Home / Young Adult / COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi / CHAPTER 7 DILABRAK PACAR POSESIF

Share

CHAPTER 7 DILABRAK PACAR POSESIF

Author: Kata Pena
last update Last Updated: 2024-12-06 20:54:31

Sekarang ini, Rendi sedang makan siang bersama Alyaa. Rendi mengajaknya ke restoran di dekat kantornya. Kebetulan waktu sudah menunjukkan jam istirahat bagi Rendi.

"Ayo dimakan ayamnya. Nanti dingin kalau cuma didiamkan begitu. Nggak usah sungkan, " kata Rendi menyadari Alyaa terus memandanginya.

"Eh, iya, Mas." Alyaa menurunkan pandangannya. Ia pun melahap sedikit demi sedikit makanan di depannya.

"By the way, saya suka sama kamu," ucap Rendi tiba-tiba.

"Uhuk! Uhuk!" Alyaa kaget mendengar pernyataan Rendi sehingga ia tersedak. Rendi membantunya memberikan air minum.

"Kaget, ya? Hehe. Saya ngomong jujur. Kamu orangnya asyik diajak mengobrol. Kamu juga ramah," tutur Rendi menatap manik mata Alyaa yang mendadak berbinar. Entahlah, apakah Rendi sadar sikapnya hampir mengutik sisi sensitif Alyaa.

"Tenang Alyaa, dia cuma bilang suka, nggak lebih." Alyaa membatin. Ia mungkin tak akan sanggup jika mendengar hal lebih dahsyat dari kata suka. Mungkin jantungnya akan copot karena tak kuasa menahan rasa canggung bercampur salah tingkah.

"Beda banget dari perempuan itu yang doyan marah-marah." Rendi menyibakkan rambut lurusnya ke samping. Alyaa seketika penasaran. Siapa perempuan yang dimaksud Rendi.

"Saya lagi malas membahas perempuan itu. Gara-gara saya bertemu dia di jalan, saya jadi terlambat ke kantor. Akhirnya, saya harus terima SP dari kepala divisi," kata Rendi. Raut Rendi terlihat tidak seperti orang yang kesal. Ia justru tampak menyimpul senyum.

"Siapa orang itu? Apa jangan-jangan itu Syila? Dia juga bilang kalau dia pernah bertemu orang yang membuatnya hampir batal bimbingan," pikir Alyaa dalam hati. Mengapa tiba-tiba hatinya khawatir? Mengapa hatinya ingin agar pemikirannya tidak benar? Apa dia cemburu jika perempuan itu benar-benar Syila?

"Ya sudahlah, kita lanjut lagi makannya. Jam istirahat saya hampir habis." Rendi terkekeh. Alyaa mengiyakan. Tak lupa ia berterima kasih lantaran Rendi berkenan menghadiahkan makan siang untuknya.

Kebahagiaan sedang menyelimuti Rendi. Sejak pagi ia sering tersenyum. Entah bagaimana Rendi bisa mengartikan kebahagiaannya ini. Namun, dalam sekejap kebahagiaannya berubah jadi malapetaka ketika secara tiba-tiba kekasihnya datang melabraknya.

"Rendi!" teriak Shinta menghampiri meja Rendi. Alyaa menoleh ke asal suara yang tepat di belakangnya.

"Shinta? Kamu di sini?" Rendi terkejut mengetahui Shinta datang.

"Iya! Aku nggak sangka kamu bisa setega dan sejahat ini sama aku! Baru kemarin banget aku kasih peringatan dan sekarang kamu sudah lupa kata-kata aku?" Shinta bersuara kencang. Rendi beruntung, restoran sudah mulai ditinggalkan pengunjung.

"Shin, kita bahas di luar saja, ya?" pinta Rendi sembari berdiri. Ia berusaha menenangkan kekasihnya. Alyaa yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menonton.

"Buat apa? Buat merayu aku biar aku nggak jadi marah? Terus kamu bisa mengulangi kesalahan kamu?" Bola mata Shinta melebar. Pipinya merah padam akibat emosi yang memuncak.

