Share

CHAPTER 8 SP ADALAH MAUT

Author: Kata Pena
last update Huling Na-update: 2024-12-07 19:28:54

Rendi benar-benar pasrah saat surat peringatan kedua dibanting kasar ke atas meja oleh kepala divisi pemasaran. Ia mendapat teguran pedas tanpa ampun. Ia sadar ia salah. Ia datang amat terlambat ke kantor. Batas maksimal ia harus tiba di kantor usai jam makan siang yakni pukul 13.15. Akan tetapi, akibat ulah kekasihnya ia harus menahan malu karena masuk pukul 13.45.

"Kamu benar-benar niat bekerja di sini atau tidak, sih?! Ini bukan pekaranganmu yang bisa kamu garap semaunya, datang seenaknya, pulang juga semaunya! Kamu anak baru tapi sudah berani buat citra PT JATI PERSADA turun," omel kepala divisi. Gestur berkacak pinggangnya menunjukkan bahwa dia sangat jengkel.

"Maaf, Pak." Rendi tertunduk tak berdaya.

“Jangan mentang-mentang perusahaan ini pernah jadi milik keluarga kamu, kamu bisa sewenang-wenang di sini! Masih untung kami bersedia memberi kompensasi bulanan untuk hidup kamu!” Kepala divisi itu melayangkan tatapan buas ke arah Rendi.

"Ini kesempatan terakhir saya memberikan maaf untuk kamu. Sebagai hukuman, kamu diskors dua hari. Gaji kamu juga dipotong sepuluh persen. Ingat, satu kali lagi kamu berbuat kesalahan, silakan temui direktur utama dan buat surat pengunduran diri!" tegas kepala divisi.

Rendi mengangguk paham.

"Saya akan berubah!" ucap Rendi.

"Saya tidak butuh butuh kata-kata kamu. Saya mau progres kamu. Baru kali ini ada karyawan JATI PERSADA semalas kamu. Dasar anak manja!" cibir kepala divisi. Rendi semakin pasrah.

"Silakan tinggalkan ruangan saya!" perintah kepala divisi. Rendi menurut dan keluar dari ruangan tersebut. Ia melangkah gontai menuju ruang kerjanya. Tidak ada sapaan hangat dari para karyawan di sana. Mereka hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus pada pekerjaan masing-masing.

Rendi melirik kursi kosong di sebelah mejanya. David sedang keluar. Ia memperoleh giliran menagih piutang perusahaan ke para pelanggan. PT JATI PERSADA kerap mempercayakan rekan kerjanya itu dalam hal negosiasi piutang kepada pelanggan. David dikenal sebagai karyawan yang cakap berkomunikasi dan lihai menggaet hati pelanggan. Maka tidak heran bila perusahaan sering menambahkan bonus pada gaji bulanan karyawan yang baru menetap delapan belas bulan itu.

Rendi merebahkan punggungnya ke kursi kerja. Telunjuknya ia gunakan untuk menyalakan monitor di hadapannya. Sembari menunggu layar siap dioperasikan, pikiran Rendi jatuh pada memori kelam sepuluh tahun yang lalu.

Dahulu, Rendi merupakan anak yang hidupnya serba kemewahan. Ia tak pernah pusing perihal finansial apalagi sekedar uang jajan. Namun, sejak perseteruan yang tak kunjung usai di antara orang tuanya, hidup pemuda ini tak lagi menyenangkan. Hari-harinya bagaikan tidur di jurang neraka. Tiada hari tanpa ia mendengar pertikaian bisnis orang tuanya. Dirinya yang sedang menjejaki usia remaja masih terlalu dini untuk mengerti permasalahan kompleks sebuah perusahaan.

Selama satu tahun lebih Rendi diselimuti teriakan-teriakan sepanjang malam. Sampai pada akhirnya, kedua orang tuanya memutuskan bercerai. Tak sekedar berpisah, mereka juga menelantarkan Rendi dan anak kedua mereka bersama seorang Asisten Rumah Tangga (ART). Padahal usia Lisa baru satu tahun kala itu. Tak sepantasnya bayi tak berdosa itu menanggung keparatan orang tuanya.

