Saat hampir terlelap, tiba-tiba tubuh Lorant diguncang oleh seseorang. Ketika Lorant membuka mata, Arpad sedang menatapnya tajam, "Arpad? Sejak kapan kamu di sini?" Lorant berusaha mengumpulkan kesadarannya lalu duduk bersandar.
"Aku yang harusnya bertanya, mengapa kamu meringkuk di sini? Aku memberimu isyarat untuk pergi ke paviliun, tetapi aku tidak bisa menemukanmu di sana, ternya malah meringkuk di gudang."
"Aku pikir kamu memberiku kode ke arah sini."
Arpad menggeleng, "Mana mungkin aku membiarkan kakakku harus meringkuk di gudang seperti ini. Ayo, sekarang bangkitlah, kita ke paviliun dan segera bersihkan tubuhmu, ganti pakainmu, lalu makan sesuatu yang bergizi agar staminamu kembali pulih."
Lorant menuruti saja apa yang dikatakan oleh Arapad. Setelah dirinya mandi dan berganti pakaian lalu makan. Dirinya mersa sangat segar dan berstamina. Lorant duduk berhadapan dengan Arpad sambil men
Arpad memasuki kamar Benca. Saat membuka pintu, Benca sedang duduk di pembaringan sambil menghadap pintu, seolah menanti dirinya. "Fia, kenapa kamu belum tidur?" "Kamu dari mana?" Arpad tergagap, "Aku, uhm… aku sedang mencari udara segar." "Kamu bertemu dengan Lorant?" Arpad kaget, seolah seperti maling yang tertangkap basah, "Aku tidak tahu apakah kamu bertemu dengan Lorant atau tidak, tetapi saat kita semua melihat Lorant di pesta pernikahan bersama, aku yakin kalian berdua akan saling mencari cara untuk bertemu dan bicara entah bagaimana caranya." Arpad menghampiri Benca, lalu duduk di samping wanita yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Dia meraih jemari Benca lalu mengecupnya perlahan, "Fia, apakah kamu akan mempercayaiku?" Tanya Arpad pelan. Benca mengangguk pasti, "Hal terburuk telah aku lewati saat kehilangan kedua orang tuaku, aku sia
Lorant bangun menjelang makan siang, rupanya dia tertidur sangat lelap setelah minum ramuan obat dari Benca. Saat terbangun, dia sudah melihat banyak makanan dan kudapan yang tertata dengan rapih di meja. Lorant menggeliat, meluruskan otot-otot di tubuhnya yang kaku. Meskipun di sana-sini masih terasa sakit, namun dia juga merasakan stamina tubuhnya membaik. Entah itu karena ramuan obat yang diracik oleh Benca, atau karena Benca sendiri yang membuat dan memberikan untuk dirinya penuh rasa cinta? apapun itu, dia bersyukur karena berhasil meneguhkan diri untuk kabur dari konspirasi pernikahan jahanam antara dirinya dengan Ivett. Perlahan pintu kamar terbuka, Benca masuk diiringi oleh Arpad. "Kamu sudah bangun, Kak? bagaimana kondisimu?" tanya Arpad penuh perhatian. "Aku akan menghangatkan supnya." Benca berkata seolah meminta izin, namun sebelum mendapatkan jawaban, dia sudah meninggalkan ruang kamar.