"Asal kamu tahu ya, aku capek-capek datang ke kantor kamu, membawakan makan siang tapi kamu nggak ada di sana." Kemarahan Shinta menarik perhatian pelayan restoran.

"Ya kan aku kerja," jawab Rendi dengan nada khawatir.

"Kerja? Berduaan seperti ini kamu bilang kerja? Wow, alasan yang tidak masuk akal!" Shinta memalingkan wajahnya ke arah Alyaa. Tatapan sinisnya begitu tajam.

"Kamu siapa, hah?! Berani sekali mengajak pacar orang jalan berdua? Di mana etika kamu? Laki-laki tampan di luar sana masih banyak, ya! Jangan jadi perusak hubungan orang!” Shinta menunjuk Alyaa. Dia bahkan hampir menarik lengan Alyaa, tetapi Rendi berhasil mencegah aksi brutal kekasihnya.

"Ren, kamu benar-benar tega. Kamu mengkhianati aku!”

Alyaa tercengang mendengar kata-kata Shinta. Ia pun mengerti apa yang terjadi. Ia pun bangkit dari duduknya. Ia tertuduh melakukan sesuatu yang bahkan tak ia ketahui kesalahannya.

"Maaf, saya sudah ganggu kalian. Saya akan pergi." Alyaa menunduk kaku. Ia canggung memandang Rendi.

"Kamu jelas ganggu hubungan saya sama Rendi!" bentak Shinta.

"Alyaa, tolong kamu jangan bawa serius omongan dia! Kamu nggak salah. Aku mohon." Rendi berusaha menahan Alyaa.

"Permisi." Alyaa berjalan cepat meninggalkan tempat tersebut. Panggilan Rendi tak dihiraukannya.

"Maksud kamu itu apa, sih?" Rendi meluapkan emosinya.

"Kamu yang ada apa?" balas Shinta, “Aku sudah peringatkan kamu untuk jangan bertingkah macam-macam!”Mata mereka saling menatap.

Rendi seketika naik pitam. Ia kesal dengan ulah Shinta yang bertindak sewenang-wenang menuduh orang. Ia memaki Shinta persis kekasihnya menghina guru les adiknya.

"Kamu itu nggak tahu apa-apa tentang dia!" Rendi menunjuk arah perginya Alyaa yang sekarang sudah tak tampak lagi batang hidungnya.

"Halooo! Aku tidak tahu apa-apa? Aku tahu, Ren! Dia selingkuhan kamu! Dia pelakor!" sergah Shinta.

"Shinta!" Rendi mengangkat tangan kanannya hendak menampar Shinta. Wajahnya merah padam. Pandangan matanya teramat tajam. Namun, Shinta justru mengejek Rendi karena ia tak kuasa menampar wajah pacarnya.

Rendi terduduk lemah di kursinya. Kemudian dengan pandangan menunduk ia berkata, "Perempuan itu guru les privat adik aku. Kami baru saja akan bahas jadwal mengajar dia. Tapi gara-gara kamu semuanya kacau."

"Ya ampun, Rendi." Suara Shinta melemah. Ia akhirnya paham. Ia pun meraih lengan Rendi meminta maaf atas kecerobohannya. Rendi tidak mempedulikannya. Ia hanya ingin kekasihnya bisa berpikir positif terhadap setiap tindakannya. Ia ingin Shinta jangan over posesif kepadanya. Ia merasa terkekang oleh sifat posesif Shinta.

"Sayang, tolong maafkan aku, ya. Aku janji nggak akan mengulangi kesalahan ini." Shinta memelas. Raut kasihan yang membuat Rendi takluk menerima cintanya sebelum akhirnya ia tahu sifat asli kekasihnya. Ia menyesal.

"Udah berapa kali aku memaafkan kamu untuk kesalahan yang sama?" Rendi melontarkan pertanyaan membosankan dari mulutnya.

"Iya-iya, kali ini aku serius. Aku minta maaf, ya?" Shinta mengedip-kedipkan matanya. Rendi terkesan tak peduli.

"Biasanya kalau ditanya diam, itu artinya iya. Berarti kamu mau memaafkan aku. Terima kasih ya, sayang." Shinta tersenyum kembali mengusap-usap punggung telapak tangan Rendi.

