Home / Romansa / CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA / Bab 80. Anugerah Di Waktu Tidak Tepat

Share

Bab 80. Anugerah Di Waktu Tidak Tepat

Author: Lona O'S
last update Last Updated: 2023-05-04 02:13:50

"Mengandung? Yang benar saja Dokter? Selama ini Mary Aram tidak menunjukkan tanda-tanda sedang mengandung?"

Boa Moza sangat terperanjat mendengar berita yang tidak terduga, kepalanya berdenyut pusing seketika.

"Ya, Tuan Boa Moza. Usia kandungan nyonya muda sudah menginjak enam bulan."

"Bagaimana mungkin tiba-tiba ada janin usia enam bulan di dalam perut Mary Aram? Bentuk tubuhnya juga tidak berubah? Hanya saja nafsu makan memang besar."

"Tidak semua wanita mengandung menunjukkan tanda-tanda mengandung. Nyonya muda, wanita yang tangguh, jadi wajar saja tidak menyadari jika sedang mengandung."

"Serahkan surat ini kepada pihak kepolisian," Dokter mengulurkan sepucuk surat.

"Pelanggaran nyonya muda hanya pelanggaran ringan. Mengingat sedang hamil, nyonya muda bisa mendapatkan dispensasi tidak perlu menjalani hukuman kurungan. Cukup dikenakan wajib lapor saja."

"Oh terimakasih dokter," Boa Moza menarik napas lega mendapatkan surat pengantar kesehatan.

Tidak terbayang, betapa menderitanya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 81. Cinta Menyulut Bara Api

    "Ada apa Mary Aram? Mengapa kau gelisah?" Boa Moza memijat telapak tangan Mary Aram."Entahlah Paman, hatiku merasa tidak nyaman. Sekujur tubuhku terasa merinding.""Kau akan baik-baik saja Mary Aram. Lihat! Kakak besarmu datang menjemput, ia mencemaskan dirimu.""Kakak besar? Paman bagaimana aku harus menjelaskan pada kakak besar, bahwa aku tidak bisa menggenapinya janjiku? Dan aku juga sangat malu telah melakukan hal terlarang bersamanya.""Katakan saja apa yang ada di dalam hatimu, tentu kakak besarmu mau mengerti."Mary Aram menarik napas panjang, tubuhnya tiba-tiba menjadi dingin dan kaku."Mary Aram! Mary Aram! Bangun!" Boa Moza menepuk pipi Mary Aram."Paman, aku sangat takut. Sesuatu yang gelap datang menekanku, aku merasa sesak dan pilu," di sela-sela sesak napasnya, Mary Aram berusaha untuk menekan rasa takutnya."Tuan Boa Moza, bisakah anda memangku tuan kecil? Aku hendak mengurus nona," perawat meletakkan Hegan Boa ke pangkuan Boa Moza."Oh iya!" Boa Moza mendekap Hegan Bo

    Last Updated : 2023-05-04
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 82. Menghentikan Suatu Depresi

    Kegelapan itu terasa begitu berat menghimpit, menciptakan kengerian yang sangat. Sayup-sayup terdengar suara tiupan terompet, makin lama Makin jelas.'Suara terompet? Perayaan bulan purnama?'Suara terompet itu kembali terdengar, disertai tambur ditabuh bersahut-sahutan. Dan alat musik tradisional juga terdengar mengiringi suara tambur dan terompet.'Apakah ini di Muara Mua? Mengapa begitu sangat mencekam? Apakah yang sebenarnya terjadi?'"Ah! Siapa kau? Lepaskan tanganku!"Tangan itu begitu kuat menggenggam, serta menarik tangan Mary Aram keluar dari sebuah pondok menuju ke tempat yang lebih gelap."Aku mohon, lepaskan aku!"Sosok itu begitu kekar dan tinggi, langkahnya lebar menyeret Mary Aram menuju ke arah sungai besar.Meski sesekali jatuh tersungkur, sosok itu terus menyeret Mary Aran hingga ke pinggir sungai."Naik ke perahu! Dan jangan membantah!" Suara membentak disertai dorongan membuat tubuh Mary Aram terjungkal ke dalam sebuah perahu."Siapa kau? Kau sangat kasar," perasaa

