapters

  • Can't I Be Free?   BAB 3-Kecemasan

    ****Mari bercerita tentang malam. Ada apa dengan malam? mungkin bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan. Maklum, malam selalu identik dengan hitam, gelap, dan kelam. Malam sering menyisakan cerita panjang yang memilukan. Tapi tak selamanya malam itu kelam. Malam juga bisa menghadirkan kebahagiaan. Seperti yang dialami Keira, si gadis introvert.Malam terlihat tenang mengiringi keindahan suasana rumah panti di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan. Diseruputnya teh hangat dengan penuh kenikmatan. Lalu ia beranjak menuju tirai jendela kamarnya dan dipandangnya langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan. Tapi Keira tak menghiraukan itu. Langit di mala

  • Can't I Be Free?   BAB 4-Permohonan Maaf

    ****Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam.“Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon.Meow...meow...meow“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut.“Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu.“Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak.Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui T

  • Can't I Be Free?   BAB 5-Mendebarkan

    ****Hari semakin larut. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu satu jam di kafe. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Telepon Tsania berdering terus. Pasti telepon dari ibunya yang sangat khawatir pada Tsania.“Angkat aja teleponnya,” celetuk Laura tiba-tiba.Tsania pun langsung mengangkatnya.Tutt...“Halo, Mah. ““Kamu di mana, Sayang? Ini udah malem banget,”“Tsania bentar lagi sampe rumah kok, Mah. Ini lagi di jalan,”“Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya!”“Iya, Mah.”Tutt...Telepon dimatikan Tsania.“Yuk pulang bareng!” ajak Laura pada Tsania.“Ga usah, Ra. Aku bisa pesen ojek online kok,” kata Tsania menolak tawaran Laura.“Tapi ini udah malem banget, Nia.” Ucapnya berpura-pura khawatir.“Iya bener, mending

  • Can't I Be Free?   BAB 6-Dia Pergi

    ****Cahaya matahari berlomba-lomba memasuki sela-sela rumah panti hingga menyoroti Keira sedang yang menyapu di ruang tengah. Dari kejauhan, Bu Ajeng merasa keheranan pada Keira. “Oalah Kei...Kei...,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia pun langsung menghampiri Keira. “Lah Kei, kok belum siap-siap. Bukannya kamu sekarang sekolah ya,” kata Bu Ajeng sambil mengambil lap lalu membersihkan kaca jendela yang tepat berada di belakang Keira. “Nanggung, Bu bentar lagi selesai.” Jawabnya sambil menyapu. Bu Ajeng menggeleng. Ia menghentikan aktivitasnya. Lalu menoleh, “Yaudah biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siap-siap sana gih! Nanti telat loh,” suruh Bu Ajeng. Keira berhenti menyapu, “Ga usah, Bu. Biar Kei aja yang beresin. Ibu sarapan aja,” jawabnya lagi. “Udah sekarang siap-siap aja, Kei.” Suruh Bu Ajeng lagi. Tetap saja Keira menolaknya. Ia tidak

  • Can't I Be Free?   Prolog

    Selamat datang,Di panggung beralaskan karpet merah ini aku berpijak, manikku memandang barisan-barisan kursi berwarna merah marun senada dengan karpet yang sedari tadi kalian injak. Lampu follow spot yang menyorot ke arahku secara langsung telah membantuku untuk membuat penonton fokus memperhatikanku. Bukan fokus karena penampilan luarku yang dibalut dress hitam pekat yang terkesan glossy dan sepatu heels berwarna putih yang membuatku terlihat lebih tinggi tapi fokuslah akan pengantar cerita yang akan aku ceritakan. Tentunya cerita ini sangat menarik. Cerita yang menyedihkan, menyenangkan, mengharukan atau yang membahagiakan. Semua bumbu-bumbu penyedap rasa itu akan aku ceritakan. Benar-benar lengkap bukan? Ya, tentu saja. Aku akan membuktikannya. Tapi sebelum bercerita, aku akan menyampaikan sebuah puisi sederhana sebagai pembuka cerita yang akan disampaikan olehku. Makhluk Tuhan Setiap hari adalah lukaSetumpuk cercaan menimpa