Ruang kamar yang ditempati Lorant mendadak hening. Suasana menjadi sendu. Masing-masing sibuk dengan pergulatan batinnya sendiri. Akhirnya Benca memecah kesunyian sambil menghampiri Gustav dan memeluknya."Ayah, sudahlah, jangan berkata begitu, aku akan sangat sedih jika Ayah seperti ini." Benca teringat saat dirinya ditemukan oleh Gustav dihutan dalam keadaan pingsan karena terjatuh dari kudanya. Ketika Gustav merawat sakitnya, serta memberinya ide untuk membuat tiga makam, agar orang yang membunuh keluarganya mengira dia juga sudah mati, membuat Benca merasa seperti terlindungi dan begitu diperhatikan. Benca tahu, pada saat itu, memang yang terbaik adalah mundur sejenak, sampai mereka benar-benar tahu, siapa yang sangat menginginkan Benca sekeluarga menjadi mayat. Ya, hal tersebut adalah bagian dari perjuangan dirinya, termasuk mengikhlaskan diri saat Lorant telah menemukan dirinya, namun justru menyerahkan penjagaan serta kepercayaan untuk menjadi pendamping hidup Benca pa
DELAPAN BELAS TAHUN KEMUDIAN Perkebunan Arva (Orava) Slovakia, 1 January 1610 Benca menatap sahabatnya yang sedang bahagia. Baroness Erzsebet Czobor de Czoborszentmihaly, atau biasa dia memanggilnya hanya dengan Erza. Saat itu Erza terus saja menatap langit cerah dengan senyum dan pipi yang memerah. "Erza, besok adalah hari jadi pernikahanmu, apakah Gyorgy memberimu sesuatu sehingga membuatmu sangat bahagia seperti ini?" Erza menatap sahabatnya, yang telah menjadi kakak iparnya tersebut, dia telah mengetahui semua kisah masa lalu Benca, namun memutuskan untuk tetap memanggil sahabatnya dengan nama Fia saja. Sebab, dirinya juga ingin mengubur rasa bersalahnya kerena merasa tidak mampu menjaga Benca tetap aman dalam pengawasannya ketika Lorant sedang pergi berperang. "Fia, aku sangat bahagia sekali dengan semua yang telah aku peroleh dalam kehidupan ini. Besok adalah juga hari jadi pernikahanmu dengan Arpad, serta Laszlo…" Erza sengaja memotong ucapanny
Kediaman Gustav, 25 February 1610 "Di mana Edvin, Lovisa, Marcell dan Marton?" Gustav bertanya pada Benca yang sedang sibuk mempersiapkan hidangan di meja makan. Gustav selalu bahagia berkumpul dengan cucu-cucunya, "Apakah mereka bersama Arpad?" "Tidak Ayah, mereka sedang bersama Imre, Borbola, Illona serta Katalin. Entah apa yang sedang mereka lakukan, katanya mereka sedang ada proyek serius." "Haha, mereka sudah mulai memikirkan sebuah proyek rupanya. Apakah kekayaan orang tua serta kakeknya tidak cukup buat mereka?" Gustav merasa lucu mendengar cucu-cucunya bicara tentang proyek. Diusia lebih dari setengah abad, Gustav merasa sangat bahagia, mungkin dirinya tidak pernah bersatu dengan Ellie dan putri mereka seumur hidup, namun kebahagiaan yang dia peroleh saat ini juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Dia mulai merasakan Benca sebagai putri kandung bagi dirinya, bukan sekedar seorang gadis yang dia temukan di hutan lalu diangkat menjadi putrinya.
"Bagaimana tugas penyelidikan kalian?" Tanya Gustav kepada Lorant dan Arpad, setelah mereka duduk. "Kami baru saja mulai menyelidiki laporan dari seseorang, bukti-bukti yang terkumpul belum kuat, jadi kami belum bisa membahasnya sekarang." Jawab Lorant diplomatis, dibawah kursi dia menginjak kaki Arpad memberi peringatan untuk tidak mebahas apapun tentang penyelidikan mereka. "Ya, aku paham. Aku dengar ini masalah kriminal yang sangat rumit dan melibatkan keluarga bangsawan kelas atas. Jadi tentu kalian harus sangat berhati-hati." Gustav berpikir, kedua pria yang mirip satu sama lain di hadapannya ini sedang mengarahkan penyelidikan kepada keluarga Ivett terkait sejarah kelam yang pernah dialami Fia dan Lorant. Itulah sebabnya dia tidak mau bertanya lebih dalam, biarlah hal tersebut menjadi privacy bagi Lorant dan Arpad. Dia menghargai tugas mereka sebagai abdi negara yang harus menjaga banyak rahasia dari khalayak umum. Selain itu, di dekat mereka ada anak-anak yang