    Last Updated : 2023-05-05
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 83. Denyut Yang Mengesankan

    "Joseph Boa, bantu Kakak menjaga Mary Aram. Kakakmu Emily Bong Moja kondisinya sedang tidak baik, bisa jadi ini adalah hari-hari terakhirnya. Kakak tidak ingin hari-hari terakhirnya itu terlewat begitu saja."Raut wajah dokter Felix Aram penuh kesedihan, sebab istri yang begitu dicintainya sedang di ujung hari terakhir.Dokter itu mengecup bayinya, penuh kasih yang mendalam, "Nak menurutlah pada paman, ayah harus menemani hari-hari terakhir ibu.""Baik Kakak. Namun bagaimana jika Mary Aram lapar atau mandi?" Boa Moza segera merapikan tugas-tugas sekolahnya."Ibu yang akan memandikan dan menyiapkan susu, kau hanya menjaganya saja.""Kakak jangan cemas, aku akan mengasuh Mary Aram dengan baik. Ibu sudah sibuk mengurus toko obat, akan lelah jika harus mengasuh Mary Aram.""Anak hebat, Mary Aram pasti bangga memiliki paman yang hebat."Tuan besar Felix Aram meletakkan Mary Aram kecil di pembaringan Boa Moza yang luas. Pembaringan Boa Moza berupa kasur lebar berisi kapuk atau bunga pohon Ra

    Last Updated : 2023-05-05
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 84. Kepahitan Dalam Hati

    "Kakak pertama, bisakah kakak membawa ibu ke St John? Aku akan segera menikahi Mary Aram, kakak kedua sedang mencarikan hari baik untuk pernikahan."["Mengapa tidak kau dan Mary Aram saja yang pulang ke Muara Mua?" Terdengar suara tuan besar Ferdinand Aram. "Bukankah lebih baik mengadakan perayaan pernikahan di Muara Mua?"]Tuan Besar Ferdinand Aram adalah kepala keluarga besar Boa Moza Aram, yang merupakan kakak kandung tuan besar Felix Aram."Kondisi mental Mary Aram, tidak memungkinkan ia melakukan perjalanan jauh. Terlebih lagi, ia sedang mengandung."["Ibu sudah tua, akan melelahkan bila menempuh perjalanan jauh."]"Bukankah naik pesawat dari kota Fontana, akan lebih cepat sampai ke St John? Muara Mua ke Fontana hanya 30 menit perjalanan mobil."["Baiklah, kakak akan meminta ibu untuk membawa pakaian pengantin serta ramuan herbal. Ada jadwal penerbangan menuju St John malam ini, kami akan tiba menjelang pagi."]"Mary Aram sudah memiliki pakaian pengantin, aku sudah membelinya di k

    Last Updated : 2023-05-06
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 85. Ketakutan Yang Menekan

    Semilir angin dingin di atas menara utara, serta pemandangan Kota St John di waktu malam seharusnya dapat membuat hati sedikit nyaman. Namun tidak demikian bagi Mary Aram. Justru suasana hatinya semakin sendu.Lagu penyejuk jiwa mengalun, menandakan pergantian tugas para petugas kesehatan dan karyawan rumah sakit.Entah mengapa? Belakangan ini dirinya tidak nyaman dengan datangnya petang. Sesuatu yang menyakitkan serta kesedihan mendalam, selalu merayap di hati menciptakan kepahitan.Dahulu ia suka bermanja-manja dengan ayah atau pamannya ketika matahari menjelang terbenam. Kehangatan cinta kasih ayah dan paman selalu berlimpah ketika menjelang petang.Namun hari-hari belakangan ini, terbenamnya matahari terasa sangat memilukan, dingin, sepi, dan menakutkan. "Tuhan, jika kau izinkan cawan kepahitan ini berlalu daripadaku," kesesakan hati itu begitu mencengkram hingga menekan ke jantung."Aku tidak sanggup meminumnya. Perasaanku begitu sesak, ketakutan besar selalu membayangiku.""Anda