Rendi menarik napas panjang. Layar komputernya belum menunjukkan progress signifikan. Nasib. Ia memperoleh fasilitas komputer jadul dari kantor di awal pekerjaannya. Sebenarnya ia bisa saja mengandalkan laptop. Akan tetapi, ada beberapa dokumen yang belum ia pindahkan dari komputer kantor.

“Andai perusahaan ini masih atas nama keluargaku. Komputer burik seperti ini pasti sudah kutendang jauh-jauh dari sini,” gumam Rendi. Sepasang matanya menyipit. Bibirnya mencebik. Lamunannya melayang lagi, membayangkan jikalau ia benar-benar memeluk seluruh aset di perusahaan ini. Sayangnya, bayangan itu hanyalah mimpi indah yang terburu direnggut kekelaman.

“Bi Sumi itu hebat, ya. Dia nggak paham dunia bisnis. Tapi dia bisa menyelamatkan perusahaan ini dengan kepekaannya. Bahkan dia peduli ke aku layaknya peduli ibu kandung pada anaknya.” Rendi tersenyum tipis. Jiwanya menghadirkan sosok ART di rumah yang telah menjadi pilar semangat hidupnya.

Tepat gugatan cerai diputuskan pengadilan dan orang tua Rendi meninggalkan rumah. Bi Sumi bergegas mencari kontak konsultan bisnis ternama. Intuisi perempuannya bekerja dengan sangat baik saat itu. Tuan dan Nyonya besar tidak membawa sepeser pun harta di rumah. Hal yang tidak wajar dilakukan seseorang yang angkat kaki dari bilik bernaungnya.

Rupanya seluruh aset saat itu hampir kolaps. Rumah pun nyaris disita deptcollector. Namun, berkat pemikiran andal Bi Sumi, rumah megah itu bisa terselamatkan. Walaupun Bi Sumi harus melepas perusahaan yang dulunya bernama PT KARYA SAKTI. Dia melelang perusahaan tersebut untuk diakuisisi dengan perjanjian. Siapa pun yang memenangkan Lelang tersebut harus bersedia memberikan kompensasi bulanan bagi keluarga pelelang sebesar lima juta per bulan. Di mana kompensasi tersebut diatasnamakan Rendika Rama Saputra.

“Kalau saja Bi Sumi nggak secerdas itu, mungkin hari ini aku nggak akan pernah menyandang gelar sarjana. Jangankan sarjana, bisa sekolah saja sepertinya jauh dari harapan.” Rendi terus bergumam seraya menunggu nyala komputer yang mulai berprogres.

“Halo, everybody! Aku bawa jajanan enak, nih!” Tiba-tiba sorak menggelegar menyeruak di ruangan. David sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dia kembali ke ruangan dengan dua kantong berisi jajajan kue. Dia meletakkan jajanan di meja kosong yang sering dijadikan tempat penumpukan barang. Seluruh karyawan menyambut kedatangannya dan menyerbu antusias. Hanya Rendi yang tak beranjak dari duduknya. Barangkali ia pun tak sadar akan kepulangan sahabatnya di kantor.

“Ren, kamu mau kue nggak?” tanya David sedikit meninggikan suaranya. Tak ada jawaban. Dia pun menghampiri Rendi.

David yang bertanya-tanya apa yang terjadi dengan rekannya. Rendi tidak menjawab. Ia tak bergairah. David menjadi amat risau.

"Aku butuh teman curhat," kata Rendi tak semangat.

David paham. Ia bersedia jadi teman curhat Rendi.

"Sore ini aku ke rumah kamu."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 9 BESTIE SINTING

    Rendi pulang lebih cepat hari ini. Tepat pukul 15.30 ia langsung keluar kantor. Ia menghindari beberapa kerumunan karyawan yang masih asyik bergurau atau sekedar membahas pekerjaan. Ia tahu citranya di kantor sedang tidak baik. Ia terpaksa kabur dari kerumunan demi menghindari malu. Ia juga menancap gas mobilnya dengan kencang. Setiba di rumah, Rendi melempar tas kerjanya ke sofa ruang tengah. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di sana dan memejamkan mata. Dalam sekejap ia terlelap. Lelah bekerja dan lelah bertengkar dengan Shinta membuat badannya amat pegal. Pegal badan sekaligus lelah hati. Lima belas menit kemudian, dentingan notifikasi pesan di ponsel Rendi membangunkannya dari mimpi sore. Ia membuka notifikasi tersebut yang rupanya dari David. "Aku otw rumah." Isi pesan tersebut. "Jangan kelamaan." Rendi mengetik balasan pesan untuk David. Ia lalu pergi ke luar rumah. Ia duduk di bangku teras sembari menunggu kedatangan David. Sembari menunggu, ia mencari kontak Alyaa di ponsel

