Aditya tersentak dan membalikkan badannya kembali. Dia menatap Momo yang sedang memegang Anisa yang masih menangis.
“Apa maksudmu?” tanya Aditya. Walau dia mengerti maksud Momo, tetapi dia tidak bisa memperlihatkan dirinya yang sebenarnya.
“Apa maksudmu, Mo? Kenapa dia harus berada di pihak kita? Dia anak buahnya musuh kita,” isak Anisa sambil mengusap air matanya.
“Kamu mengerti maksudku, Cucu Kakek Aditya Chandranegara,” kata Momo ambigu tanpa memedulikan pertanyaan Anisa. Dia yakin Aditya mengerti maksudnya. Apalagi dia melihat Aditya tersentak kaget.
“Saya tidak tahu anda tahu dari mana nama lengkap saya. Tetapi sekarang saya bekerja pada Pak Toni dan Ibu Mira, otomatis tidak mungkin saya membantu anda,” jawab Aditya. Dia berharap Momo mengerti maksudnya. Sekarang tidak, pasti di masa depan.
Momo mengerti, karena dia juga bertanya dengan kalimat ‘suatu hari’, bukan ‘sekarang&rsqu
Momo dan Anisa tiba di rumah sakit dan bertemu dengan Ardy di lobi rumah sakit.“Bu, saya baru saja mau menghubungi Ibu. Kemarilah dan ikut saya,” kata Ardy setelah menyerahkan pekerjaannya pada dokter lain.Momo dan Anisa mengikuti Ardy ke ruang prakteknya yang sepi. Dia mempersilakan Anisa dan Momo untuk duduk. Tanpa mengucapkan sepatah kata, dia duduk di depan komputer dan mengetik sesuatu.“Bu, ada yang ingin saya tanyakan. Agak pribadi, tetapi saya harus menanyakan ini,” kata Ardy.“Silakan, Dok. Saya berterima kasih, Dokter telah memperhatikan anak saya,” sahut Anisa dengan sopan.“Jangan begitu, Bu. Ken sudah seperti anak saya. Begitu pun Ibu sudah seperti mama saya. Karena itu saya memberanikan untuk bertanya soal ini,” kata Ardy.“Silakan, Dok. Ada apa? Apakah sangat serius?”“Benar, Bu, sangat serius. Tadi Ibu meminta saya memindahkan Ken ke kamar lain. Tanpa
“Kak Kerry, aku berharap Kakak sudah bisa memahami Kak Agna. Tolonglah,” bujuk Harry.“Iya, Kerry. Lebih gampang unta melewati lubang jarum, daripada terus terang di depan semua orang tentang masa lalu dan hal-hal yang memalukan. Demi kamu, Agna bersedia menceritakan semuanya. Kali ini percayalah istrimu,” bujuk Hariyanto juga.“Kakak pikir-pikir saja dulu. Sekarang kita ke apartemen saja. Kemungkinan rumah belum aman,” ajak Harry.“Aku tidak ingin ke apartemen,” sahut Kerry sambil duduk di lantai dengan wajah marah.“Baiklah. Kita istirahat saja dulu di sini. Tenangkan pikiran,” kata Harry yang disetujui semua orang.Harry tafakur sehingga dia tidak memperhatikan sekelilingnya. Semua ingin tidur tetapi tidak bisa tertidur. Tiba-tiba perasaan Harry merasa ada keanehan di tempat itu. Dia langsung melihat sekelilingnya, tetapi tidak menemukan keanehan.“Pa, Kak Kerry, Kak Agna,
Harry tersentak. Dari mana Gina mengetahuinya? Tidak ada yang tahu, penyebab dia merasa jijik pada wanita. Bahkan dia juga baru tahu belakangan ini setelah ingatan masa lalunya kembali“Kenapa bisa kamu mengatakan hal itu?! Dari mana kamu mendengarnya?!”Gina tertawa. Dia senang melihat ekspresi Harry yang kebingungan.“Tentu saja dari mamamu sendiri.”“Dari mama? Apa maksudmu dari mamaku kamu mendapatkan informasi ini, Gina?!” tanya Harry marah. “Mamaku tidak pernah melakukan hal yang salah, sehingga membuatku membenci wanita!”“Bukan Mama Anisa, tetapi Mama Mira, hehehe.” Gina menyebut nama ‘Mama Mira’ dengan suara mendesah dan tertawa senang. Masalah trauma Harry ini, dia sudah tahu sejak lama. Karena itu, dia melamar menjadi sekretaris Harry.“Maksudmu apa? Mama Mira? Mamaku hanya satu, yaitu Mama Anisa. Kenapa kamu mengatakan seolah-olah aku anaknya Mira. Mira
“Tidak. Sarah tidak lihat. Saat itu setelah menggambar, Sarah mau lihat lagi, rumah itu sudah menghilang. Kapan muncul juga, Sarah tidak tahu,” sahut Sarah dengan gembira. Dia tidak pernah diajak berbicara normal dan dipercaya seperti ini. Sehingga saat Harry bertanya seperti orang normal berbicara dengan sesamanya, dia sangat bahagia.“Jadi apa rencanamu, Nak? Jika kamu mau, kamu bisa menunggu di rumah saya sampai rumah itu muncul lagi,” tawar bapak itu.Bapak itu berencana jika Harry tinggal di rumahnya, dia bisa memberi bukti hidup, kalau selama ini anaknya tidak gila sama sekali. Jadi mereka bisa terlepas dari ulah tetangganya yang terus merisak, terutama pada Sarah.“Terima kasih, Pak. Saya ingin, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus saya urus, jadi bisakah saya minta nomor ponsel Bapak atau mungkin Sarah untuk sekali-sekali bertanya apakah rumah itu sudah muncul atau tidak?” tanya Harry.“Sarah yan