    Last Updated : 2023-05-10
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 86. Lenyapnya Separuh Jiwa

    "Anakku!" Jantung Amar Mea Malawi melonjak. Jiwanya seakan memberontak meninggalkan raganya, ketika melihat darah mengalir membasahi kaki Mary Aram.Tanpa berpikir panjang Amar Mea Malawi, mengangkat tubuh Mary Aram dan membawanya turun menuju Emergency Room.'Astaga! Seharusnya aku tidak datang kemari,' Amar Mea Malawi benar-benar dilanda ketakutan. Ia takut jika anak yang di dalam kandungan Mary Aram gugur.'Benar-benar bodoh kau, Amar Mea Malawi!' pria itu mempercepat langkahnya. "Turunkan aku!" Desis Mary Aram. Meski lemah tanpa kekuatan, tangannya yang dingin mencengkram lengan Amar Mea Malawi."Diam!" Hardik Amar Mea Malawi. "Baik! Kita bercerai! Asalkan nyawa anakku selamat!""Anak? Anak siapa? Aku tidak menginginkan anak darimu!" Dengan mata penuh kebencian Mary Aram berusaha melawan rasa takutnya, menatap Amar Mea Malawi."Diam kataku!" Emosi Amar Mea Malawi hendak meledak mendengarnya, namun ia berusaha menekannya demi keselamatan anaknya."Siapapun! Tolong aku!" Pria itu te

    Last Updated : 2023-06-17
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 87. Keputusan Berat

    "Mary Aram, aku tidak tahu bagaimana harus menjalani kehidupanku di kemudian hari? Tidak semudah itu melepas dan melupakanmu.""Apakah tidak ada sedikitpun cinta untukku? Begitu besarkah, rasa bencimu kepadaku?""Apakah tidak ada kesempatan untukku memperbaiki keadaan?" Amar Mea Malawi benar-benar patah hati. Andai dirinya bisa mengendalikan rasa cemburunya, mungkin rumah tangganya berjalan dengan tentram. "Tuan Muda, tuan Sahu Mea Malawi ayah anda, melarang anda menahkodai kapal. Sebaiknya beristirahatlah, perjalanan ke St Martin masih panjang," nahkoda kapal hendak menggantikan kemudi. "Tidak masalah, jangan cemaskan aku," Amar Mea Malawi bersikeras mengemudikan kapal. "Setiba di daratan, aku akan beristirahat di hotel."Kapal berlayar melintasi samudra Hindia menuju ke pulau Timur. Untuk sampai ke kota St Martin, harus menempuh 8 jam perjalanan laut dan 12 jam perjalanan darat. Pukul dua siang, tampak pelabuhan besar kota Partiz, ujung barat dari pulau Timur. Pelabuhan megah itu

    Last Updated : 2023-06-17
  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 88. Dalam Lembah Putus Asa

    Pukul dua dini hari, saat dimana para pengendara berada pada titik lelahnya. Mobil itu melaju kencang keluar dari jalan raya, dan melesat menabrak kereta api pengangkut tebu. Suara benturannya keras, memecah keheningan tengah malam. Meski kereta api berjalan lambat, namun desakannya menyeret mobil hingga 50 meter sebelum akhirnya terguling masuk ke persawahan tebu. Pengendaranya seketika tidak berkutik di persawahan tebu.Peristiwa itu cukup mencekam! Membuat sebagian dari pengendara menghentikan laju kendaraan. Beberapa pengendara turun dari mobil, satu diantaranya menelepon polisi.Sedang pengendara lainnya menelusuri rel kereta api memberi pertolongan. Selebihnya hanya diam terpaku tanpa mampu berkata-kata.Udara St Martin begitu dingin, kabut menyelimuti persawahan tebu."Anda baik-baik saja Tuan?" Dari kaca jendela yang pecah, seseorang mengulurkan tangan mematikan mesin mobil dan membuka pintu."Mary Aram…, Mary Aram…" Dalam keadaan setengah sadar, pengendara itu bergumam. "Te