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 10 MENAKLUKKAN PACAR POSESIF

    Tepat Kamis, 10 Februari 2022, Marsya dan Alyaa tengah bergembira ria. Mereka sedang murah uang untuk mentraktir Syila atas lulusnya skripsi mereka dan bisa lanjut sidang. Syila bersyukur, setelah perjuangan panjang akhirnya ia dan sahabat-sahabatnya tinggal butuh satu langkah lagi menyelesaikan jenjang kuliahnya. "Huaaaahhhhh! Aku bahagia banget, sumpah. Dosen killer itu untuk pertama kalinya puji hasil skripsi aku." Marsya berteriak histeris akibat rasa senangya. "Bahagia sih bahagia, tapi jaga suara juga dong," sindir Syila kemudian memasukkan potongan bakso ke mulutnya. "Aaah, reseh kamu." Marsya memanyunkan bibirnya. Syila terkekeh. "Kamu dapat jadwal sidang hari apa, Al?" tanya Syila beralih memandang Alyaa yang duduk di sebelahnya. "Hari Kamis, Syil. Aku bersyukur banget bisa dapat ACC hari ini. Capek banget tiap hari harus bertemu revisi, revisi, dan revisi," jawab Alyaa ramah. "Waaah, Berarti jadwal kita sama, Al. Kamu juga hari Kamis kan, Syil?" tanya Marsya. Syila han

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 11 HAI, KITA BERTEMU LAGI!

    Rendi masuk mobil dengan wajah yang semringah. Hatinya amat lega bisa mengungkapkan semua yang ia rasakan kepada Shinta. Ia berharap semoga Shinta bisa mencerna baik-baik kalimatnya. Bahkan jika perlu, Shinta benar-benar sadar kesalahannya dan mau diajak mengakhiri hubungan. "Huffft! Untuk sementara gue bisa bebas dari Shinta." Rendi mengembuskan napas lega. Sejujurnya, terbersit rasa bersalah dalam benaknya terhadap Shinta. Ia mengakui dalam hati apa yang dilakukannya boleh dibilang keterlaluan. Sejak awal berpacaran, Rendi tak berkenan menerima perasaan Shinta. Namun, berbekal rasa simpati dan kekhawatiran memaksanya menerima Shinta sebagai kekasihnya. Ia berpikir barangkali ia bisa perlahan menumbuhkan cinta untuk perempuan yang gemar menggerai rambut blondenya yang panjang. Akan tetapi, ada banyak sifat Shinta yang tak disenanginya sehingga tak mampu memantik cinta di hati Rendi.Rendi mengusap wajah lelahnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia bergegas pergi dari tempat itu, taku

    Huling Na-update : 2024-12-11
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 12 TERIMA KASIH

    Syila menderapkan langkah cepat di tepi jalan menuju rumahnya. Tak sampai satu menit, kakinya sudah berjejeran dengan bumper mobil Avanza yang terparkir di halaman rumahnya. Ia amat mengenali pemilik mobil berwarna hitam itu. Stiker beruang coklat masih menempel erat di pinggir atas kiri kaca depan mobil itu.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum." Syila masuk ke rumah. "Wa'alaikumsalam." Dua orang yang ada ruang tamu menjawab serempak. Mereka adalah ayah Syila dan seorang tamu.Persis seperti dugaan Syila. Arfan datang ke rumahnya. Ia tengah duduk santai di kursi ruang tamu bersama ayahnya. Syila pun segera duduk di kursi yang berseberangan."Kak Arfan kok ada di sini?" tanya Syila sambil meletakkan tas kuliahnya. "Hush! Nggak sopan," tegur ayah. Syila menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sambil nyengir. "Kak Arfan sudah lama di sini?" Syila mengganti pertanyaannya. "Nah, itu lebih baik," puji ayah. Syila tersenyum kaku. Arfan ikut terkekeh pelan. Arfan menjawab jika ia sudah set

