Harry dan Momo hanya bisa melongo mendengar perkataan Sina. Belum habis kekagetan mereka yang hampir menabrak Sina, sudah ditambah dengan teguran yang menohok.
“Maaf, Dok. Boleh tanya …?”
“Dok, maafkan sikapku. Akan saya perbaiki,” kata Harry memotong kalimat Momo. Dia mengenal Sina, tetapi Momo tidak mengenalinya. “Tetapi kita harus menggunakan kendaraan apa yang bisa membuat kita tiba dengan cepat?”
“Bagus. Itu yang ingin kudengar dari calon penguasa baru. Aku yakin, menjadi seorang pemimpin, bukanlah hal baru bagimu. Aku tahu kamu seorang CEO yang memimpin banyak orang,” sahut Sina sambil tersenyum kembali. “Sekarang ikutlah denganku. Kita akan segera menuju ke tempat itu.”
Tanpa menunggu balasan dari Harry atau Momo, Sina kembali melangkah menuju ke belakang rumah sakit. Harry dan Momo mengira mereka akan menuju ke tempat parkir yang terletak di belakang rumah sakit, tetapi setelah kel
Sina tahu Sani bukanlah seorang pembunuh. Dia pasti menyembunyikan dan menidurkan badan orang yang dia pakai.“Cih!”Dengan kesal, Sani meninggalkan Sina dan yang lainnya. Dia menuju ke kamarnya. Tidak lama kemudian, dia keluar, sambil memanggul sesuatu di bahunya dan wajahnya sudah kembali menjadi seseorang yang mirip dengan Sina. Namun begitu, bisa terlihat perbedaan mereka berdua.Dengan perlahan, dia menurunkan panggulannya dengan perlahan di atas sofa. Agna dan Hariyanto yang melihat Kerry dibaringkan di sofa, segera menghampirinya.“Kerry!!” teriak Agna.“Kerry!! Ayo, bangun, Nak!” teriak Hariyanto sambil menepuk pipi Kerry.“Ugkh!” keluh Kerry sambil menggerakkan badannya. Pelahan matanya terbuka. Wajah Agna yang ada di depannya. “Agna … Agna … ugkh … kepalaku.”Kerry berusaha untuk bangun. Agna segera membantunya dengan lembut hingga Kerry duduk d
Harry dan Momo saling memandang. Namun tidak lama, Momo langsung membantu para perawat yang melakukan proses pemindahan Ken, karena dia sudah tahu apa yang terjadi.Harry yang melihat tindakan Momo, ikut juga membantu. Dia yakin Momo melihat sesuatu, karena dari ekspresi wajah Momo terlihat sangat tegang.“Tenanglah,” bisik Harry sambil memegang tangan Momo yang gemetar.“Kamu pamitan sama keluargamu. Karena kalau Ken sudah keluar dari kamar ini, waktumu sudah tidak ada. Dan suruh mereka segera tinggal di apartemen kamu atau di mana saja, asal jangan di rumah kalian lagi. Mereka sedang menuju ke rumah kalian,” bisik Momo masih dengan tubuh yang gemetar.“Apa?! Mereka mulai bergerak lagi?!” bisik Harry. “Baik, aku akan memberi tahu pada mereka. Kamu tenangkan diri ya.”Harry menghampiri orang tua dan kakaknys yang kebingungan melihat para medis yang terburu-buru mencabut selang Ken dan mempersiapkan pe
“Apa sih yang kalian tertawakan?”Tiba-tiba muncul seorang dengan senyumnya yang menawan. Namun ketika mendengar sapaan orang itu, Sina terdiam. Wajahnya yang penuh senyum dari datang, hilang tanpa bekas. Sani kembali dengan ekspresi cueknya saat melihat Sina diam.“Halo, Dokter Bryan,” sapa Sian dengan pura-pura hormat.“Halo juga. Orang ini siapa, Dokter Sina? Wajahnya sangat mirip denganmu. Apakah dia saudara kembarmu? Tapi mengapa aku tidak pernah mendengarnya? Oh, tunggu, aku ingat sekarang, dia saudaramu yang minggat dari rumah dan hanya muncul ketika papamu meninggal. Kemudian karena tidak mendapat harta warisan, dia minggat lagi. Betulkah?” tanya Bryan dengan nada mengejek. “Kamu harus pulang melihat mamamu. Dia sangat menderita sejak kepergianmu sehingga seperti orang gila. Orang gila yang merindukan anaknya sangat parah lho. Dia bisa berteriak-teriak dan menahan setiap orang dan mengira orang itu anaknya. Oh, y