Selesai makan, para pria duduk di halaman belakang yang luas, sementara anak-anak beristirahat di kamar masing-masing. Benca menyiapkan macam-macam kudapan untuk menemani mereka. Rasanya bahagia dan aman setiap berada di antara tiga pria terhebat dalam hidupnya. Benca tidak bisa membayangkan jika dirinya berada jauh dari mereka semua, hidupnya pasti akan sangat kacau balau tanpa rasa aman. Mereka adalah malaikat bagi Benca. Dengan wajah penuh kekaguman serta rasa cinta yang tulus, Gustav membicarakan Ellie, kekasih rahasianya kepada Arpad dan Lorant. "Aku baru saja membicarakan masalah bisnis dengan beberapa bangsawan di Arva, termasuk membahas beberapa perkebunan milik keluarga de Ecsed. Lalu tuan rumah mengundang para istri dan anak-anak bangsawan dari kelas manapun untuk menghadiri pesta yang akan diselenggarakan keluarga de Ecsed. Seperti kalian ketahui bahwa Countess Elizabeth Bathory de Ecsed memiliki program pelatihan yang dibuat untuk para wanita agar bisa mempelajar
Lorant dan Arpad masih saja berdiskusi di ruang tengah bersama Gustav, Benca sudah tidak mampu lagi menemani mereka, jadi setelah menyiapkan kudapan, Benca pamit untuk pergi tidur. Karena lelah, Benca langsung lelap, namun dalam tidurnya Benca bermimpi, ayah dan ibunya sedang bermain berkejaran dengan dirinya di tepi hutan saat dia berusia balita. Cuaca yang tadinya cerah, berubah temaram, sepertinya mendung dan sebentar lagi akan turun hujan. Ibunya bergegas membereskan barang-barang di atas tikar piknik mereka dibantu ayahnya. Benca yang masih saja berlarian. Tanpa sadar kaki mungilnya melangkah memasuki hutan. Gergely yang menyadari bahwa Benca telah berlari ke arah yang salah segera mengejarnya, sambil memerintahkan Gerda untuk bergegas membereskan semuanya. Sesaat ketika ayahnya hampir meraih lengan mungilnya, tiba-tiba sesosok makhluk yang mengerikan berdiri di hadapan tubuh Benca yang mungil. Makhluk itu tersenyum sinis dengan wajah dingin dan kejam. S
Suasana pemakaman cukup sepi. Hanya dihadiri oleh kerabat dekat saja. Waktu pemakaman juga dibuat sesingkat mungkin. Benca menatap nanar saat peti mati diturunkan ke dalam liang lahat. "Bibi Ellie, semoga arwahmu tenang di sisi-Nya. Aku sudah memafkanmu, meskipun kamu tidak pernah memintanya." Benca memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian empat tahun lalu saat dirinya disekap bersama Lovisa di ruang bawah tanah. Bagaimanapun, Benca merasakan bahwa Ellie tidak sungguh-sungguh ingin menyakitinya. Ellie hanya sedang terjebak dalam situasi yang serba salah. Setelah prosesi pemakaman dilakukan, satu persatu pergi meninggalkan makam dan kembali ke rumah masing-masing. Orang memastikan bahwa di sanalah jasad Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire disemayamkan. Sebuah episode kehidupan dari seorang Blood Countess de Ecsed atau Mother of Vampire telah berakhir. *** Epilog : Yang orang-orang dan dunia luar tidak ketahui adalah, jasad Ellie dimakamkan di dalam hutan, dekat sebu