  • Can't I Be Free?   BAB 1-Bunga Tidur

    ****Angin berhembus dengan pelan. Berangsur-angsur menelusuk hingga ke tulang. Dingin, itulah kesan pertama yang terlontar dari seorang gadis bersurai indah yang sedang berjalan seorang diri menelusuri lorong panjang. Suasana tempat itu sangat sunyi. Karena dilanda keingintahuan yang besar gadis itu pun mempercepat jalannya. Semakin menelusuri tempat itu ia pun merasa kebingungan karena lorong gelap ini seperti tidak berujung. Tapi ia tidak menyerah dan melanjutkan perjalanan agar keingintahuannya bisa terpecahkan.Ketika gadis itu berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menghambat perjalanannya. Jalan menuju tempat itu dipenuhi dengan lumpur sehingga menuntutnya agar terus berjalan dengan sekuat tenaga. Di saat ia berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti karena ada cahaya yang menyilaukan.“Cahaya apa itu?” Gadis tersebut bertanya-tanya dalam hatinya.Semakin ia mendekat cahaya itu terasa sangat m

Latest chapter

  • Can't I Be Free?   BAB 6-Dia Pergi

    ****Cahaya matahari berlomba-lomba memasuki sela-sela rumah panti hingga menyoroti Keira sedang yang menyapu di ruang tengah. Dari kejauhan, Bu Ajeng merasa keheranan pada Keira. “Oalah Kei...Kei...,” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia pun langsung menghampiri Keira. “Lah Kei, kok belum siap-siap. Bukannya kamu sekarang sekolah ya,” kata Bu Ajeng sambil mengambil lap lalu membersihkan kaca jendela yang tepat berada di belakang Keira. “Nanggung, Bu bentar lagi selesai.” Jawabnya sambil menyapu. Bu Ajeng menggeleng. Ia menghentikan aktivitasnya. Lalu menoleh, “Yaudah biar ibu aja yang lanjutin. Kamu siap-siap sana gih! Nanti telat loh,” suruh Bu Ajeng. Keira berhenti menyapu, “Ga usah, Bu. Biar Kei aja yang beresin. Ibu sarapan aja,” jawabnya lagi. “Udah sekarang siap-siap aja, Kei.” Suruh Bu Ajeng lagi. Tetap saja Keira menolaknya. Ia tidak

  • Can't I Be Free?   BAB 5-Mendebarkan

    ****Hari semakin larut. Tak terasa mereka telah menghabiskan waktu satu jam di kafe. Dan sekarang sudah jam 10 malam. Telepon Tsania berdering terus. Pasti telepon dari ibunya yang sangat khawatir pada Tsania.“Angkat aja teleponnya,” celetuk Laura tiba-tiba.Tsania pun langsung mengangkatnya.Tutt...“Halo, Mah. ““Kamu di mana, Sayang? Ini udah malem banget,”“Tsania bentar lagi sampe rumah kok, Mah. Ini lagi di jalan,”“Iya, Sayang. Hati-hati di jalan ya!”“Iya, Mah.”Tutt...Telepon dimatikan Tsania.“Yuk pulang bareng!” ajak Laura pada Tsania.“Ga usah, Ra. Aku bisa pesen ojek online kok,” kata Tsania menolak tawaran Laura.“Tapi ini udah malem banget, Nia.” Ucapnya berpura-pura khawatir.“Iya bener, mending

  • Can't I Be Free?   BAB 4-Permohonan Maaf

    ****Tepat di jam 9 malam, terlihat seorang perempuan berbalut baju lengan panjang berwarna silver sedang memeluk dirinya sendiri. Wajar saja malam ini terasa sangat dingin. Di tengah kondisi seperti itu, gadis tersebut mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sayup-sayup ia berjalan dengan pelan. Keira si gadis itu takut terciduk karena sudah mengikuti Tsania diam-diam.“Hampir aja ketahuan,” Keira bernafas lega yang baru saja keluar dari tempat persembunyian yaitu di belakang pohon.Meow...meow...meow“Uhh comelnya,” kata Keira merasa gemas melihat seekor kucing berwarna oren. Ia pun menghampiri kucing tersebut.“Untung ada kucing ini. Kalau ga ada kucing ini mungkin Tsania bakal memergoki aku,” kata Keira sambil mengelus-elus lembut kucing itu.“Eh tapi kok jalan ini arahnya ke sekolah ya,” ucap Keira menebak-nebak.Keira pun berdiri dan melihat ke jalan yang dilalui T