    Last Updated : 2023-06-17

Latest chapter

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 99. Teka-Teki

    "Mary Aram?" Boa Moza terkejut menatap ambang pintu utama rumah persemayaman jenazah. "Bukan kah yang di sana tadi, Mary Aram?"Boa Moza menoleh menatap perawat Patsy, dengan tatapan tidak mengerti. Perawat Patsy juga masih tertegun bingung, dengan apa yang dilihatnya. "Ya, benar! Yang barusan kita lihat adalah Nona Besar!" Perawat Patsy segera berlari menuju pintu utama rumah persemayaman. "Cepat sekali menghilang? Tidak ada siapa-siapa di luar?"Sejenak ia menjelajahi taman kecil di depan rumah persemayaman jenazah. Tidak ada siapa pun di sekitar taman. Tanpa banyak bicara Boa Moza kembali ke ruangan Mary Aram di rawat. "Mary Aram, kau membuatku ikut terkena serangan jantung!"Langkah lebarnya, mempersingkat waktu. Sesampai di ruang perawatan Mary Aram, tirai merah telah disingkirkan. Sebab jenazah tuan besar Felix Aram telah dipindahkan ke gedung persemayaman jenazah."Mary Aram? Kau telah bangun?" Boa Moza menggeser pintu dan menyibak tirai pemisah ruangan.Seorang perawat me

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 98. Duka Yang Mencekik

    "Tuan Besar Boa Moza! Dokter Felix Aram telah berpulang kepada SANG PENCIPTA, tiga puluh menit yang lalu," seorang dokter senior menandatangani selembar kertas. "Maafkan kami, Tuan Besar Boa Moza," dokter senior membungkuk memberi hormat, tanda berduka."Tidak mungkin!" Boa Moza sangat terkejut. Sebab tidak ada tanda-tanda atau firasat jika kakaknya itu akan berpulang kepada Yang Maha Agung SANG PENCIPTA."Kakakku tidak mungkin meninggal! Semalam kami berbincang santai, bahkan kakakku bercanda dengan cucu-cucunya," Boa Moza tidak percaya apa yang dilihat dan didengarnya. "Kakakku itu tertawa bahagia saat menidurkan anak dokter Miseaz di pangkuannya.""Kesedihan mendalam akan nona besar Aram dan tuan muda Mea Malawi putra adatnya, merupakan tekanan berat bagi dokter Felix Aram. Hal itu memicu terjadinya serangan jantung.""Sekali lagi! Ini tidak mungkin!" Boa Moza sangat terpukul, mendapati Dokter Felix Aram berbaring memeluk Mary Aram putri tunggalnya yang koma hampir empat bulan.P

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 97. Tirai Merah Di Ambang Pintu

    "Adam Miseaz? Bagaimana bisa, kau ada di sini?" Desis Boa Moza menahan sakit yang mulai menguasai tubuh. Samar-samar wajah Adam Mizeaz tersenyum ada di depan mata. Senyuman itu terasa aneh, mengandung banyak makna. 'Bagaimana bisa dokter itu berada di St. John? Bukankah seharusnya berada di St. Martin?'Bau anyir darah bercampur obat menguasai ruangan, denting peralatan medis saling beradu.Di tengah setengah kesadarannya, Boa Moza merasakan jika dokter Adam Mizeaz mulai melakukan operasi."Kau heran Boa Moza, mengapa aku bisa di sini?" Suara tenang Adam Mizeaz memecah keheningan, dengan santai ia menangani operasi pengambilan peluru di bahu Boa Moza. "Tentu saja aku harus berada di sini, sebab orang yang sangat aku cintai sedang melangsungkan pernikahan.""Apa maksudmu Adam Mizeaz?" Gumam Boa Moza, hatinya sangat tidak nyaman dengan sikap Adam Mizeaz. "Ya! Aku sangat mencintai Mary Aram! Ia adalah obsesiku! Karena Mary Aram lah, aku berniat menjadi dokter. Agar derajatku sepadan