"Berarti kamu mau menemani aku belanja sebentar ya? Make up aku sudah habis," kata Shinta mengharap jawaban iya. Sayangnya Rendi menolak. Ia harus kembali ke kantor karena jam istirahatnya sudah habis.

"Tuhkan! Buat perempuan tadi kamu punya waktu, giliran buat aku yang pacar kamu malah nggak bisa." Shinta kembali kesal.

"Aku harus kerja, Shinta." Rendi meminta pengertian dari Shinta. Tampak kefrustrasian mendekam di wajahnya.

"Sebentar saja, Rendi. Cuma setengah jam. Please! Kamu nggak mau aku marah lagi, kan?" ancam Shinta.

"Gila kamu ya!" decak kesal Rendi. Shinta tak peduli. Tanpa berkata lagi ia langsung menarik tangan Rendi dari tempat itu menuju tujuannya. Rendi hanya bisa pasrah.

***

Alyaa menghentikan langkahnya di halaman parkir restoran tadi. Ia tolehkan wajahnya ke belakang. Tak lama kemudian air mata luruh tanpa sebab ke pipinya mulus.

"Apa ini?" Alyaa mengusap tetesan air matanya. Ia tidak tahu untuk alasan apa ia menangis.

Tapi yang jelas, hati Alyaa terasa tergores. Ada luka yang menyayat perasaannya. Ia seakan tertampar mengetahui kenyataan yang entah kenapa sulit untuk ia percayai. Ia akhirnya benar-benar canggung terhadap Rendi. Entahlah apa dia bisa kuat menatap wajah majikannya lagi.

"Nggak Alyaa! Kamu baru mengenal dia. Nggak seharusnya kamu sedih karena tahu kebenaran ini. Kamu bukan siapa-siapanya. Kamu cuma guru les adiknya." Alyaa mengelus dadanya agar hatinya tegar dan tidak terbawa perasaan.

"Jadi, perempuan yang dimaksud Mas Rendi itu bukan Syila, tapi pacarnya." Alyaa menyimpulkan sebuah pendapat dari apa yang tadi ia dengar dari Rendi tentang perempuan doyan marah.

"Mba-Mba, minggir! Mau buat lewat," kata seseorang dalam mobil yang berada beberapa meter di belakang Alyaa.

Alyaa secara tidak langsung menutupi jalan kendaraan roda empat karena ia berdiri berlurusan dengan gerbang keluar. Ia pun segera pergi dari sana dan bersiap pulang.

***

Related chapters

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 8 SP ADALAH MAUT

    Rendi benar-benar pasrah saat surat peringatan kedua dibanting kasar ke atas meja oleh kepala divisi pemasaran. Ia mendapat teguran pedas tanpa ampun. Ia sadar ia salah. Ia datang amat terlambat ke kantor. Batas maksimal ia harus tiba di kantor usai jam makan siang yakni pukul 13.15. Akan tetapi, akibat ulah kekasihnya ia harus menahan malu karena masuk pukul 13.45. "Kamu benar-benar niat bekerja di sini atau tidak, sih?! Ini bukan pekaranganmu yang bisa kamu garap semaunya, datang seenaknya, pulang juga semaunya! Kamu anak baru tapi sudah berani buat citra PT JATI PERSADA turun," omel kepala divisi. Gestur berkacak pinggangnya menunjukkan bahwa dia sangat jengkel."Maaf, Pak." Rendi tertunduk tak berdaya. “Jangan mentang-mentang perusahaan ini pernah jadi milik keluarga kamu, kamu bisa sewenang-wenang di sini! Masih untung kami bersedia memberi kompensasi bulanan untuk hidup kamu!” Kepala divisi itu melayangkan tatapan buas ke arah Rendi."Ini kesempatan terakhir saya memberikan ma

    Last Updated : 2024-12-07
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 9 BESTIE SINTING