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 13 KENANGAN DIBALIK SYAL MERAH

    Usai melepas kepergian Arfan, gadis yang rambutnya tergerai anggun itu masuk ke rumah. Syila langsung menuju kamar. Ia merenung di dalam kamarnya. Matanya tertuju pada figura berisi foto masa kecilnya bersama Arfan. Tepatnya saat mereka masih menjabat pengurus OSIS di SMP. Ia kemudian membuka laci yang ada di bawah lemari pakaiannya. Ia mengambil sebuah barang dari sana. Ada sebuah syal di dalam sana. Syal yang pernah dijahit oleh tangan Arfan sendiri dan diberikan kepada Syila tepat saat kelulusan SMA Syila. Dulu Syila pernah bermimpi bisa datang ke negara bermusim salju. Namun, sekarang mimpi itu masih sebatas angan. Tekadnya masih terjaga, tetapi ia menggenggam prioritas lain. "Kak Arfan. Kakak selalu baik ke aku. Meskipun aku tahu kebaikan Kakak cuma untuk persahabatan. Tapi aku nggak bisa mengelak lagi. Aku menganggap perhatian Kakak ke aku lebih dari sekedar sahabat," kata Syila menatap sayu syal di tangannya. **Flashback on**Pada suatu Sabtu di tahun 2018, gerombolan siswa

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 14 PERASAAN YANG TAK TERUNGKAP

    Sore itu, Rendi bersandar di tembok teras rumahnya, menyesap udara senja yang terasa lembut. Ia menunggu kedatangan Alyaa, pengajar les adiknya. Pandangannya terarah ke langit, pikirannya terbang kembali pada peristiwa siang tadi. Peristiwa yang mengobrak-abrik separuh prinsip awalnya yang tak berniat menyukai gadis itu.Sebuah senyum tipis terlukis di wajah maskulin Rendi, namun segera diiringi helaan napas panjang. Meski masih kesal dengan insiden di kantor yang mencoreng namanya, ia tak mengerti mengapa pertemuannya dengan gadis bernama Syila justru menghadirkan perasaan senang."Syila... Nama yang cantik, persis seperti pemiliknya," gumam Rendi pelan. Bayangan Syila kembali hadir, mengingatkannya pada pertemuan pertama mereka yang penuh adu mulut. Gadis keras kepala itu, entah bagaimana, berhasil menarik perhatian Rendi. "Coba saja aku belum punya Shinta, pasti aku bisa lebih bebas membiarkan kepalaku memikirkan Syila. Kasihan juga Shinta karena harus jadi korban rasa nggak enakk

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 15 PERCIK API CEMBURU

    Keesokan harinya, Syila meminta bertemu dengan kedua sahabat perempuannya. Ia harus mencurahkan kebimbangannya atas keinginan ibu. Ia ingin meminta pendapat kedua sahabatnya yang barangkali bisa memberi solusi. Mereka bertemu di kafe langganan mereka. Kebetulan mereka sedang tak punya jadwal ke kampus. "Aku lagi bingung. Ibu minta sesuatu ke aku yang mana aku belum siap buat memenuhi keinginan itu." Syila memperlihatkan raut bimbangnya. Dagunya menempel pada meja kafe."Memang apa yang diminta sama ibumu?" tanya Alyaa berpangku sebelah tangan. Syila menarik napas sebentar dan mengangkat wajahnya. Kemudian ia mulai bercerita kejadian sore kemarin saat ibunya menunjukan dua helai kerudung. Ibunya ingin setelah lulus, ia bisa mantap menggunakan kerudung. Ibu menuturkan kepadanya bahwa menutup seluruh aurat adalah kewajiban seorang muslimah. Sementara selama ini Syila tidak pernah menggunakan kerudung di kesehariannya kecuali ketika datang ke pengajian atau ketika hari raya tiba. "Aku

    Huling Na-update : 2024-12-16
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 16 HAI, PEREMPUAN PEMARAH

