Dalam waktu satu jam, Juliete Aaron tiba di kantor polisi. Mahasiswa perempuan itu sangat marah dan memaki-maki petugas kepolisian. Mendapati ada Mary Aram yang sedang diinterogasi didampingi oleh pengacaranya, ia langsung menghampiri dan menarik rambut Mary Aram."Perempuan murahan, berani sekali kau berperang melawanku!""Oh! Tentu saja berani!" Reaksi tidak terduga Mary Aram mengejutkan seisi ruangan. Wanita lemah lembut itu mencengkram lengan Juliete Aaron, lalu dengan sigap ia bangkit dan membanting Juliete Aaron ke lantai."Nona kendalikan dirimu!" Petugas polisi segera menjauhkan Mary Aram dari Juliete Aaron. Namun Mary Aram erat memeluk lengan pengacaranya, ia tidak bergeser dari tempatnya."Ayahmu telah lancang mengangkat daguku dan menghinaku dengan kata-kata mesumnya," sejenak Mary Aram tertawa menyeringai, matanya berkilat-kilat nakal. Ia mengangkat dagu Juliete Aaron dengan ujung sepatunya."Tuan Benhard Aaron, apakah kau tidak menyesal menjadikanku ratu dalam istanamu? A
Penjelajahan itu semakin merambah ke area terlarang, menciptakan denyut. Kemudian berlanjut naik memacu debaran jantung bagaikan debur ombak menderu di lautan.Sebersit perasaan malu menguasai hati, ketika tubuh pria melekat bagai selimut menguasai tubuh. Berat Dan hangat!Terasa sesuatu menggeliat mengetuk pintu istana misteri. Benda padat yang mengganjal itu perlahan mendesak, dalam sekali hentakan ia menikam, menembus masuk hingga menyentuh dinding.Pergerakan kuat benda padat itu, begitu dalam terbenam di tengah denyutan.'Kakak besar?' Mary Aram tersentak, napasnya seakan berhenti sejenak. 'Bagaimana bisa aku teringat kakak Besar?'Mary Aram memperbaiki posisi tidurnya yang tidak nyaman. Ia berusaha untuk beradaptasi dalam keheningan dan dinginnya ruang tahanan.Terngiang bisikan lembut menyentuh kalbu begitu jelas terdengar membangkitkan hasrat. Seiring berjalannya waktu, bisikan lembut itu berubah menjadi geraman kegagahan yang menggetarkan jiwa."Hei! Sangat memalukan, aku men
"Mengandung? Yang benar saja Dokter? Selama ini Mary Aram tidak menunjukkan tanda-tanda sedang mengandung?"Boa Moza sangat terperanjat mendengar berita yang tidak terduga, kepalanya berdenyut pusing seketika."Ya, Tuan Boa Moza. Usia kandungan nyonya muda sudah menginjak enam bulan.""Bagaimana mungkin tiba-tiba ada janin usia enam bulan di dalam perut Mary Aram? Bentuk tubuhnya juga tidak berubah? Hanya saja nafsu makan memang besar.""Tidak semua wanita mengandung menunjukkan tanda-tanda mengandung. Nyonya muda, wanita yang tangguh, jadi wajar saja tidak menyadari jika sedang mengandung.""Serahkan surat ini kepada pihak kepolisian," Dokter mengulurkan sepucuk surat."Pelanggaran nyonya muda hanya pelanggaran ringan. Mengingat sedang hamil, nyonya muda bisa mendapatkan dispensasi tidak perlu menjalani hukuman kurungan. Cukup dikenakan wajib lapor saja.""Oh terimakasih dokter," Boa Moza menarik napas lega mendapatkan surat pengantar kesehatan.Tidak terbayang, betapa menderitanya
"Ada apa Mary Aram? Mengapa kau gelisah?" Boa Moza memijat telapak tangan Mary Aram."Entahlah Paman, hatiku merasa tidak nyaman. Sekujur tubuhku terasa merinding.""Kau akan baik-baik saja Mary Aram. Lihat! Kakak besarmu datang menjemput, ia mencemaskan dirimu.""Kakak besar? Paman bagaimana aku harus menjelaskan pada kakak besar, bahwa aku tidak bisa menggenapinya janjiku? Dan aku juga sangat malu telah melakukan hal terlarang bersamanya.""Katakan saja apa yang ada di dalam hatimu, tentu kakak besarmu mau mengerti."Mary Aram menarik napas panjang, tubuhnya tiba-tiba menjadi dingin dan kaku."Mary Aram! Mary Aram! Bangun!" Boa Moza menepuk pipi Mary Aram."Paman, aku sangat takut. Sesuatu yang gelap datang menekanku, aku merasa sesak dan pilu," di sela-sela sesak napasnya, Mary Aram berusaha untuk menekan rasa takutnya."Tuan Boa Moza, bisakah anda memangku tuan kecil? Aku hendak mengurus nona," perawat meletakkan Hegan Boa ke pangkuan Boa Moza."Oh iya!" Boa Moza mendekap Hegan Bo
