Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 25)#Seputih_Cinta_AmeliaSujud Syukur Setelah bersalaman dan saling sebut nama, Dokter Dody mendudukkan Brian di sebelahku. Dadaku bergemuruh. Jadi apakah artinya ada kabar gembira untukku?“Wah, suatu kehormatan nih, Dok, saya bisa diajak masuk.”“Ya karena ini kabar gembira untuk kita semua,” ujar Dokter Dody, ia kemudian menatapku.Uh, seandainya saja bukan karena teman lama, sungguh aku tak enak mengajak Brian masuk. Kekhawatiran itu tetap menghantui.“Mel, ini sebenernya sebuah anomali kamu, ya. Tapi keajaiban akan selalu ada.” Kali ini Dokter Dody berucap serius.“Setelah pemeriksaan darah beberapa bulan lalu untuk mengukur tingkat hormon yang kamu miliki, kita terhenti di pertemuan berikut-berikutnya, karena Amel nih, Sob, belum berani datang lagi mengecek hasil,” ucapnya mengarah kepada Brian, memberi tahu.“ Alhamdulillah akhirnya kemarin Amel mereply dan mau buat janji temu.”“Ya, karena harus berani mengalahkan ketakutan kita sendir
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (26)#Seputih_Cinta_Amelia~Fadil Lelaki yang Tepat Untukmu, Mel~Rinai hujan mengiringi perjalanan ke kantor pagi ini. Wiper terus bergerak mengimbangi tetesan hujan yang jatuh pada permukaan kaca depan mobil.Bersyukur, jalanan masih tidak terlalu padat, sehingga bisa sampai ke kantor lebih pagi. Aku harus membereskan beberapa hal sebelum besok pergi ke Bandung, menyelesaikan list to do di sana yang lumayan terjeda karena urusan pribadi yang lumayan menyita waktu akhir-akhir ini.Sebaiknya aku kabari Brian perihal keberangkatanku. Setidaknya ia tahu aku sedang tidak di Jakarta untuk beberapa waktu. Sudah dua minggu aku tidak bertemu dengannya. Kelihatannya ia pun sedang sibuk dengan pekerjaannya. Satu hal yang menenangkan, setiap habis Isya ia meneleponku hanya untuk bertanya kabar dan memastikan aku baik-baik saja. Setelahnya ia tak menggangguku seharian sampai malam tiba kembali. Ia cukup mengerti kesibukanku.Tentunya akupun menghargai kesibukan B
~ Reo dan Brian Bertemu! (27)~“Silahkan usir aku dengan kebahagiaan yang kamu miliki saat ini. Tapi tolong jangan lupakan senyum terakhir kepergianku, karena di sana telah kurangkum semua rasa tentangmu.” (Reo)“Ya, kita berdoa saja, sisanya pasrahkan sama yang memberi takdir,” jawab Papa lugas. Lalu Setelah berbasa basi sebentar, keluarga tamu pergi meninggalkan tempat.“Mel, kamu nggak balik kantor? Mama mau ke kantor sebentar, yuk!” Mama menggamit lenganku. “Sebentar, Ma.” Aku kehilangan jejak Brian sejak beberapa menit lalu.“Kamu ngapain, sich? Oh, cari temen kamu tadi, ya?”“Iya, Ma. Tunggu sebentar.”“Emang dia siapa kamu, sich, Mel ...? Jangan macem-macem, ah. Mama udah kenalin kamu sama orang yang tepat. Cakep wajahnya, cakep masa depannya, dan yang pasti dia masih bujang. Jadi kamu nggak akan terganggu oleh masa lalunya.”“Ma, tapi jangan di kenal-kenalin kayak gini kenapa, Ma. Sebenernya Amel malu.”“Mama khawatir sekali sama kamu, Mel. Sejak kamu pisah dengan Reo. Belum
Adam, dia mengutarakan isi hatinya padaku! ~Bukan karena ada cinta masa lalu, kemudian enggan untuk mengakhiri. Hanya saja jika tak ada yang harus dipertahankan lagi, untuk apa harus dijaga.~ (Amelia)Biarlah, lebik baik aku pergi ke Bandung sendiri. Tanpa harus ditemani Brian. Ternyata Reo selama ini memata-mataiku. Dia sampai sudah tahu sejauh apa aku dengan Brian. Entah apa tujuannya. Apa dia sedang mencari cara agar aku tak bisa dengan mudah bercerai dengannya. Dia akan melaporkan ke pengadilan Agama bahwa aku telah berselingkuh sebelum benar-benar bercerai dengannya. Ah, begitu rumit. Kenapa harus sejauh ini kondisi yang kamu buat untukku Reo. Kamu yang berkhianat, kamu yang pergi dan aku hanya mencari penghibur lara atas sakit yang telah kau buat. Sekarang engkau malah tusuk semakin tajam belati itu ke dalam jantungku.Aku mengemasi pakaian seadanya. Menunggu waktu Ashar tiba. Setelah itu gegas pergi dari sini. Berharap pekerjaan-pekerjaan di sana bisa mengalihkan nyeri yang
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_Amelia~Selamat Menanggung Akibatnya, Reo, Raya~~Malam begitu cepat datang menyergapku. Padahal baru saja aku hendak memberi cerah pada harimu, menatap kebahagiaan pada malaikat kecil yang di matanya memberi harap, bahwa akan ada masa depan indah untuk kita di sana.~ (Reo)[Aku akan ke Bandung, Mel. Kamu tak ada kabar. Itu sangat-sangat membuatku khawatir.]Brian, lelaki ini benar-benar butuh jawabanku.[Nggak usah, Bri. Tolong beri waktu dan ruang untukku. Aku sedang tidak ingin di ganggu.][Kamu sedang sibuk bekerja? Syukurlah. Terima kasih, Mel. Kamu sudah mau menjawab pesanku. Ini sangat melegakan.][Untuk saat ini, jangan kontak atau ganggu aku dulu. Sampai waktunya memang tepat. Aku akan fokus pada pekerjaan juga perceraianku, Bri.][Tapi aku rindu. Sejak melihatmu menangis kemarin. Aku terus memikirkanmu. Aku khawatir, juga rindu ... ]Please Brian, jangan buat aku semakin dalam memendam rasa. Aku tak ingin terlalu jauh jatuh ci
~Ketuk Palu~ (30)~Aku ingin bersandar pada pohon-pohon di taman yang menyejukkan dan kicau burung-burung di atasnya yang memberi harmoni, lalu biarkan hati kita bernyanyi tentang cinta yang tak lagi mudah.~ (Brian)“Bu, Raya akan di bawa ke ruangan operasi.”Aku menolehkan wajah.“Maaf saya menggangu Ibu. Saya pikir barangkali Ibu ingin mengantarnya sampai pintu ruang operasi?”“Tidak. Biarkan saja. Aku sedang ingin menikmati kesendirianku di sini.”“Baik, Bu. Apa ibu akan pulang? Biar saya hubungi sopir.”“Jangan dulu. Masih ada yang harus aku selesaikan, Ran.”“Baik, bu. Hubungi saya kalau ibu perlu bantuan. Saya ijin pulang ke rumah dulu. Dan siap datang jika ibu memerlukan.”“Oke, pulang dan istirahat, Ran. Terima kasih, ya.”Rany pergi meninggalkanku sendiri di sudut ruang.***“Mel, kamu di sini?”Suara Mama mengagetkan lamunanku.“Duh, Nak, kemana aja, sich, kamu? Mama kangen tauk.”Aku memeluknya. Mama menyentuh dan mengelus satu persatu bagian tubuhku. Mama memperlakukanku b
~How About Dinner With Me? ~[Mel, how about dinner with me, tonite?”]Pesan dari Brian. Baru saja aku memikirkannya, dan dia mengirim pesan untukku. Selalu ada kebetulan yang terjadi antara aku dan Brian. Dari dulu, dari sejak usiaku belasan.[Bri, apa kabar?][Baik. Kamu sehat? Apa ada yang harus saya lakukan untukmu?][Aku sehat. Nggak ada, aku baik-baik saja.][apakah aku masih belum boleh menemuimu?][Belum.] kusematkan emot senyum setelahnya.[Manis senyumnya.][Sudah tahu ‘kan?][Iya, tapi senyum yang kali ini, di ikuti bling-bling di mata. Jadi makin manis aja ngeliatnya][Hmm, bisa lihat?][telepati kita kuat.] ia bubuhkan senyum di akhir kalimat.[Jadi kamu bisa merasakan yang aku rasakan?][karena itulah aku mengontakmu, karena aku tahu kamu sedang rindu.]Aku tergelak membacanya. [kamu rindu?][sangat. So can i?]Brian mengajakku dinner malam ini. Sementara ini sudah pukul empat sore. Aku tadi kepikiran akan menghubunginya dua tiga hari lagi. [Mel ....]Aku membuka lemar
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 30)#Seputih_Cinta_Amelia~ Pendekatan ke Mama ~Tak lama Lelaki itu menaruh bayi yang masih menangis ke dalam strollernya. Lalu pergi ke dalam meninggalkan mereka. Lelaki itu bukan salah satu adik atau kakak Raya. Siapa dia? Bukankah Raya di rumah sendirian? Apakah ada Yu Sopinah di situ? Terlalu lama aku diam, belum juga kudapatkan informasi lainnya. Aku menekan tombol handphone. Menelepon seseorang.“Tolong kabari saya, ya.” Kuakhiri percakapan, lalu melaju pulang.***Mama sudah dirumah ketika aku sampai. “Mel, baru pulang kamu? Tumben agak sorean?”“Iya, Ma, ada beberapa pekerjaan yang harus Amel selesaikan.”“Mama sudah masak sup jamur kesukaanmu, Mel.”“Ya, Allah, Ma. Mama memang datang jam berapa, udah jadi aja, mama masak?”Aku mengelus-elus bahu Mama. Rupanya Mama tidak hanya masak sup jamur. Di meja makan sudah tersaji banyak hidangan.“Ya, Mama lagi semangat. Kalo mood lagi baik gini, bawaanya pengen masak aja.”Aku tergelak. Ka