    Rendi pulang lebih cepat hari ini. Tepat pukul 15.30 ia langsung keluar kantor. Ia menghindari beberapa kerumunan karyawan yang masih asyik bergurau atau sekedar membahas pekerjaan. Ia tahu citranya di kantor sedang tidak baik. Ia terpaksa kabur dari kerumunan demi menghindari malu. Ia juga menancap gas mobilnya dengan kencang. Setiba di rumah, Rendi melempar tas kerjanya ke sofa ruang tengah. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di sana dan memejamkan mata. Dalam sekejap ia terlelap. Lelah bekerja dan lelah bertengkar dengan Shinta membuat badannya amat pegal. Pegal badan sekaligus lelah hati. Lima belas menit kemudian, dentingan notifikasi pesan di ponsel Rendi membangunkannya dari mimpi sore. Ia membuka notifikasi tersebut yang rupanya dari David. "Aku otw rumah." Isi pesan tersebut. "Jangan kelamaan." Rendi mengetik balasan pesan untuk David. Ia lalu pergi ke luar rumah. Ia duduk di bangku teras sembari menunggu kedatangan David. Sembari menunggu, ia mencari kontak Alyaa di ponsel

    Last Updated : 2024-12-08
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 10 MENAKLUKKAN PACAR POSESIF

    Tepat Kamis, 10 Februari 2022, Marsya dan Alyaa tengah bergembira ria. Mereka sedang murah uang untuk mentraktir Syila atas lulusnya skripsi mereka dan bisa lanjut sidang. Syila bersyukur, setelah perjuangan panjang akhirnya ia dan sahabat-sahabatnya tinggal butuh satu langkah lagi menyelesaikan jenjang kuliahnya. "Huaaaahhhhh! Aku bahagia banget, sumpah. Dosen killer itu untuk pertama kalinya puji hasil skripsi aku." Marsya berteriak histeris akibat rasa senangya. "Bahagia sih bahagia, tapi jaga suara juga dong," sindir Syila kemudian memasukkan potongan bakso ke mulutnya. "Aaah, reseh kamu." Marsya memanyunkan bibirnya. Syila terkekeh. "Kamu dapat jadwal sidang hari apa, Al?" tanya Syila beralih memandang Alyaa yang duduk di sebelahnya. "Hari Kamis, Syil. Aku bersyukur banget bisa dapat ACC hari ini. Capek banget tiap hari harus bertemu revisi, revisi, dan revisi," jawab Alyaa ramah. "Waaah, Berarti jadwal kita sama, Al. Kamu juga hari Kamis kan, Syil?" tanya Marsya. Syila han

    Last Updated : 2024-12-09
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 11 HAI, KITA BERTEMU LAGI!

    Rendi masuk mobil dengan wajah yang semringah. Hatinya amat lega bisa mengungkapkan semua yang ia rasakan kepada Shinta. Ia berharap semoga Shinta bisa mencerna baik-baik kalimatnya. Bahkan jika perlu, Shinta benar-benar sadar kesalahannya dan mau diajak mengakhiri hubungan. "Huffft! Untuk sementara gue bisa bebas dari Shinta." Rendi mengembuskan napas lega. Sejujurnya, terbersit rasa bersalah dalam benaknya terhadap Shinta. Ia mengakui dalam hati apa yang dilakukannya boleh dibilang keterlaluan. Sejak awal berpacaran, Rendi tak berkenan menerima perasaan Shinta. Namun, berbekal rasa simpati dan kekhawatiran memaksanya menerima Shinta sebagai kekasihnya. Ia berpikir barangkali ia bisa perlahan menumbuhkan cinta untuk perempuan yang gemar menggerai rambut blondenya yang panjang. Akan tetapi, ada banyak sifat Shinta yang tak disenanginya sehingga tak mampu memantik cinta di hati Rendi.Rendi mengusap wajah lelahnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia bergegas pergi dari tempat itu, taku

    Last Updated : 2024-12-11
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 12 TERIMA KASIH