Harry dan Momo masih menunggu beberapa saat, sehingga semua pengunjung pergi. Begitu pun orang yang mencurigakan tersebut. Setelah itu mereka keluar. Dengan bergegas, mereka membuka pintu rumah cermin dan siap pergi dari sana.“Kalian diam di tempat, kalau tidak ingin benda ini menembus jantung kalian!” bentak seseorang dari belakang Harry dan Momo dengan mengarahkan sesuatu pada punggung mereka berdua. “Jauhkan kedua tangan kalian dari badan kalian! Jangan membuat gerakan mencurigakan!”“Siapa kamu? Apa maumu? Uang? Kami tidak punya uang banyak!” kata Harry sambil berusaha melirik penodongnya.“Jangan membalikkan badan!! Aku tidak memerlukan uang kalian!! Katakan saja, kalian dari mana?! Bagaimana caranya kalian muncul?! Aku sangat yakin, sudah tidak ada orang di dalam, sebelum aku keluar sebagai orang yang terakhir! Dan aku juga yakin sesudah aku keluar, tidak ada lagi orang yang masuk!! Jadi katakan, bagaimana kalian
Harry dan Momo hanya bisa melongo mendengar perkataan Sina. Belum habis kekagetan mereka yang hampir menabrak Sina, sudah ditambah dengan teguran yang menohok.“Maaf, Dok. Boleh tanya …?”“Dok, maafkan sikapku. Akan saya perbaiki,” kata Harry memotong kalimat Momo. Dia mengenal Sina, tetapi Momo tidak mengenalinya. “Tetapi kita harus menggunakan kendaraan apa yang bisa membuat kita tiba dengan cepat?”“Bagus. Itu yang ingin kudengar dari calon penguasa baru. Aku yakin, menjadi seorang pemimpin, bukanlah hal baru bagimu. Aku tahu kamu seorang CEO yang memimpin banyak orang,” sahut Sina sambil tersenyum kembali. “Sekarang ikutlah denganku. Kita akan segera menuju ke tempat itu.”Tanpa menunggu balasan dari Harry atau Momo, Sina kembali melangkah menuju ke belakang rumah sakit. Harry dan Momo mengira mereka akan menuju ke tempat parkir yang terletak di belakang rumah sakit, tetapi setelah kel
Sina tahu Sani bukanlah seorang pembunuh. Dia pasti menyembunyikan dan menidurkan badan orang yang dia pakai.“Cih!”Dengan kesal, Sani meninggalkan Sina dan yang lainnya. Dia menuju ke kamarnya. Tidak lama kemudian, dia keluar, sambil memanggul sesuatu di bahunya dan wajahnya sudah kembali menjadi seseorang yang mirip dengan Sina. Namun begitu, bisa terlihat perbedaan mereka berdua.Dengan perlahan, dia menurunkan panggulannya dengan perlahan di atas sofa. Agna dan Hariyanto yang melihat Kerry dibaringkan di sofa, segera menghampirinya.“Kerry!!” teriak Agna.“Kerry!! Ayo, bangun, Nak!” teriak Hariyanto sambil menepuk pipi Kerry.“Ugkh!” keluh Kerry sambil menggerakkan badannya. Pelahan matanya terbuka. Wajah Agna yang ada di depannya. “Agna … Agna … ugkh … kepalaku.”Kerry berusaha untuk bangun. Agna segera membantunya dengan lembut hingga Kerry duduk d
Harry dan Momo saling memandang. Namun tidak lama, Momo langsung membantu para perawat yang melakukan proses pemindahan Ken, karena dia sudah tahu apa yang terjadi.Harry yang melihat tindakan Momo, ikut juga membantu. Dia yakin Momo melihat sesuatu, karena dari ekspresi wajah Momo terlihat sangat tegang.“Tenanglah,” bisik Harry sambil memegang tangan Momo yang gemetar.“Kamu pamitan sama keluargamu. Karena kalau Ken sudah keluar dari kamar ini, waktumu sudah tidak ada. Dan suruh mereka segera tinggal di apartemen kamu atau di mana saja, asal jangan di rumah kalian lagi. Mereka sedang menuju ke rumah kalian,” bisik Momo masih dengan tubuh yang gemetar.“Apa?! Mereka mulai bergerak lagi?!” bisik Harry. “Baik, aku akan memberi tahu pada mereka. Kamu tenangkan diri ya.”Harry menghampiri orang tua dan kakaknys yang kebingungan melihat para medis yang terburu-buru mencabut selang Ken dan mempersiapkan pe
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Semua netra menoleh pada sumber suara. Walau Harry dan kawan-kawan diam, tetapi netra mereka menuntut penjelasan.“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan lebih terperinci daripada pemberitahuan ini. Silakan kalian masuk lewat pintu kanan,” kata orang itu sambil menunjukkan pintu masuk sebelah kanan. “Eh, tunggu, kecuali kamu. Tempatmu bukan di kanan, tetapi di kiri.”Ken tersentak kaget karena dia disuruh menuju ke pintu kiri. Dengan heran dia memandang orang itu.“Mengapa?”“Ada yang harus kamu temui dahulu.”Hanya jawaban itu, tetapi membuat raut wajah Ken memucat. Dengan lesu, dia menuju ke pintu sebelah kiri.“Siapa yang harus dia temui, Bin?” tanya Sina.“Kamu akan tahu juga nanti,” kata Bin tidak peduli. Dia segera membuka pintu buat mereka bertiga dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.Saat mereka masuk, Harry takjub melihat suasana di dalam. Pintu masu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu