Saat memasuki ruangan benda-benda itu, perhatian Harry tertuju pada stempel itu. Daya tarik dari stempel itu semakin kuat dibanding sebelumnya. Harry melangkah mendekati kotak stempel itu. Dia menyentuh penutup kotak kaca, tetapi tanpa disadarinya, stempel itu membawa Harry masuk ke dalam ruangnya.
Dengan kebingungan, Harry memandang sekelilingnya yang telah berubah. Stempel yang tadi ada di depan matanya, sekarang menghilang. Ruangan yang tadinya penuh dengan benda-benda, berganti menjadi sebuah aula pertemuan.
Seperti sebuah kerajaan yang mempunyai singgasana dalam aula pertemuan, ruang ini juga demikian. Ada kursi singgasana yang sekarang diduduki oleh seseorang. Harry menyipitkan matanya untuk melihat sosok yang sedang duduk di kursi itu dalam keadaan menunduk. Seperti orang yang tertidur.
“Apa?!” teriak Harry terkejut dengan mata terbuka sangat lebar. Orang yang duduk di sana sangat mirip dengan dirinya. Saat Harry berteriak terkejut, orang itu
“Ada apa, Mo?” tanya Harry setelah berada di samping Momo. Dia tidak mengerti arah pembicaraan mereka, tetapi dia bisa melihat kepanikan dari Yaya yang melompat tidak karuan.“Clark, Pak. Kata Yaya, dia lari kesana kemari untuk mencari kita yang menghilang. Dan kemudian dia juga menghilang di area belakang. Kata Yaya, tidak seharusnya dia memulai pelatihan di tempat itu. Jadi sekarang Yaya kebingungan,” kata Momo cemas.“Kalau begitu, kita coba mencari dia di area belakang. Ayo!” ajak Harry.Harry dan Momo berlari ke belakang mengikuti Yaya yang menunjukkan temapt menghilangnya Clark. Mereka melihat Yaya melompat-lompat dengan panic.“Pak, Yaya menemukan Clark!!” teriak Momo. Mereka segera berlari menuju ke tempat Yaya melompat-lompat.“Clark!! Kenapa kamu tidur di lantai? Apa yang terjadi padamu? Kenapa badanmu luka-luka?!” teriak Momo panik saat melihat Clark tergeletak di lantai dengan
Mendengar teriakan Momo, Harry dan Clark terlompat kaget. Begitu pun dengan Yaya.“Ada apa, Mo?” seru Harry kebingungan.Momo menarik napas. Clark memberi tisu pada Momo untuk menyeka air matanya.“Kita … kita harus pulang,” isak Momo dan masih memegang dadanya dengan napas tersengal-sengal.“Ada apa, Kak? Apakah ada hal yang tidak bagus telah terjadi yang tidak terlihat di layar?” tanya Clark gelisah.Momo menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan perlahan.“Yaya, apakah mesinmu ini bisa melihat masa depan?” tanya Momo tanpa menjawab pertanyaan Clark.“Tentu saja bisa dengan kekuatan kalian,” jawab Yaya tegang.“Tidak. Apakah mesinmu ini bisa memindahkan kita ke luar dunia cermin dan tiba langsung di rumah?” tanya Momo lagi. Dia berubah pikiran.“Tentu saja bisa dengan kekuatan kalian,” jawab Yaya semakin tegang.&ld
“Tidak mungkin!” pekik Momo dengan suara tertahan.“Iya, tidak mungkin, Clark. Kamu itu adik kami. Dengan kekuatanmu itu sudah menunjukkan kamu adalah bagian dari kami. Kamu lihat sendiri, kan, saat kita menyatukan tangan kita. Kalau kamu bukan adik kami, tidak mungkin kita bisa menyatukan kekuatan. Kamu juga sudah masuk ke ruang benda-benda itu dan berlatih. Jadi percayalah kalau kamu adalah keluarga kami, adik kami yang hilang. Sedangkan Ken, Kak Agna sudah mengatakan kalau dia adalah anak dari temannya,” bisik Harry tidak percaya, tetapi mencoba meyakinkan Clark dan dirinya sendiri.“Tapi dia ngotot kalau salah satu dari kami adalah anaknya, Kak. Apa mungkin Mama berbohong? Atau mungkin Ken anak dari bapak itu?” tanya Clark skeptis.“Tidak mungkin! Aku tahu kalau Kak Agna berbohong. Kamu tahu kemampuanku dari dulu, kan? Aku mampu mengetahui apakah orang itu berbohong atau tidak, dan aku yakin kalau Kak Agna tidak berb
Semua tersentak mendengar perkataan Agna. Penuh dengan pertanyaan di kepala mereka. Semua orang mengerutkan kening mereka.“Apa kamu bilang?! Aku tidak pernah memberi dia nafkah?! Itu karena kamu!! Chaira meninggalkanku karena kamu! Wanita munafik!!” bentak Toni.“Apa?! Aku munafik?! Aku memelihara kedua anak ini, karena kamu!! Kamu yang membunuh Kenandra!! Aaakkhh!!” teriak Agna histeris sambil menangis kencang.“Dia yang membunuh Kenandra?!”Tiba-tiba muncul suara bariton dengan nada terkejut di depan pintu masuk. Beberapa anak buah Toni memburu masuk dalam keadaan luka-luka. Masih berusaha menahan kedatangan orang itu, tetapi mereka tidak berani maju tanpa mendapat perintah dari Toni.“Jadi kamu tahu siapa yang membunuh Kenandra, Agna? Mengapa kamu tidak mengatakannya? Dan siapa pria ini? Sepertinya kamu mengenalnya!”“Kak Kerry!!” panggil Harry.“Papa?!” teria
“Apa yang ingin kamu rebut dari Kenandra?” tanya Kerry. Dia semakin penasaran. Dahulu Dia dan Kenandra adalah sahabat, tetapi Agna sangat menyukai Kenandra, sedangkan Kenandra hanya menganggapnya sebagai adik perempuan. Cinta saudara, tidak lebih.“Aku hanya ingin merebut anak yang dia bawa!! Siapa suruh dia bekerja sebagai pelayan dan membawa lari anak majikannya!! Sampai hari ini aku tidak tahu anak itu di mana!! Ggrr!!” kata Toni dengan geram.Gara-gara Toni tidak mendapatkan anak itu dan sudah memakai uangnya Mira, dia sekarang menjadi suruhannya Mira untuk selamanya. Padahal keinginannya, setelah mendapat uang dari Mira, dia akan menjadi pengusaha. Nasib … nasib.“Kak Agna, sekarang lanjutkan cerita Kakak!” perintah Harry dengan tatapan memaksa semua orang untuk diam.“Kata Kenandra, Nesta dibunuh, jadi dia terpaksa memohon aku untuk memelihara anaknya, karena saat ini ada tugas yang harus dia emban ya
Mereka terkejut dengan suara ledakan dari luar ditambah salah seorang anak buah Toni berlari masuk ke dalam rumah dalam keadaan berantakan dan terluka.“Pak, ayo pergi dari sini! Bawa orang tua Bapak beserta Kak Agna dan Kak Kerry! Biar aku yang menahan Ibu Mira, sehingga memberi kalian waktu untuk melarikan diri. Bawa Clark juga!” perintah Momo dengan suara rendah.“Ibu Mira?!” seru Harry kaget. Belum saatnya mereka ketahuan. “Tapi bagaimana denganmu?!”“Tenanglah, aku punya sandiwara yang bisa kumainkan. Pergilah cepat! Dia sudah semakin dekat!” seru Momo.Tanpa bertanya lagi, Harry membawa mereka semuanya melarikan diri lewat pintu belakang dapur. Clark sebenarnya tidak mau mengikuti Harry, tetapi Kerry dan Agna terus menariknya. Mata Clark memandang Momo yang ditinggal.“Kak Momo!!” seru Clark lirih dengan pelan.“Pergilah, Clark. Aku bisa tangani ini. Yang penting kalian
Tiba-tiba Mira menghilang dari tempat dia berdiri dan dalam waktu yang singkat, dia muncul dengan Clark dan Anisa di kedua tangannya. Mereka berdua meronta-ronta. Entah kekuatan apa yang dimiliki Mira sehingga dengan enteng dia mengangkat Clark dan Anisa begitu saja seperti angkat barang belanjaan. Tidak terlihat dari wajahnya kalau Clark dan Anisa berat.Momo hanya melihat dengan miris. Dia sangat sedih. Momo tahu penyebab Clark dan Anisa bisa tertangkap. Itu karena pertengkaran Kerry dan Agna. Untuk menghentikan mereka, terpaksa Harry dan Clark mengeluarkan kekuatan mereka.Karena mengeluarkan tenaga itulah, lokasi mereka ketahuan. Sebenarnya Harry mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan mereka semua, tetapi entah apa yang merasuk pikiran Kerry, sehingga dia mau memukul Agna. Anisa yang melihat tindakan Kerry, langsung mendorong Agna dan pukulan Kerry mengenai mulutnya. Cairan merah langsung mengucur dari sudut bibirnya Anisa.Clark yang mendengar percakapan
Aditya tersentak dan membalikkan badannya kembali. Dia menatap Momo yang sedang memegang Anisa yang masih menangis.“Apa maksudmu?” tanya Aditya. Walau dia mengerti maksud Momo, tetapi dia tidak bisa memperlihatkan dirinya yang sebenarnya.“Apa maksudmu, Mo? Kenapa dia harus berada di pihak kita? Dia anak buahnya musuh kita,” isak Anisa sambil mengusap air matanya.“Kamu mengerti maksudku, Cucu Kakek Aditya Chandranegara,” kata Momo ambigu tanpa memedulikan pertanyaan Anisa. Dia yakin Aditya mengerti maksudnya. Apalagi dia melihat Aditya tersentak kaget.“Saya tidak tahu anda tahu dari mana nama lengkap saya. Tetapi sekarang saya bekerja pada Pak Toni dan Ibu Mira, otomatis tidak mungkin saya membantu anda,” jawab Aditya. Dia berharap Momo mengerti maksudnya. Sekarang tidak, pasti di masa depan.Momo mengerti, karena dia juga bertanya dengan kalimat ‘suatu hari’, bukan ‘sekarang&rsqu