    Syila menderapkan langkah cepat di tepi jalan menuju rumahnya. Tak sampai satu menit, kakinya sudah berjejeran dengan bumper mobil Avanza yang terparkir di halaman rumahnya. Ia amat mengenali pemilik mobil berwarna hitam itu. Stiker beruang coklat masih menempel erat di pinggir atas kiri kaca depan mobil itu.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum." Syila masuk ke rumah. "Wa'alaikumsalam." Dua orang yang ada ruang tamu menjawab serempak. Mereka adalah ayah Syila dan seorang tamu.Persis seperti dugaan Syila. Arfan datang ke rumahnya. Ia tengah duduk santai di kursi ruang tamu bersama ayahnya. Syila pun segera duduk di kursi yang berseberangan."Kak Arfan kok ada di sini?" tanya Syila sambil meletakkan tas kuliahnya. "Hush! Nggak sopan," tegur ayah. Syila menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sambil nyengir. "Kak Arfan sudah lama di sini?" Syila mengganti pertanyaannya. "Nah, itu lebih baik," puji ayah. Syila tersenyum kaku. Arfan ikut terkekeh pelan. Arfan menjawab jika ia sudah set

    Last Updated : 2024-12-12
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 13 KENANGAN DIBALIK SYAL MERAH

    Usai melepas kepergian Arfan, gadis yang rambutnya tergerai anggun itu masuk ke rumah. Syila langsung menuju kamar. Ia merenung di dalam kamarnya. Matanya tertuju pada figura berisi foto masa kecilnya bersama Arfan. Tepatnya saat mereka masih menjabat pengurus OSIS di SMP. Ia kemudian membuka laci yang ada di bawah lemari pakaiannya. Ia mengambil sebuah barang dari sana. Ada sebuah syal di dalam sana. Syal yang pernah dijahit oleh tangan Arfan sendiri dan diberikan kepada Syila tepat saat kelulusan SMA Syila. Dulu Syila pernah bermimpi bisa datang ke negara bermusim salju. Namun, sekarang mimpi itu masih sebatas angan. Tekadnya masih terjaga, tetapi ia menggenggam prioritas lain. "Kak Arfan. Kakak selalu baik ke aku. Meskipun aku tahu kebaikan Kakak cuma untuk persahabatan. Tapi aku nggak bisa mengelak lagi. Aku menganggap perhatian Kakak ke aku lebih dari sekedar sahabat," kata Syila menatap sayu syal di tangannya. **Flashback on**Pada suatu Sabtu di tahun 2018, gerombolan siswa

    Last Updated : 2024-12-13
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 14 PERASAAN YANG TAK TERUNGKAP

    Sore itu, Rendi bersandar di tembok teras rumahnya, menyesap udara senja yang terasa lembut. Ia menunggu kedatangan Alyaa, pengajar les adiknya. Pandangannya terarah ke langit, pikirannya terbang kembali pada peristiwa siang tadi. Peristiwa yang mengobrak-abrik separuh prinsip awalnya yang tak berniat menyukai gadis itu.Sebuah senyum tipis terlukis di wajah maskulin Rendi, namun segera diiringi helaan napas panjang. Meski masih kesal dengan insiden di kantor yang mencoreng namanya, ia tak mengerti mengapa pertemuannya dengan gadis bernama Syila justru menghadirkan perasaan senang."Syila... Nama yang cantik, persis seperti pemiliknya," gumam Rendi pelan. Bayangan Syila kembali hadir, mengingatkannya pada pertemuan pertama mereka yang penuh adu mulut. Gadis keras kepala itu, entah bagaimana, berhasil menarik perhatian Rendi. "Coba saja aku belum punya Shinta, pasti aku bisa lebih bebas membiarkan kepalaku memikirkan Syila. Kasihan juga Shinta karena harus jadi korban rasa nggak enakk

    Last Updated : 2024-12-15
  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 15 PERCIK API CEMBURU