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 96. Hati Seorang Ibu

    Sangat sakit! Kaku! Sakit yang luar biasa pada punggung itu begitu dominan, membuat sekujur tubuh yang lain mati rasa. Perlahan tubuh menjadi basah oleh cairan hangat! Mary Aram pun tumbang ke lantai.'Keterlaluan! Sungguh keterlaluan! Apa salahku? Mengapa orang-orang begitu kejam padaku?''Tidak cukupkah ayahku, berbuat kebaikan kepada mereka? Mengapa mereka menginginkan nyawaku?'Di tengah perasaan sakit dan malu, Mary Aram berusaha untuk bangkit. Seulas senyum tersungging di sudut bibirnya. 'Ya SANG PENCIPTA Yang Maha Agung, ampunilah orang-orang ini! Aku serahkan perbuatan mereka ke dalam tanganMU SANG PENCIPTAku Yang Maha Agung. '"Istriku!" Boa Moza segera mengangkat Mary Aram, bersamaan dengan Abee Bong Moja."Mary Aram!" Abee Bong Moja berusaha mengambil alih tubuh Mary Aram."Menyingkir! Kau tidak ada hak atas istriku!" Boa Moza mendesak tubuh Abee Bong Moja agar menjauh dari istrinya."Boa Moza! Ia tunanganku!" Abee Bong Moja bersikeras merebut tubuh Mary Aram."Hah! Lihatl

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 95. Perseteruan Sengit

    Dari tangga ruang lonceng dapat terlihat jelas ritual pernikahan suaminya dengan Alda Bong Moja.Tangis pilu Mary Aram semakin tidak terbendung, melihat Alda Bong Moja menerima dupa wangi dari biksu kepala lalu berjalan mengitari Boa Moza. Dari balik cadar pengantin yang transparan, dapat terlihat jelas senyum manis mengembang di wajah wanita itu."Suamiku apapun yang terjadi, aku percaya kepadamu. Namun hatiku tidak bisa menerima wanita itu, dia akan menjadi duri dalam rumah tangga kita.""Ini rumah tangga kita, keluarga kita! Sangat keterlaluan berbagi tempat tidur bersama wanita lain."Dupa wangi telah mengitari pengantin pria, saatnya berganti dengan nyala api mengitari pengantin wanita.Hati Mary Aram semakin tersayat kepedihan, melihat suaminya membawa api dalam bokor tembaga berjalan mengitari pengantin wanita. "Mary Aram, kau harus percaya pada suamimu!" Wanita itu menangis seorang diri, sambil memukul-mukul bahunya. "Aku harus percaya! Aku harus percaya suamiku!"Doa-doa ri

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 94. Hati Yang Terbelah. 

    "Kalian bawa anakku ke menara Timur.""Baik Nyonya besar."Perawat Ellen membawa Hegan Boa keluar, sesampai di ambang pintu ia menoleh. Perawat itu mencemaskan Mary Aram, hatinya tidak tega mendapati suami majikannya direbut paksa tepat pada hari pernikahan. "Namun, apakah Nyonya besar tidak masalah jika kami tinggal?""Kalian jangan cemas, aku baik-baik saja," Mary Aram tersenyum, wajahnya tampak tenang, namun tampak jika sedang mengendalikan perasaan luka. Berlalunya kedua perawat, Mary Aram membuka kotak kayu di hadapan di atas meja. Ia mengeluarkan seuntai kalung dan sebuah cincin perak. Pada liontin kalung serta cincin itu berlambang burung Cendrawasih.Selain itu masih ada sebuah cincin emas berlambang kepala singa. Kedua cincin itu adalah cincin pria, yang longgar di jari Mari Aram. Ia menyematkan kedua cincin itu pada kalung perak, lalu mengenakannya.Lonceng pernikahan kembali terdengar. Mary Aram menarik napas dalam, lalu beranjak meninggalkan kediamannya melalui balkon.