Seluruh keluarga masih berduka saat selesai menghadiri pemakaman Gustav. Tidak berapa lama, seorang pengawal masuk, mengabarkan bahwa Ellie telah meninggal di dalam ruangan tahanannya. Hal tersebut diketahui karena Ellie tidak menyentuh makanannya sama sekali, setelah pintu dibuka untuk memeriksa, Ellie ditemukan terkapar di lantai sudah tidak bernyawa. Arpad berdiri terpaku, membeku seperti patung yang bernyawa."Apakah aku yang telah menyebabkan bibi Ellie meninggal? Selama ini, Ayah Gustav tidak pernah mengetahui bahwa Bibi Ellie masih hidup dan ditahan di dalam kastilnya sendiri. Ayah Gustav selalu berpikir, bahwa Bibi Ellie telah menerima hukuman mati bersama yang lainnya. Sejak itu, kondisi kesehatan Ayah Gustav terus menurun dan akhirnya pergi. Ayah Gustav memang tidak pernah membicarakan atau mengeluhkan apa yang dirasakannya. tetapi aku tahu, apa yang membuatnya berubah seratus delapanpuluh derajat sejak kepergian Bibi Ellie. Dia pasti sangat
Di dalam sebuah ruang sempit dengan ventilasi kecil untuk sekedar bernafas, serta lubang pintu yang hanya cukup untuk meletakkan sepiring makanan setiap harinya. Ellie terduduk di sudut sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang hanya tinggal tulang berbalut kulit saja. Entah sudah berapa lama dia terkurung di ruangan ini. Ingatannya sudah mulai memudar, dan dia juga telah menjadi tua, keriput, jelek, kurus dan lemah. Namun semua itu tidak lagi mengganggu Ellie. Hanya ada sesuatu yang masih lekat dalam memorinya, dia adalah Gustav, kekasih hatinya, orang yang paling dia cintai seumur hidupnya. Saat ini dirinya tidak lagi meratapi serta menyesali perbuatannya yang telah merugikan banyak pihak, dia sudah menerima hukumannya dengan ikhlas. Tetapi, hatinya lebih sering didera kerinduan, serta kesepian yang teramat sangat terhadap Gustav kekasihnya. Terakhir kali dia menatap wajah kekasihnya adalah ketika dirinya digiring seperti
Setelah terungkapnya tragedi pembunuhan berantai di Kastil Cachtice, beredar desas-desus mengenai sisi lain dari sang putri yang diberi julukan Blood Countess De Ecsed. Cerita bergulir bagaikan bola liar yang panas, menghubungkan praktek pembunuhan tersebut dengan ritual satanisme yang di anut oleh sang putri berdarah. Rakyat dicekam rasa takut akan adanya semacam sekte atau aliran satanisme yang membutuhkan tumbal atau persembahan berupa darah gadis perawan yang mungkin masih berjalan di suatu tempat di sekitar mereka. Gosip dan desas-desus terus berseliweran diantara para rakyat untuk waktu yang cukup lama. Kondisi tidak serta merta menjadi normal lagi seperti sediakala setelah keputusan dan hukuman dijatuhkan terhadap putri berdarah dan pengikutnya. "Sebaiknya, selepas senja, tidak boleh ada seorang gadispun yang boleh berkeliaran di luar rumah. Mungkin saja arwah Blood Countess de Ecsed masih bergentayangan mencari korban." Sekelompo
Para tersangka duduk diam menunduk di hadapan Raja Matyas. Sebelumnya, Raja Matyas telah mendengarkan keterangan dari para saksi dalam pertemuan terpisah, juga mempelajari semua laporan yang disusun oleh Gyorgy, Lorant dan Arpad. Tidak ada keramaian dalam persidangan ini, hanya para tersangka, Gyorgy, Arpad, Lorant, beberapa mentri, serta hakim yang akan memberikan pertimbangan hukuman bagi para tersangka yang sesungguhnya telah diputuskan pada pertemuan tertutup sebelumnya. Elizabeth Bathory dan Klara sebagai tersangka utama tidak dihadirkan dalam persidangan dengan berbagai pertimbangan. Bagaimanapun, persidangan secara terbuka bagi keluarga kerajaan akan sangat memalukan, mengingat garis keturunan serta hubungan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan lain, juga mengingat jasa-jasa kepahlawanan suami tersangka utama pada kerajaan menjadi faktor penting dalam menjaga hubungan baik, maka mereka tidak akan pernah melakukan persidangan terbuka untuknya. Memperkara