    Keesokan harinya, Syila meminta bertemu dengan kedua sahabat perempuannya. Ia harus mencurahkan kebimbangannya atas keinginan ibu. Ia ingin meminta pendapat kedua sahabatnya yang barangkali bisa memberi solusi. Mereka bertemu di kafe langganan mereka. Kebetulan mereka sedang tak punya jadwal ke kampus. "Aku lagi bingung. Ibu minta sesuatu ke aku yang mana aku belum siap buat memenuhi keinginan itu." Syila memperlihatkan raut bimbangnya. Dagunya menempel pada meja kafe."Memang apa yang diminta sama ibumu?" tanya Alyaa berpangku sebelah tangan. Syila menarik napas sebentar dan mengangkat wajahnya. Kemudian ia mulai bercerita kejadian sore kemarin saat ibunya menunjukan dua helai kerudung. Ibunya ingin setelah lulus, ia bisa mantap menggunakan kerudung. Ibu menuturkan kepadanya bahwa menutup seluruh aurat adalah kewajiban seorang muslimah. Sementara selama ini Syila tidak pernah menggunakan kerudung di kesehariannya kecuali ketika datang ke pengajian atau ketika hari raya tiba. "Aku

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 55 DUA KALI DIKECEWAKAN

    Pukul 19.45, Arfan masih belum juga muncul di halaman rumah Rendi. Situasi kian mengguncang kesabaran Syila. Baru saja ia melakukan dua panggilan. Namun, benar-benar tak ada jawaban. Sedikit pesan pun tak diterima dari sahabatnya.Mata Syila mulai panas menahan emosi. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pandangannya beralih ke jalan depan rumah Rendi, berharap menemukan siluet Avanza yang dikenalnya. Angin malam berembus menusuk kulit, membawa aroma petrikor yang samar tercium. Jemarinya meremas kuat rok panjangnya, menyalurkan kekesalan yang kian memuncak.“Masih belum datang, Syil?”Suara Rendi membuat Syila menoleh. Lelaki itu baru saja keluar dari rumah setelah memastikan adiknya sudah makan malam. Syila hanya menggeleng pelan, tanda pasrah.Tanpa banyak kata, Rendi menyodorkan sebuah jaket berwarna army kepadanya. "Kamu nggak mau saya antar pulang aja?" tawarnya, suaranya lebih lembut dari biasanya.Syila menatap jaket itu sekilas, lalu mengabaikannya begitu saja

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 54 JANJI YANG TERLUPAKAN

    Adzan Maghrib telah berkumandang sejak lima belas menit yang lalu. Gerombolan burung telah terbang kembali ke sarang. Binatang-binatang malam mulai memamerkan suaranya, menyongsong terbitnya bulan. Langit malam ini tampak cerah, walaupun embusan dingin menusuk kulit.Syila masih duduk tenang di ruang tamu rumah Rendi sambil memainkan ponselnya. Baris teratas dari kolom pesannya menunjukkan nama “Kak Arfan || SMP.” Ia baru saja mengabari sahabatnya bahwa pelajaran telah selesai, ia siap dijemput. Balasan pesannya juga memperlihatkan kalau Arfan sudah sedang meluncur ke lokasi.Tak berselang lama, Rendi muncul dari kamarnya. Dia baru selesai melaksanakan shalat Maghrib.Sambil terus berjalan, Rendi menegur, “Arfan udah di jalan?”Syila berdiri—menyambut, “Udah.”Rendi mengangguk. Dia menawarkan agar Syila tetap menunggu penjemputnya di ruang tamu. Akan tetapi, Syila tak berkenan dan lebih nyaman menunggu di bangku teras. “Lagipula, kalau di sana kan saya bisa langsung tahu kalau Kak Ar

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 53 CERITA DI SEMANGKUK BUBUR

    Hari mulai menuju senja. Semburat jingga telah melambaikan sinarnya, mengisyaratkan malam segera berlayar. Saat ini, Syila sudah menyelesaikan tugasnya untuk mengajar Lisa. Ia senang bisa mentransfer pengetahuan yang dipelajarinya selama kuliah kepada orang lain. Apalagi Lisa sebenarnya anak yang cerdas. Dia mudah belajar hal-hal baru. Gadis kecil itu hanya kurang pendampingan dari orang-orang di sekitarnya.“Terima kasih ya, Kak. Kak Syila baiiiiikkk banget. Aku suka sama Kakak,” seru Lisa, matanya berbinar saat memeluk erat buku-bukunya.Syila tersenyum, meraih kepala Lisa dan mengusapnya lembut. “Sama-sama. Kakak juga suka. Semangat terus, ya!” pesannya."Kalau begitu Lisa ke kamar dulu ya. Daaah!" Lisa berlari ke kamarnya membawa buku pelajarannya tadi. Syila tersenyum melihat kepergian gadis kecil itu, lalu merapikan beberapa buku di meja. Syila melepas napas ringan, lalu menoleh ke arah Rendi yang duduk di sofa seberang. Sejak tadi, lelaki itu ikut menemani mereka belajar, ses