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 93. Penghinaan Tiada Batas

    ["Ibunda Besar! Ibunda Besar! Tuan muda Hegan Boa tidak boleh sering menangis, matanya dapat kembali terinfeksi oleh air mata," perawat Ellen berusaha mengambil alih Hegan Boa.]["Diam! Aku seorang tabib, aku bisa mengobati cucuku sendiri."]["Tidak bisa Ibunda Besar! Pengobatan mata tuan muda tidak boleh berganti metode di tengah jalan! Sangat berbahaya bagi kornea mata tuan muda."]Kegaduhan di luar menjadi jelas terdengar ketika tiba-tiba pintu terbuka lebar."Kurang ajar kalian! Tidak tahu malu!"Seruan penuh kegusaran memutus suasana kasih sayang. Mary Aram tersentak, mendapati kehadiran neneknya menggendong Hegan Boa. Anak itu menangis ketakutan."Nenek! Hegan Boa trauma dengan suara keras. Jangan lah marah atau bersuara keras bila menggendong anakku Hegan Boa."Wanita tua itu datang menghampiri Mary Aram, tanpa diduga langsung menamparnya. Membuat Boa Moza terkejut, tangis Hegan Boa pun semakin keras. "Anak? Anak siapa? Kau ini bukan ibu kandungnya. Hah! Tidak tahu diri benar

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 92. Suatu Dilema

    Senyuman Boa Moza kembali mengembang, sekali lagi ia mengecup kening ibunya. "Tentu saja perawat itu benar! Hegan Boa akan menangis dengan orang asing. Jika anak itu menangis, matanya tidak akan kunjung sembuh tentunya.""Dan juga Ibu, bukankah ada kediaman khusus untuk tamu? Ibu tidak boleh membawa sembarang orang tinggal di kediamanku. Aku tidak nyaman orang lain melihat barang-barang pribadiku.""Joseph Boa, aku bukan orang asing! Akulah ibu Hegan Boa, tentu saja aku berhak menggendong anakku!" Protes keras wanita berjubah pengantin memecah suasana."Benar Nak, Esmeralda Bong bukan orang asing. Ia ibu Hegan Boa, kalian sekeluarga harus kembali bersatu."'Ibu, itu tidak bisa!' Boa Moza menghela napas, perintah ibunya itu sungguh tidak masuk akal. Ia menundukkan kepala mengacuhkan wanita bernama Esmeralda Bong. "Tidak Ibu! Mary Aram adalah ibu Hegan Boa. Mary Aram merawat Hegan Boa dengan welas asih, dokumen kelahiran Hegan Boa pun tertulis Mary Felix Aram sebagai ibu kandungnya."

  • CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA   Bab 91. Nyonya Besar Boa Moza

    Pagi itu, pukul 08.00 sekretaris pribadi Boa Moza datang bersama empat orang karyawan, untuk mempersiapkan keperluan pernikahan. Mereka menggunakan ruang keluarga sebagai tempat berlangsungnya pengesahan pernikahan.Selang tiga puluh menit, pengacara Boa Moza tiba bersama petugas pencatat pernikahan negara. Mereka akan segera mengesahkan pernikahan Mary Aram dengan Boa Moza secara hukum negara."Tuan Boa Moza, mari kita legalkan pernikahan anda. Sah, secara hukum negara," Petugas pencatat pernikahan menjabat tangan Boa Moza.Sekretaris pribadi mengajak mereka menuju ruang keluarga. Dengan ramah, kedua petugas pemerintahan itu menyiapkan dokumen pernikahan yang akan ditandatangani oleh Mary Aram dan Boa Moza."Apa saja yang menjadi jaminan masa depan istri anda?""Seluruh perusahaan, bisnis, serta seluruh aset dan properti milikku, aku berikan kepada Mary Aram dan Hegan Boa anakku sebagai jaminan masa depan mereka."Pengacara Boa Moza meletakkan daftar kekayaan Boa Moza di tengah mej

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status