Sambil menarik nafas sejenak, Pendeta Luthern Istvan Magyari melanjutkan laporannya kepada Raja Matyas, “….karena jumlahnya semakin banyak, aku mencurigai bahwa meninggalnya mereka bukanlah sesuatu yang wajar, Tuanku. Sehingga aku menolak untuk memberikan penghormatan terakhir bagi mereka yang meninggal tersebut. Tetapi kalau pada akhirnya mereka membuang mayat-mayat tersebut di sembarang tempat begitu saja, aku sungguh tidak mengetahuinya.” Pendeta Luthern Istvan Magyari mengakhiri laporannya, di hadapannya Raja Matyas terpaku bisu setelah mendengar penjelasan tersebut. Bayangan mayat-mayat bergelimpangan di semak-semak, di dalam hutan, maupun di tempat-tempat pembuangan, membuatnya merasa sangat terpukul. Dia sering berada di medan tempur untuk berjuang membela negara, melibas musuh-musuhnya tanpa ampun, namun di dalam area pemerintahannya sendiri, telah terjadi praktek pembunuhan yang kejam dan berjalan sudah cukup lama tanpa diketahui. Hal ini seperti sebu
Gustav sedang berada di taman yang dipenuhi bunga-bunga, dia duduk tersenyum menatap istri dan putri ciliknya yang memiliki wajah bercahaya, sedang bermain mengejar kupu-kupu yang menarik perhatian dengan warnanya yang rupawan. Ellie begitu cantik, muda dan mempesona. Putri mereka tidak berhenti tertawa mengejar kupu-kupu, tiba-tiba saja seekor burung gagak menyerang putri mereka hingga tersungkur jatuh. Wajah putri mereka yang bercahaya beradu dengan tanah, membuat dia menangis. Gustav yang kaget segera hendak menolong, namun istrinya yang cantik mendadak berubah menjadi monster yang mengerikan. Wajahnya menjadi sangat pucat dengan taring yang semakin memanjang. Tatapan matanya nanar tertuju pada burung gagak tersebut, lalu secepat kilat menyambar burung gagak dan melumatnya dengan buas, membuat wajahnya berlumuran dengan darah segar. Putri mereka yang sudah bangkit dan melihat ibunya melakukan sesuatu yang sangat mengerikan dengan waja
Lorant memperhatikan kening Benca yang berkedut serta sudut mata yang sedikit mengerut, seperti sedang gelisah. Lorant masih menggenggam jemari Lovisa untuk memberinya kekuatan, sementara kondisi Benca membuatnya hawatir, jadi dia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengelus kening Benca agar bisa lebih tenang. Saat itu, Arpad datang sambil membawa roti dan air untuk diberikan kepada Lorant. Dia juga melihat wajah Benca yang gelisah. Sepertinya Benca sedang memimpikan sesuatu di dalam bawah sadarnya. Arpad dan Lorant saling memandang. Lorant meminta Arpad untuk duduk di dekatnya dan menggenggam jemari Benca, sementara dirinya tetap berada di dekat Lovisa. Dengan sebelah tangannya yang tadi mengelus Benca, Lorant mengambil roti dan mulai mengisi perutnya yang kosong sejak lama. Rasanya, makanan terakhir yang masuk ke tubuhnya adalah kemarin saat mereka baru saja selesai dari penyelidikkan di rumah pohon milik Gustav. Setelah itu, mereka langsung marathon melaku
Gustav memasuki rumahnya dengan gontai. Rasanya, seluruh jiwa raganya berada terpisah di dunia masing-masing, tidak saling terhubung satu sama lain. Gustav memasuki ruang kerja, mengambil sebuah lukisan dalam bingkai kecil yang berada dalam laci mejanya, lalu memandang lekat-lekat lukisan versi mini antara dirinya dengan Ellie, satu-satunya wanita yang telah membuat hatinya terjerat dan tidak mampu berpaling. Lintasan-lintasan peristiwa berseliweran di kepalanya bagaikan sebuah film yang diputar secara otomatis. Segalanya tampak baru terjadi kemarin, padahal waktu telah membawa mereka pada usia senja. "Ellie, sayangku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu. Bila dunia memutuskan bahwa dirimu bersalah, maka aku harus bisa menerima dengan ikhlas segala keputusan yang akan diberikan. Kalau saja boleh, aku ingin menggantikan posisimu saat dipersidangan. Karena aku pasti tidak akan kuat melihatmu diadili."