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 52 GELAGAT RASA

    Pikiran Syila masih berputar perihal menerka gelagat tak biasa dari sahabat laki-lakinya. Bahkan setelah panggilan berakhir pun, logikanya tak dapat menemukan jawaban atas keheranannya. Oleh karena itu, ia memutuskan tak mengambil pusing percakapan tersebut dan fokus pada agendanya saat ini. Namun, alangkah terkejutnya saat dia berbalik badan, Rendi sudah berada di belakangnya."Arfan cemburu ya kamu ke sini?" tanya Rendi dengan ekspresi yang dingin.“Mas Rendi?!” Mata Syila membulat. “Dari tadi menguping?” tuduhnya kesal."Hmm... mungkin," jawab Rendi santai.Syila mendengus pelan, ekspresinya semakin muram."Udah, saya nggak bakal tanya macam-macam. Ayo masuk!" ajak Rendi, setengah menyeret langkahnya.Syila akhirnya menurut.Begitu masuk, Rendi kembali memperkenalkan Syila kepada Lisa. Ia menjelaskan bahwa mulai sekarang, Syila akan menggantikan Alyaa sebagai guru privat Lisa. Alyaa mengangguk membenarkan.Lisa tampak senang. Setidaknya, ia masih bisa belajar di rumah dengan seseor

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 51 CEMBURU TAK KASAT MATA

    Waktu seolah bergulir tanpa henti. Siang yang terik menggantikan sejuknya pagi, lalu berangsur meredup menuju sore. Jalanan disesaki kendaraan pribadi yang bergegas pulang dari kantor, sedangkan angkutan umum berdesakan dengan para penumpang yang ingin segera sampai ke tujuan. Hiruk-pikuk kota seolah menjadi irama rutin yang menemani kepulangan banyak orang.Di dalam sebuah taksi yang melaju perlahan di antara padatnya lalu lintas, Syila duduk berdampingan dengan Alyaa. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Rendi, menyelesaikan sebuah urusan yang tak bisa ditunda. Suasana dalam taksi terasa nyaman meski laju kendaraan sesekali tersendat akibat kepadatan jalanan. Untuk mengusir kejenuhan, mereka mulai bercakap-cakap."Aku masih heran, kamu bisa berubah pikiran dan akhirnya terima tawaran aku," ujar Alyaa tiba-tiba, memecah keheningan.Syila menoleh, menatap sahabatnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Aku juga nggak menyangka akan setuju. Tapi ada satu hal yang bikin aku akhirnya

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 50 TABIR BAHAGIA RENDI

    Keesokan harinya, matahari tak malu-malu menampakkan sinar kuningnya di pagi hari. Gerombolan awan menghiasi langit, melukiskan suasana pagi yang lebih sejuk. Kicauan burung bersahutan, menambah syahdu pesona pagi yang perlahan menggeliat dari kantuknya.Di tengah pagi yang cerah itu, Rendi baru saja mengantarkan adiknya ke sekolah. Ia berdiri di sisi kanan gerbang, mengawasi Lisa yang bersiap memasuki area sekolah."Sekolah yang benar! Dengarkan kata Bu Guru," pesan Rendi lembut, memastikan adiknya benar-benar siap menjalani hari."Iya, Kak. Nanti Kakak nggak usah jemput Lisa. Biar Bi Sumi aja yang ke sini. Kakak fokus kerja aja ya," balas Lisa. Ia menyambar lembut tas gendong yang sejak tadi ditenteng kakaknya.Awalnya Rendi tampak ragu. Lisa jarang sekali berkata seperti itu. Namun, tatapan mata bulat adiknya yang penuh keyakinan membuatnya luluh. Dengan senyum tipis, ia akhirnya mengangguk.Lisa pun mencium punggung tangan kakaknya dengan penuh hormat. Sebelum berbaur dengan gerom