  • Can't I Be Free?   BAB 3-Kecemasan

    ****Mari bercerita tentang malam. Ada apa dengan malam? mungkin bagi sebagian orang adalah sesuatu yang menakutkan. Maklum, malam selalu identik dengan hitam, gelap, dan kelam. Malam sering menyisakan cerita panjang yang memilukan. Tapi tak selamanya malam itu kelam. Malam juga bisa menghadirkan kebahagiaan. Seperti yang dialami Keira, si gadis introvert.Malam terlihat tenang mengiringi keindahan suasana rumah panti di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan. Diseruputnya teh hangat dengan penuh kenikmatan. Lalu ia beranjak menuju tirai jendela kamarnya dan dipandangnya langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan. Tapi Keira tak menghiraukan itu. Langit di mala

  • Can't I Be Free?   BAB 2-Semester Awal

    ****Udara pagi terasa sejuk di kulit. Langit cerah kian menyapa. Awan putih terbentang dengan indah. Terlebih ketika mentari yang masih malu-malu untuk memunculkan sinarnya dan embun-embun yang terlihat sedang menari-nari di atas daun segar. Kicauan burung yang merdu menambahkan kesan indah di pagi hari itu. Namun langkah-langkah kaki yang bersemangat mulai memecahkan kesunyian dan berbagai aktivitas mulai berdatangan di pagi yang menyenangkan. Selain itu, suara klakson kendaraan yang berlalu lalang pun mulai bermunculan walaupun sedikit mengganggu.Keira si gadis introvert berangkat ke sekolah dengan riangnya. Sepeda biru yang terlihat sudah usang, tak mematahkan semangat untuk mengayuh pedal sepedanya. Sekarang adalah semester pertamanya di kelas sebelas. Inilah saatnya ia memulai lembaran baru di kelas sebelas dengan harapan bisa mendapatkan prestasi. Keira termasuk siswa yang rajin dan cukup pintar. Hanya saja ia tak cukup bergaul dengan teman-temannya.

  • Can't I Be Free?   BAB 1-Bunga Tidur

    ****Angin berhembus dengan pelan. Berangsur-angsur menelusuk hingga ke tulang. Dingin, itulah kesan pertama yang terlontar dari seorang gadis bersurai indah yang sedang berjalan seorang diri menelusuri lorong panjang. Suasana tempat itu sangat sunyi. Karena dilanda keingintahuan yang besar gadis itu pun mempercepat jalannya. Semakin menelusuri tempat itu ia pun merasa kebingungan karena lorong gelap ini seperti tidak berujung. Tapi ia tidak menyerah dan melanjutkan perjalanan agar keingintahuannya bisa terpecahkan.Ketika gadis itu berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menghambat perjalanannya. Jalan menuju tempat itu dipenuhi dengan lumpur sehingga menuntutnya agar terus berjalan dengan sekuat tenaga. Di saat ia berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti karena ada cahaya yang menyilaukan.“Cahaya apa itu?” Gadis tersebut bertanya-tanya dalam hatinya.Semakin ia mendekat cahaya itu terasa sangat m

  • Can't I Be Free?   Prolog

    Selamat datang,Di panggung beralaskan karpet merah ini aku berpijak, manikku memandang barisan-barisan kursi berwarna merah marun senada dengan karpet yang sedari tadi kalian injak. Lampu follow spot yang menyorot ke arahku secara langsung telah membantuku untuk membuat penonton fokus memperhatikanku. Bukan fokus karena penampilan luarku yang dibalut dress hitam pekat yang terkesan glossy dan sepatu heels berwarna putih yang membuatku terlihat lebih tinggi tapi fokuslah akan pengantar cerita yang akan aku ceritakan. Tentunya cerita ini sangat menarik. Cerita yang menyedihkan, menyenangkan, mengharukan atau yang membahagiakan. Semua bumbu-bumbu penyedap rasa itu akan aku ceritakan. Benar-benar lengkap bukan? Ya, tentu saja. Aku akan membuktikannya. Tapi sebelum bercerita, aku akan menyampaikan sebuah puisi sederhana sebagai pembuka cerita yang akan disampaikan olehku. Makhluk Tuhan Setiap hari adalah lukaSetumpuk cercaan menimpa

DMCA.com Protection Status