    Sore hari Syila berpamitan kepada ibu, ayah, dan kakaknya—hendak menemani temannya pergi. Ibu menatap Syila sedikit kecewa karena putrinya masih belum menggunakan kerudung. Syila yang memahami arti tatapan ibunya segera keluar dari rumah sambil memberi salam. Syila berjalan sebentar hingga pertigaan di mana di sana sudah ada Alyaa yang menunggunya di dalam sebuah taksi. Syila masuk ke taksi. Ia meminta maaf sudah membuat Alyaa menunggu lama. Alyaa merasa tidak keberatan. Taksi berjalan dengan kecepatan 60km/jam. Sesekali dalam perjalanan, Alyaa dan Syila bercakap-cakap. "Ini nggak masalah kan kalau aku ikut denganmu?" tanya Syila. Alyaa seraya memeriksa sesuatu di tasnya menjawab, "Nggak apa-apa. Kamu santai aja. Aku lagi malas berpergian sendiri saja, kok.” Syila mengangguk.‘Hari ini aku nggak boleh canggung di depan Mas Rendi. Aku harus jadi Alyaa yang dia kenal,’ ucap Alyaa dalam hati. Lima belas menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah tempat Alyaa mengajar les. Usai

    Huling Na-update : 2024-12-17

Pinakabagong kabanata

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 70 ANTARA MAAF & KECEWA

    Sore yang sempat diselipi hawa ketegangan—perlahan mereda oleh obrolan-obrolan receh antara Rendi dan Syila. Keduanya masih duduk bersisian di trotoar persis sebelah rumah Rendi. Mereka bersamaan menghirup udara sore yang menenangkan di tengah lalu lalang kendaraan yang memadati jalan. “Jadi? Masih mau diam atau udah bersedia cerita?” anya Syila pelan, suaranya setenang mungkin, meski matanya tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya.Rendi menggeleng, ia tak ingin membahas apa pun yang berkaitan dengan foto di jaket tadi. Syila pun mengangguk, mencoba memakluminya.“Udah semakin sore, kamu mau saya antar pulang?” tawar Rendi mengalihkan pembicaraan.Syila menerawang langit—sedang berpikir. Namun, belum selesai menimbang, sebuah mobil hitam membunyikan klakson dan berhenti tepat di hadapannya. Wajahnya seketika tegang lagi. Terpancar raut kegugupan dan ketidaknyamanan di wajahnya.Tak salah lagi, Syila tak keliru mengenali mobil itu. Pengemudi mobil itu menurunkan kaca jendela mobil

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 69 FOTO DI JAKET

    Hari ini Syila membantu Lisa mengerjakan PR-PR bahasa Inggrisnya yang lumayan banyak. Ada dua puluh lima soal esai yang harus dikerjakan Lisa. Tapi itu tak jadi masalah baginya selama ada Syila yang menuntunnya mengartikan kata demi kata yang tidak ia mengerti. Syila juga amat santai memberikan tuntunan materi bahasa Inggris kepada gadis kecil yang sudah seperti adiknya sendiri. Sesekali tugas terhenti karena Lisa harus mencari kosakata yang tidak ia ketahui lewat kamus. Selain itu, mereka juga mengisi pembelajaran dengan bercakap-cakap agar suasana tidak jenuh. Tiba-tiba ponsel Syila bergetar di sampingnya. Ia melirik sejenak—nama Arfan tertera di layar. Ia terpaku sesaat, jempolnya nyaris bergerak untuk menerima telepon tersebut. Namun, niatnya diurungkan. Ia hanya mengecilkan volume dering dan membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja.“Maaf, Kak, aku masih perlu sedikit waktu,” batin Syila sebelum melanjutkan pembelajaran. Disela pembelajaran, Syila mengeluarkan buku hasil me