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 49 DASAR TAK PEKA

    Arfan terus mengikuti langkah Syila menuju tempat mobilnya terparkir. Dia tak hanya menemani, tetapi juga memastikan sahabatnya sampai di sisi pintu dengan aman. Sesampainya di sana, dia menyerahkan tas selempang kecil milik Syila.“Terima kasih ya, Kak,” ucap Syila seraya menerima tasnya.“Ayo pulang!” titah Arfan singkat. Ekspresinya dingin, tetapi menyimpan kesan protektif yang hanya bisa diterka oleh Syila.Saat Arfan hendak membuka pintu untuknya, Syila buru-buru menahan gerakan tangannya. “Aku bisa buka sendiri, Kak,” tegur Syila dengan ramah.Arfan tidak memberi jawaban—hanya mengangguk singkat sebelum berbalik menuju sisi kemudinya. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat Syila merogoh tas dan mengambil ponselnya. Seketika, gadis itu tersenyum kecil saat membaca pesan di layar.Arfan menyipitkan mata, rasa penasaran berkelebat dalam benaknya. Siapa yang mengirimi Syila pesan sampai membuatnya tersenyum seperti itu?Sementara itu, Syila masih terpaku pada layar ponselnya. Sen

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 48 PERCAKAPAN INTIM

    Kini Rendi dan Syila sudah duduk bersisian di bangku taman rumah sakit. Bangku yang baru saja ditempati Syila beberapa saat lalu. Saat ini Rendi duduk di sebelahnya, dengan pandangan kosong yang tak beranjak dari lorong lobi rumah sakit. Ia terlihat gelisah, jemarinya terus mengusap-usap telapak tangannya sendiri, seolah mencari ketenangan dari kegelisahan yang tak terlihat.Syila meliriknya sekilas, tapi tak berkata apa-apa. Ia tahu ada yang ingin disampaikan Rendi, tapi lelaki itu tampaknya masih ragu untuk memulai. Suasana di sekitar mereka terasa sunyi meskipun di kejauhan terdengar sesekali suara langkah orang-orang yang berlalu lalang di lobi.“Saya nggak tahu, Syil,” akhirnya Rendi membuka suara, pelan dan berat. “Apakah langkah saya hari ini sudah bijak atau justru ceroboh.”Syila tak segera menanggapi. Ia memilih diam, membiarkan Rendi mengutarakan apa yang mengganjal di pikirannya tanpa tergesa-gesa.“Saya bertengkar hebat dengan pacar saya siang tadi,” lanjut Rendi, masih d

  • COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi    CHAPTER 47 MASALAH BARU

    “Non Shinta kecelakaan.” Suara itu masih menggema di telinga Rendi yang baru saja tiba di teras rumahnya. Kabar itu seolah petasan yang memekakkan telinganya. “Shinta celaka? Hah?” Rendi masih terperangah, tak percaya. Sore ini ia baru saja melepas kepergiannya dengan hati yang dipenuhi amarah, dan kini mendengar kabar bahwa Shinta kecelakaan—sesingkat itu? Sekujur tubuhnya mendadak memanas. Bi Sumi berdiri di hadapannya, wajahnya cemas. “Dia ada di Rumah Sakit Azzahro. Keluarganya bilang, Non Shinta sakit gara-gara Nak Rendi.” Guncangan menghantam dada Rendi, membuatnya terdiam sesaat. "Gara-gara Rendi? Kok bisa?" tanyanya, masih kebingungan. Tangannya otomatis mulai melepas kancing lengan kemeja panjangnya. Bi Sumi menggeleng, matanya tak lepas dari wajah Rendi yang mulai tampak tertekan. “Bibi juga nggak tahu pasti. Mungkin Nak Rendi lebih baik ke rumah sakit sekarang.” Rendi menatap Bi Sumi dengan tajam, berusaha menenangkan dirinya yang bergejolak. Tanpa berkata banyak, ia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status