![COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)
COMPLICATED LOVE; Gadis Sejengkal Mimpi
Marsyilaya Sukmawati, lebih akrab dipanggil Syila. Mahasiswa akhir kampus ternama di Universitas Negeri Cilacap (UNICILA) Kabupaten Cilacap. Duduk di bangku program studi Pendidikan Bahasa Inggris, ia bercita-cita menjadi guru bercap PNS atau minimal P3K di tingkat sekolah dasar. Rutinitasnya saat ini banyak direpotkan oleh skripsinya.
Syila, gadis berparas anggun dengan pipi mungil dan tinggi badan tak sampai 160 cm. Ia berasal dari keluarga sederhana bersama kedua orang tuanya dan seorang kakak laki-laki. Ia juga gadis modern yang punya pola pikir terbuka. Keluarganya ketat mendidiknya dengan sentuhan-sentuhan halus ajaran agama.
Perjalanannya meniti cita-cita tak semulus paras ayunya. Lika-liku dan medan terjal kerap menghadang niat dan tekad cita-citanya. Ujian bertubi-tubi dari berbagai arah hampir berkali-kali mematahkan semangatnya.
Lantas, sampai manakah Syila sanggup menghadapi rentetan cobaan hidup? Akankah ia tiba di titik impian yang didambakannya?
***
Rendika Rama Saputra, pemuda berusia dua puluh empat tahun yang banyak dicambuk kerasnya kehidupan. Ia tengah memulai karir di sebuah perusahaan peninggalan orang tuanya yang entah di mana keberadaannya. Ia memiliki seorang adik di bangku SD. Ia berjuang untuknya bersama seorang asisten rumah tangga yang telah menemaninya belasan tahun.
Pertemuannya dengan Syila menghadirkan warna baru di kehidupan hitam putihnya. Meski tak jarang bertengkar, ia menyadari kenyamanan bersama Syila. Semesta selalu menawarkannya celah bertemu dengan sang gadis.
Kehidupan Rendi yang kelam masih terus menggelayutinya. Urusan dengan kekasih kontrak tak sedikit menimbulkan masalah hebat di hidupnya. Dayanya kerap terkuras saat bermediasi dengan kekasih yang tak pernah dicintainya.
Kekelaman itu kian pekat tatkala kedua orang tuanya mendadak merebut adiknya. Tentu kali ini Rendi takkan membiarkan kemalangan terus menyapa hidupnya.
Lalu, bagaimana ia memadamkan ledakan-ledakan drama kehidupannya? Dapatkah ia menjumpai kebahagiaan juga ketenangan yang dinantikannya?
Read
Chapter: CHAPTER 55 DUA KALI DIKECEWAKAN Pukul 19.45, Arfan masih belum juga muncul di halaman rumah Rendi. Situasi kian mengguncang kesabaran Syila. Baru saja ia melakukan dua panggilan. Namun, benar-benar tak ada jawaban. Sedikit pesan pun tak diterima dari sahabatnya.Mata Syila mulai panas menahan emosi. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pandangannya beralih ke jalan depan rumah Rendi, berharap menemukan siluet Avanza yang dikenalnya. Angin malam berembus menusuk kulit, membawa aroma petrikor yang samar tercium. Jemarinya meremas kuat rok panjangnya, menyalurkan kekesalan yang kian memuncak.“Masih belum datang, Syil?”Suara Rendi membuat Syila menoleh. Lelaki itu baru saja keluar dari rumah setelah memastikan adiknya sudah makan malam. Syila hanya menggeleng pelan, tanda pasrah.Tanpa banyak kata, Rendi menyodorkan sebuah jaket berwarna army kepadanya. "Kamu nggak mau saya antar pulang aja?" tawarnya, suaranya lebih lembut dari biasanya.Syila menatap jaket itu sekilas, lalu mengabaikannya begitu saja
Last Updated: 2025-02-10
Chapter: CHAPTER 54 JANJI YANG TERLUPAKAN Adzan Maghrib telah berkumandang sejak lima belas menit yang lalu. Gerombolan burung telah terbang kembali ke sarang. Binatang-binatang malam mulai memamerkan suaranya, menyongsong terbitnya bulan. Langit malam ini tampak cerah, walaupun embusan dingin menusuk kulit.Syila masih duduk tenang di ruang tamu rumah Rendi sambil memainkan ponselnya. Baris teratas dari kolom pesannya menunjukkan nama “Kak Arfan || SMP.” Ia baru saja mengabari sahabatnya bahwa pelajaran telah selesai, ia siap dijemput. Balasan pesannya juga memperlihatkan kalau Arfan sudah sedang meluncur ke lokasi.Tak berselang lama, Rendi muncul dari kamarnya. Dia baru selesai melaksanakan shalat Maghrib.Sambil terus berjalan, Rendi menegur, “Arfan udah di jalan?”Syila berdiri—menyambut, “Udah.”Rendi mengangguk. Dia menawarkan agar Syila tetap menunggu penjemputnya di ruang tamu. Akan tetapi, Syila tak berkenan dan lebih nyaman menunggu di bangku teras. “Lagipula, kalau di sana kan saya bisa langsung tahu kalau Kak Ar
Last Updated: 2025-02-09
Chapter: CHAPTER 53 CERITA DI SEMANGKUK BUBURHari mulai menuju senja. Semburat jingga telah melambaikan sinarnya, mengisyaratkan malam segera berlayar. Saat ini, Syila sudah menyelesaikan tugasnya untuk mengajar Lisa. Ia senang bisa mentransfer pengetahuan yang dipelajarinya selama kuliah kepada orang lain. Apalagi Lisa sebenarnya anak yang cerdas. Dia mudah belajar hal-hal baru. Gadis kecil itu hanya kurang pendampingan dari orang-orang di sekitarnya.“Terima kasih ya, Kak. Kak Syila baiiiiikkk banget. Aku suka sama Kakak,” seru Lisa, matanya berbinar saat memeluk erat buku-bukunya.Syila tersenyum, meraih kepala Lisa dan mengusapnya lembut. “Sama-sama. Kakak juga suka. Semangat terus, ya!” pesannya."Kalau begitu Lisa ke kamar dulu ya. Daaah!" Lisa berlari ke kamarnya membawa buku pelajarannya tadi. Syila tersenyum melihat kepergian gadis kecil itu, lalu merapikan beberapa buku di meja. Syila melepas napas ringan, lalu menoleh ke arah Rendi yang duduk di sofa seberang. Sejak tadi, lelaki itu ikut menemani mereka belajar, ses
Last Updated: 2025-02-04
Chapter: CHAPTER 52 GELAGAT RASAPikiran Syila masih berputar perihal menerka gelagat tak biasa dari sahabat laki-lakinya. Bahkan setelah panggilan berakhir pun, logikanya tak dapat menemukan jawaban atas keheranannya. Oleh karena itu, ia memutuskan tak mengambil pusing percakapan tersebut dan fokus pada agendanya saat ini. Namun, alangkah terkejutnya saat dia berbalik badan, Rendi sudah berada di belakangnya."Arfan cemburu ya kamu ke sini?" tanya Rendi dengan ekspresi yang dingin.“Mas Rendi?!” Mata Syila membulat. “Dari tadi menguping?” tuduhnya kesal."Hmm... mungkin," jawab Rendi santai.Syila mendengus pelan, ekspresinya semakin muram."Udah, saya nggak bakal tanya macam-macam. Ayo masuk!" ajak Rendi, setengah menyeret langkahnya.Syila akhirnya menurut.Begitu masuk, Rendi kembali memperkenalkan Syila kepada Lisa. Ia menjelaskan bahwa mulai sekarang, Syila akan menggantikan Alyaa sebagai guru privat Lisa. Alyaa mengangguk membenarkan.Lisa tampak senang. Setidaknya, ia masih bisa belajar di rumah dengan seseor
Last Updated: 2025-02-02
Chapter: CHAPTER 51 CEMBURU TAK KASAT MATA Waktu seolah bergulir tanpa henti. Siang yang terik menggantikan sejuknya pagi, lalu berangsur meredup menuju sore. Jalanan disesaki kendaraan pribadi yang bergegas pulang dari kantor, sedangkan angkutan umum berdesakan dengan para penumpang yang ingin segera sampai ke tujuan. Hiruk-pikuk kota seolah menjadi irama rutin yang menemani kepulangan banyak orang.Di dalam sebuah taksi yang melaju perlahan di antara padatnya lalu lintas, Syila duduk berdampingan dengan Alyaa. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Rendi, menyelesaikan sebuah urusan yang tak bisa ditunda. Suasana dalam taksi terasa nyaman meski laju kendaraan sesekali tersendat akibat kepadatan jalanan. Untuk mengusir kejenuhan, mereka mulai bercakap-cakap."Aku masih heran, kamu bisa berubah pikiran dan akhirnya terima tawaran aku," ujar Alyaa tiba-tiba, memecah keheningan.Syila menoleh, menatap sahabatnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Aku juga nggak menyangka akan setuju. Tapi ada satu hal yang bikin aku akhirnya
Last Updated: 2025-02-01
Chapter: CHAPTER 50 TABIR BAHAGIA RENDIKeesokan harinya, matahari tak malu-malu menampakkan sinar kuningnya di pagi hari. Gerombolan awan menghiasi langit, melukiskan suasana pagi yang lebih sejuk. Kicauan burung bersahutan, menambah syahdu pesona pagi yang perlahan menggeliat dari kantuknya.Di tengah pagi yang cerah itu, Rendi baru saja mengantarkan adiknya ke sekolah. Ia berdiri di sisi kanan gerbang, mengawasi Lisa yang bersiap memasuki area sekolah."Sekolah yang benar! Dengarkan kata Bu Guru," pesan Rendi lembut, memastikan adiknya benar-benar siap menjalani hari."Iya, Kak. Nanti Kakak nggak usah jemput Lisa. Biar Bi Sumi aja yang ke sini. Kakak fokus kerja aja ya," balas Lisa. Ia menyambar lembut tas gendong yang sejak tadi ditenteng kakaknya.Awalnya Rendi tampak ragu. Lisa jarang sekali berkata seperti itu. Namun, tatapan mata bulat adiknya yang penuh keyakinan membuatnya luluh. Dengan senyum tipis, ia akhirnya mengangguk.Lisa pun mencium punggung tangan kakaknya dengan penuh hormat. Sebelum berbaur dengan gerom
Last Updated: 2025-01-31