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 68 GELAK TAWA SORE

    Menjelang sore hari, Syila duduk di kursi ruang tamu rumahnya. Tangannya berkutat dengan ponselnya. Ia sedang mencari berita terbaru terkait tes CPNS yang pendaftarannya dibuka dua minggu lagi. Ia masih menyimpan harapan bisa berangkat ke Solo. Setelah bekerja di rumah Rendi selama satu minggu, ia merasa uang tabungannya sudah bisa mencukupi kebutuhannya di Solo kelak. Terlebih Rendi membayar jasanya setiap pertemuan yang hanya berlangsung dua jam dengan harga seratus ribu rupiah. Angka yang cukup besar. Ia pun sempat menolak digaji setinggi itu. Namun, Rendi paham dengan kebutuhan dirinya sehingga dia memberikannya upah sebesar itu. Dikalikan dengan lima hari, uang itu sudah cukup bagi ia bertahan hidup dua hari di Solo. "Pendaftaran dua minggu lagi dibuka. Kira-kira formasi apa aja yang bakal tersedia ya?" pikir Syila mengamati layar ponselnya. "Semoga aja ada formasi yang nggak jauh dari Cilacap," harap Syila. Saat tengah asyik bermain ponsel, Bu Sukma datang menghampiri Syila.

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 67 MENERKA RASA

    Malam penuh bintang kembali menyapa. Angin malam menyejukkan badan yang penat. Tubuh yang terasa lemah kini lebih bergairah tersebab menatap keramaian langit. Sekarang, Syila baru saja memasuki kamarnya. Ia menata kasurnya sebelum ia tiduri. Sesekali, ia mengembuskan napas panjang, membiarkan pikirannya berkelana bersama gemintang yang berserakan di langit.Saat berbenah kamar, matanya tak sengaja melihat jaket hijau milik Rendi yang tergantung di balik pintu. Jaket itu sudah lumayan lama ada di sana sejak terakhir ia mencucinya. Setelah beberapa waktu, jaket itu berhasil menarik perhatian dan ingatannya. Ia pun meraih jaket itu, mengelus permukaannya sejenak, lalu bergumam lirih, "Besok aku harus kembalikan jaket Mas Rendi. Sekalian sama sapu tangan yang dulu juga."Tangan Syila refleks merogoh saku kanan dan kiri jaket itu. Ia menemukan sebuah foto ukuran 6x8 cm yang sudah lusuh karena terlipat. Dengan alis mengernyit, ia membuka lipatannya dan menatap foto tersebut. Ada seorang an

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 66 SAMPAI JUMPA, ALYAA

    Perjalanan menuju terminal sore ini cukup bersahabat. Suasana jalanan belum terlalu ramai oleh orang-orang pulang bekerja. Rendi pun menikmati momen bersama Alyaa dengan lebih santai. Keduanya terlibat obrolan yang menyenangkan dan berusaha menghindari topik yang mengundang kesedihan.Rendi baru saja menceritakan kronologi kakinya yang pincang. Ia menyelamatkan Syila dari kecelakaan yang hampir merenggut keselamatan gadis itu. Karena aksinya itu, kakinya terserempet sehingga pincang.Alyaa tertegun mendengar cerita tersebut. Raut cemas jelas terpampang di wajahnya. Namun, ada perasaan lain yang mendadak timbul di benaknya. Hawa hangat tiba-tiba menjalar ke setiap anggota badannya kala mendengar nama Syila. Cerita Rendi menegaskan bahwa lelaki di sampingnya bertemu Syila Sabtu lalu. Alyaa masih sangat ingat, Syila mendadak pergi dari kedai. Sahabatnya bilang bahwa dirinya diminta pulang. Akan tetapi, hari ini ia mendengar fakta bahwa sahabatnya justru menemui Rendi di kantornya.“Jadi

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 65 PERPISAHAN TERMANIS

    Beberapa hari berlalu dengan suasana yang lebih baru. Hari ini cuaca cerah, langit membentang biru dengan awan tipis mengambang tenang. Namun, di balik keindahannya, ada nuansa sendu yang menggantung di hati Syila dan Marsya. Hari ini adalah hari keberangkatan Alyaa ke Jakarta, meninggalkan kota kecil tempat mereka bertiga tumbuh bersama.Di selasar rumah Alyaa, Syila dan Marsya duduk berdampingan, bersandar pada tiang kayu sambil menikmati semilir angin sore. Suasana sederhana, jauh dari hingar-bingar pesta perpisahan, namun penuh dengan kehangatan. Mereka berbagi cerita—tentang masa-masa kuliah dan hal-hal random yang pernah mereka lakukan, serta rencana masa depan yang tak mereka tahu apakah bisa dijalani bersama lagi.Sesekali tawa kecil mengiringi percakapan mereka, meskipun di sela-sela itu, ada kesadaran bahwa perpisahan semakin dekat. Syila menyodorkan sebuah bingkisan kecil ke arah Alyaa, matanya berbinar meski bibirnya sedikit gemetar menahan emosi."Kamu baik-baik di sana y

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 64 SHINTA MENYERAH

    Usai mengantar Syila ke rumahnya, David segera kembali ke kantor. Tak lupa ia mampir ke kedai makan untuk membeli dua porsi ayam geprek—lengkap dengan es teh. Setibanya di halaman kantor, ia melangkah cepat ke ruang kerjanya. Di sana tersisa seorang karyawan yang tak lain ialah Rendi—sahabatnya yang sedang bermain ponsel. “Sepi banget kantor,” ujar David seraya melangkah ke kursi kerjanya. “Iya, masih pada di luar. Baru setengah satu juga,” jawab Rendi. Matanya menggelandang mengikuti gerakan sahabatnya.“Nih!” David meletakkan satu paket makan siangnya di meja Rendi. Sahabatnya itu pun mengulas senyum puas.“Thank you, Dav. Bagaimana? Syila udah sampai rumah?” tanya Rendi sambil menggeletakkan ponselnya di meja.David menggeleng. “Dia minta turun di pertigaan dekat rumahnya. Aku mau antar dia langsung ke rumah, eh, dianya menolak.” Ia menggedikan bahunya lalu duduk manis di kursinya.Rendi menghela napas lalu bergumam, “Kebiasaan.”“Padahal ya, kalau aku bisa tahu rumahnya, aku kan

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 63 DI ANTARA DUA LELAKI

    Satu jam berlalu, tepat pukul 12.00 WIB. Kini Syila sedang duduk bersisian dengan David di mobil Mercedez merah milik Rendi. Ia menyandarkan kepala ke jendela, membiarkan kaca dingin menyentuh pelipisnya. Sejujurnya, ia berharap bisa pulang sendiri menggunakan angkutan umum atau ojek online. Akan tetapi, ia tak bergairah menanggapi keras kepalanya Rendi. Lagipula baginya, lelaki itu ada benarnya juga. Ia hampir celaka oleh ulah mantan kekasih Rendi. Artinya, tidak menutup kemungkinan Shinta masih mengintainya dari kejauhan. Apalagi dengan kondisi Rendi yang justru menjadi korban paling parah. Tentu saja Shinta berpotensi kian geram dan semakin nekad.“Mas Rendi itu sebenarnya baik, cuma kadang menyebalkan aja,” batin Syila, matanya menerawang kejadian di unit kesehatan kantor tadi. Sekali lagi, Rendi berhasil menyentuh hatinya dengan caranya sendiri.Selama perjalanan, keheningan menghinggapi suasana di mobil. Hanya suara deru mesin dan decitan halus ban yang bersinggungan dengan asp

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 62 OBROLAN PANAS CRUSH

    Sementara itu, di ruangan lain David mendapat kabar dari rekan satu divisinya bahwa Rendi mengalami kecelakaan. “Hah? Rendi kecelakaan?” David spontan berdiri, alisnya bertaut. Anggukan rekannya menyuarkan ketegangan di wajahnya.“Sekarang dia di mana?” tanya David.“Dia di ruang unit kesehatan kantor,” jawab rekannya.David mendesah pelan, gurat kecemasan terpancar jelas di mukanya. Ia pun berlomba dengan waktu menyelesaikan pekerjaannya. Setelah siap, ia bergegas menemui Rendi di unit kesehatan kantor. Setiba di sana, ia menepuk dahi. Ia merasa telah menyambangi sahabatnya di waktu yang salah. “Astaga, salah kamar!” celetuk David seraya menepuk dahi. Ia hampir menarik kakinya dari batas daun pintu. Akan tetapi, Rendi yang terlanjur menoleh ke arah pintu langsung memanggilnya.“Woi! Balik nggak?!” seru Rendi, menatapnya tajam. Sambil meringis, David pun masuk ke ruangan—menyebelahi Rendi. Rendi menyipitkan sebelah matanya dan menampilkan gurat sinis ke arah David. “Nggak ada ist

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status