Kegelapan itu terasa begitu berat menghimpit, menciptakan kengerian yang sangat. Sayup-sayup terdengar suara tiupan terompet, makin lama Makin jelas.'Suara terompet? Perayaan bulan purnama?'Suara terompet itu kembali terdengar, disertai tambur ditabuh bersahut-sahutan. Dan alat musik tradisional juga terdengar mengiringi suara tambur dan terompet.'Apakah ini di Muara Mua? Mengapa begitu sangat mencekam? Apakah yang sebenarnya terjadi?'"Ah! Siapa kau? Lepaskan tanganku!"Tangan itu begitu kuat menggenggam, serta menarik tangan Mary Aram keluar dari sebuah pondok menuju ke tempat yang lebih gelap."Aku mohon, lepaskan aku!"Sosok itu begitu kekar dan tinggi, langkahnya lebar menyeret Mary Aram menuju ke arah sungai besar.Meski sesekali jatuh tersungkur, sosok itu terus menyeret Mary Aran hingga ke pinggir sungai."Naik ke perahu! Dan jangan membantah!" Suara membentak disertai dorongan membuat tubuh Mary Aram terjungkal ke dalam sebuah perahu."Siapa kau? Kau sangat kasar," perasaa
"Joseph Boa, bantu Kakak menjaga Mary Aram. Kakakmu Emily Bong Moja kondisinya sedang tidak baik, bisa jadi ini adalah hari-hari terakhirnya. Kakak tidak ingin hari-hari terakhirnya itu terlewat begitu saja."Raut wajah dokter Felix Aram penuh kesedihan, sebab istri yang begitu dicintainya sedang di ujung hari terakhir.Dokter itu mengecup bayinya, penuh kasih yang mendalam, "Nak menurutlah pada paman, ayah harus menemani hari-hari terakhir ibu.""Baik Kakak. Namun bagaimana jika Mary Aram lapar atau mandi?" Boa Moza segera merapikan tugas-tugas sekolahnya."Ibu yang akan memandikan dan menyiapkan susu, kau hanya menjaganya saja.""Kakak jangan cemas, aku akan mengasuh Mary Aram dengan baik. Ibu sudah sibuk mengurus toko obat, akan lelah jika harus mengasuh Mary Aram.""Anak hebat, Mary Aram pasti bangga memiliki paman yang hebat."Tuan besar Felix Aram meletakkan Mary Aram kecil di pembaringan Boa Moza yang luas. Pembaringan Boa Moza berupa kasur lebar berisi kapuk atau bunga pohon Ra
"Kakak pertama, bisakah kakak membawa ibu ke St John? Aku akan segera menikahi Mary Aram, kakak kedua sedang mencarikan hari baik untuk pernikahan."["Mengapa tidak kau dan Mary Aram saja yang pulang ke Muara Mua?" Terdengar suara tuan besar Ferdinand Aram. "Bukankah lebih baik mengadakan perayaan pernikahan di Muara Mua?"]Tuan Besar Ferdinand Aram adalah kepala keluarga besar Boa Moza Aram, yang merupakan kakak kandung tuan besar Felix Aram."Kondisi mental Mary Aram, tidak memungkinkan ia melakukan perjalanan jauh. Terlebih lagi, ia sedang mengandung."["Ibu sudah tua, akan melelahkan bila menempuh perjalanan jauh."]"Bukankah naik pesawat dari kota Fontana, akan lebih cepat sampai ke St John? Muara Mua ke Fontana hanya 30 menit perjalanan mobil."["Baiklah, kakak akan meminta ibu untuk membawa pakaian pengantin serta ramuan herbal. Ada jadwal penerbangan menuju St John malam ini, kami akan tiba menjelang pagi."]"Mary Aram sudah memiliki pakaian pengantin, aku sudah membelinya di k
Semilir angin dingin di atas menara utara, serta pemandangan Kota St John di waktu malam seharusnya dapat membuat hati sedikit nyaman. Namun tidak demikian bagi Mary Aram. Justru suasana hatinya semakin sendu.Lagu penyejuk jiwa mengalun, menandakan pergantian tugas para petugas kesehatan dan karyawan rumah sakit.Entah mengapa? Belakangan ini dirinya tidak nyaman dengan datangnya petang. Sesuatu yang menyakitkan serta kesedihan mendalam, selalu merayap di hati menciptakan kepahitan.Dahulu ia suka bermanja-manja dengan ayah atau pamannya ketika matahari menjelang terbenam. Kehangatan cinta kasih ayah dan paman selalu berlimpah ketika menjelang petang.Namun hari-hari belakangan ini, terbenamnya matahari terasa sangat memilukan, dingin, sepi, dan menakutkan. "Tuhan, jika kau izinkan cawan kepahitan ini berlalu daripadaku," kesesakan hati itu begitu mencengkram hingga menekan ke jantung."Aku tidak sanggup meminumnya. Perasaanku begitu sesak, ketakutan besar selalu membayangiku.""Anda