“Karena mereka sudah ditakdirkan bersama. Kekuatan terbesar mereka adalah saat bersama, terutama dengan seorang lagi. Dengan bertiga, mereka bisa mengalahkan Mira. Tapi aku tidak melihat orang ketiga. Apakah kalian tahu dia di mana?” tanya Sina.Mendengar pertanyaan Sina, Harry dan Momo menunduk dan murung. Mereka tidak tahu harus mengatakan bagaimana.“Hhmm, ada apa? Katakan saja pada kami,” kata Sani.“Adik kami telah kerja sama dengan Ibu Mira,” sahut Momo. “Demi untuk menyelamatkanku dan neneknya.”“Apa?! Berarti dia sekarang menjadi anggotanya Mira?” teriak Sina kaget.Harry dan Momo mengangguk dengan lesu.“Gawat. Gawat sekali!” teriak Sina kalang kabut.“Tidak akan!” geram Sani. “Mereka masih bisa menanganinya jika kita membantu mereka! Kalian harus berlatih dengan kami dan teman-teman kami!”Harry dan Momo mengangkat kepala m
“Hehehe, kalian harus bersyukur, karena ada Dokter Ryan yang bersedia membantu dalam pengobatan.”“Sungguh?! Berarti Ken ada harapan!” seru Momo dengan gembira. “Pak, Ken ada harapan!!”“Hahaha, betul sekali. Dokter Ryan adalah dokter hebat dan jadwalnya sangat padat. Tetapi saat dia mendengar ceritaku, dia sangat antusias untuk mengobati Ken,” sahut Sina dengan semangat.“Dok Sani, ada apa? Kenapa wajah Dokter tidak senang?” tanya Harry. Dia sudah bisa mengatasi rasa malunya.“Bukannya tidak senang. Hanya aku merasa ganjil melihat antusias Dokter Ryan. Entah kenapa aku merasa ada topeng di balik wajahnya,” kata Sani dengan suara pelan.“Dokter Sina, bisakah Dokter menggambarkan ciri-ciri Dokter Ryan?’ tanya Momo. Entah kenapa setelah mendengar penjelasan Sani, perasaannya tidak nyaman.“Dia tinggi, cakep dan ramah, ….”“Kelama
“Hei … hei, Dokter Sina, apa yang terjadi? Apa yang kamu cari dari tengkuk Dokter Ryan?” tanya dokter kepala kebingungan.“Aduh, maaf, Dok. Saya hanya penasaran dengan sesuatu di tengkuk Dokter. Maaf sudah interupsi. Silakan Dokter Ryan menjawab pertanyaan Dokter Sani tadi,” ucap Sina tersenyum sambil melirik Sani. Dia menggelengkan kepalanya seolah-olah Sani mengerti maksudnya.“Ah, maaf saya jadi lupa pertanyaan Dokter Sani apa ya?” tanya Ryan pura-pura bego.“Mengapa mengambil pasien Dokter Sina dan mengoperasi pasien bukan di ruang operasi?” Momo mengulang pertanyaan Sani dengan nasa suara kesal.“Oh.”Terlihat Ryan kaget, karena ada yang mengulang pertanyaan itu dengan cepat dan tepat. Kali ini dokter kepala itu angkat tangan, menyerah. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan suasana di tempat ini. Di mana kekuasaannya? Siapa orang-orang ini?Walau dengan gerakan gugup,
Ryan mengeluarkan tenaganya lebih besar lagi. Sesudah ini dia berjanji untuk mengambil semua cutinya dari beberapa tahun belakangan ini, karena dia sangat jarang mengambil cutinya.“Uhuk … uhuk ….”Ken terbangun sambil terbatuk-batuk. Dia membuka matanya dan merasa sangat silau, sehingga dia menutup setengah matanya dengan lengan.“Ken!!” teriak Harry dan Momo serentak.Ken yang mendengar suara Momo, tersentak kaget. Matanya terbuka lebar. Dia mengira dia sedang bermimpi. Namun saat netranya bertumbuk dengan netra Momo, matanya terbuka semakin lebar.“Mo?!” bisik Ken parau.“Ken!!” seru Momo sambil memeluk erat ken.Ryan yang melihat Ken sudah sadar, langsung jatuh terduduk di lantai. Dia sangat lemas dan lega, bercampur aduk, sehingga membuatnya tidak mampu berdiri dengan baik.Sani yang tersentuh, dia membantu Ryan untuk bangun dan duduk di kursi. Ryan tersenyum be
“Apanya yang aneh?” tanya Momo heran. Ketiga pria juga memasang telinga baik-baik. Apa yang Ken anggap sebagai hal yang aneh?“Kamu mau tahu mengapa aku bisa berada di sana dengan Clark. Sebenarnya Clark yang pergi sendiri ke tempat itu. Mungkin dia merasa kalau kamu ada di sana. Setelah Clark pergi, aku mencarinya. Yang anehnya, aku tahu keberadaan Clark dan aku juga mengingatmu. Dengan buru-buru aku menuju ke taman itu, karena perasaanku mengatakan Clark dalam bahaya. Yang anehnya aku tahu orang itu mengincar Clark. Sebagai kakaknya, aku wajib membelanya. Karena itu aku menyerang orang itu dan menyuruh kamu melarikan diri dengan membawa Clark,” jelas Ken.“Ah, iya, aku ingat. Kamu tiba-tiba muncul dan menyerang orang itu. Saat melihat Clark berteriak-teriak memanggilmu, aku tahu kalau kamu adalah kakaknya Clark. Karena itu aku membawa Clark dan melarikan diri sesuai perintahmu,” kata Momo sambil mengenang saat itu.“Sa