Sebuah helikopter terbang melintas di udara, kemudian terbang rendah di lapangan sepak bola kampus.Mendengar kegaduhan suara helikopter, Hegan Boa menggeliat terbangun."Hegan Boa, kita pulang berjalan kaki ke kantor ayah. Kita membeli makan siang terlebih dahulu untuk ayah," Mary Aram melangkah menuju food court kampus.Sembari duduk menunggu makanan yang dipesan, ia menunjuk ke arah helikopter, "Hegan Boa sayang, lihat! Helikopter itu sungguh hebat. Kelak kau pun dapat memiliki helikopter, bahkan pesawat dan kapal dagang seperti milik ayah."Hegan Boa tertawa menatap Mary Aram, dari mata bulatnya tampak jika ia anak yang pintar. Bocah lucu itu mengoceh seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Mary Aram."Hegan Boa anak ibu yang tampan, ibu sangat sayang kepadamu," Mary Aram terus mengecup hidung Hegan Boa.Mengacuhkan tatapan sinis dan sindiran para mahasiswa perempuan di sekitarnya, Mary Aram meracik sebotol susu untuk Hegan Boa.["Hei Juliete Aaron! Sepertinya pria yang duduk diba
Dengan gerakan tidak terduga, bagai seekor 'Pi Hu', rubah ekor panjang Muara Mua. Mary Aram berlari melesat menghajar Juliete Aaron, tinjunya tepat mengenai hidung mahasiswa perempuan itu hingga terkapar seketika ke tanah."Kau menginginkan bunga ini? Ambil saja untukmu!" Mary Aram meraih seikat di atas meja lalu memukulkannya ke wajah Juliete Aaron."Jika hanya bunga seikat untuk apa berebut denganmu? Aku memiliki banyak kebun bunga, aku tidak kekurangan bunga!"Seperti yang dilakukan Juliete Aaron terhadap Hegan Boa, demikian pula Mary Aram memukul mata mahasiswa itu bertubi-tubi dengan bunga seikat hingga bunga-bunga itu hancur berantakan.Bukan hanya itu, Mary Aram membungkuk mencengkram kemeja Juliete Aaron, dan mencolok kedua mata perempuan itu dengan jarinya. "Apa salah anakku kepadamu? Jika bola mata anakku cedera, kucongkel matamu sebagai gantinya!"Juliete Aaron berusaha melepaskan diri, dari mulutnya masih mengeluarkan kata-kata makian yang sangat kasar dan merendahkan mart
"Paman…" Mary Aram membantu melepaskan jas dan dasi Boa Moza, kemudian menggulung lengan kemeja agar pamannya itu dapat santai menikmati makan siang."Paman apakah kita tidak mengabari ibu Hegan Boa?"Boa Moza terdiam sejenak, lalu menggeleng tersenyum. "Tidak! Ia telah membuang Hegan Boa. Aku masih bisa mengurus anakku dengan baik."Boa Moza kembali melanjutkan makan siangnya dengan nikmat, seolah tidak ada masalah. Hati Mary Aram trenyuh menatapnya, ia tahu jika pamannya itu menyembunyikan kekecewaan yang mendalam akan mantan kekasihnya."Paman, aku sangat sayang padamu. Aku berjanji mengasuh Hegan Boa dengan baik."Boa Moza kembali tersenyum, "Kau tidak makan siang?""Aku belum lapar," Mary Aram membereskan kotak makan siang Boa Moza. Ia beranjak mencari tempat sampah dan bermaksud ke kafetaria untuk membeli air mineral."Nona Mary Aram! Anda ditangkap atas penganiayaan Nona Juliete Aaron," Dua orang petugas kepolisian dan seorang pria berjas hitam datang menghadang. Seorang dari p
Berita mengenai penganiayaan Juliete Aaron, anak Benhard Aaron calon gubernur Pulau Besar wilayah Timur, cepat santer beredar di televisi dan media sosial.Mary Aram hanya tertawa menanggapi pemberitaan mengenai dirinya.Sebagian orang menghujat Mary Aram, ketika melihat tayangan rekaman CCTV dimana Mary Aram menghajar Juliete Aaron di food court kampus.Di sisi lain, ketegangan di dalam kantor keamanan rumah sakit semakin memuncak, petugas keamanan rumah sakit mempertahankan Mary Aram, sampai datangnya pengacara. Sedangkan pihak Benhard Aaron terus mendesak membawa Mary Aram. Ditambah dengan adanya para wartawan, suasana menjadi bertambah panas.Akhirnya Mary Aram mengambil sikap, dengan berani ia menatap tajam mata Benhard Aaron. "Baik! Aku bukan seorang pecundang!"Tatapan mata itu begitu tenang namun menantang, membuat Benhard Aaron tersentak mengerutkan kening."Lepas borgol di tanganku! Aku akan melangkahkan kaki secara terhormat menuju kantor polisi.""Bagus…" Benhard Aaron t
'Hegan Boa, maafkan ibu Nak,' suasana hati Mary Aram sangat sendu menatap foto wajah lebam Hegan Boa di ponselnya.Wanita cantik itu duduk di sudut ruangan mengacuhkan orang-orang di sekelilingnya. Sebelum pengacara ayahnya datang, ia mengunci rapat mulutnya. Membuat petugas kepolisian kehilangan akal dalam mengorek keterangan."Nona, permasalahan apa yang membuatmu menyerang kawanmu, Juliete Aaron?" Seorang polisi kembali mengajukan pertanyaan.Mary Aram tidak mendengar pertanyaan polisi, ia benar-benar tenggelam dalam dunianya sendiri. Sambil terus menatap foto Hegan Boa, ia bersenandung seolah sedang menidurkan bayi."Astaga, benarkah nona ini yang ada dalam rekaman CCTV itu? Ia tampak begitu lemah lembut keibuan. Sangat berbeda dengan yang ada pada rekaman CCTV," ujar petugas kepolisian kepada rekannya."Bisa jadi mahasiswa yang diserangnya lah, yang mencari masalah terlebih dahulu," ujar petugas polisi yang lain sambil menunjuk rekaman CCTV. Disana tampak Juliete Aaron lebih aro
Dalam waktu satu jam, Juliete Aaron tiba di kantor polisi. Mahasiswa perempuan itu sangat marah dan memaki-maki petugas kepolisian. Mendapati ada Mary Aram yang sedang diinterogasi didampingi oleh pengacaranya, ia langsung menghampiri dan menarik rambut Mary Aram."Perempuan murahan, berani sekali kau berperang melawanku!""Oh! Tentu saja berani!" Reaksi tidak terduga Mary Aram mengejutkan seisi ruangan. Wanita lemah lembut itu mencengkram lengan Juliete Aaron, lalu dengan sigap ia bangkit dan membanting Juliete Aaron ke lantai."Nona kendalikan dirimu!" Petugas polisi segera menjauhkan Mary Aram dari Juliete Aaron. Namun Mary Aram erat memeluk lengan pengacaranya, ia tidak bergeser dari tempatnya."Ayahmu telah lancang mengangkat daguku dan menghinaku dengan kata-kata mesumnya," sejenak Mary Aram tertawa menyeringai, matanya berkilat-kilat nakal. Ia mengangkat dagu Juliete Aaron dengan ujung sepatunya."Tuan Benhard Aaron, apakah kau tidak menyesal menjadikanku ratu dalam istanamu? A
Penjelajahan itu semakin merambah ke area terlarang, menciptakan denyut. Kemudian berlanjut naik memacu debaran jantung bagaikan debur ombak menderu di lautan.Sebersit perasaan malu menguasai hati, ketika tubuh pria melekat bagai selimut menguasai tubuh. Berat Dan hangat!Terasa sesuatu menggeliat mengetuk pintu istana misteri. Benda padat yang mengganjal itu perlahan mendesak, dalam sekali hentakan ia menikam, menembus masuk hingga menyentuh dinding.Pergerakan kuat benda padat itu, begitu dalam terbenam di tengah denyutan.'Kakak besar?' Mary Aram tersentak, napasnya seakan berhenti sejenak. 'Bagaimana bisa aku teringat kakak Besar?'Mary Aram memperbaiki posisi tidurnya yang tidak nyaman. Ia berusaha untuk beradaptasi dalam keheningan dan dinginnya ruang tahanan.Terngiang bisikan lembut menyentuh kalbu begitu jelas terdengar membangkitkan hasrat. Seiring berjalannya waktu, bisikan lembut itu berubah menjadi geraman kegagahan yang menggetarkan jiwa."Hei! Sangat memalukan, aku men
"Mengandung? Yang benar saja Dokter? Selama ini Mary Aram tidak menunjukkan tanda-tanda sedang mengandung?"Boa Moza sangat terperanjat mendengar berita yang tidak terduga, kepalanya berdenyut pusing seketika."Ya, Tuan Boa Moza. Usia kandungan nyonya muda sudah menginjak enam bulan.""Bagaimana mungkin tiba-tiba ada janin usia enam bulan di dalam perut Mary Aram? Bentuk tubuhnya juga tidak berubah? Hanya saja nafsu makan memang besar.""Tidak semua wanita mengandung menunjukkan tanda-tanda mengandung. Nyonya muda, wanita yang tangguh, jadi wajar saja tidak menyadari jika sedang mengandung.""Serahkan surat ini kepada pihak kepolisian," Dokter mengulurkan sepucuk surat."Pelanggaran nyonya muda hanya pelanggaran ringan. Mengingat sedang hamil, nyonya muda bisa mendapatkan dispensasi tidak perlu menjalani hukuman kurungan. Cukup dikenakan wajib lapor saja.""Oh terimakasih dokter," Boa Moza menarik napas lega mendapatkan surat pengantar kesehatan.Tidak terbayang, betapa menderitanya