“Apa sih yang kalian tertawakan?”
Tiba-tiba muncul seorang dengan senyumnya yang menawan. Namun ketika mendengar sapaan orang itu, Sina terdiam. Wajahnya yang penuh senyum dari datang, hilang tanpa bekas. Sani kembali dengan ekspresi cueknya saat melihat Sina diam.
“Halo, Dokter Bryan,” sapa Sian dengan pura-pura hormat.
“Halo juga. Orang ini siapa, Dokter Sina? Wajahnya sangat mirip denganmu. Apakah dia saudara kembarmu? Tapi mengapa aku tidak pernah mendengarnya? Oh, tunggu, aku ingat sekarang, dia saudaramu yang minggat dari rumah dan hanya muncul ketika papamu meninggal. Kemudian karena tidak mendapat harta warisan, dia minggat lagi. Betulkah?” tanya Bryan dengan nada mengejek. “Kamu harus pulang melihat mamamu. Dia sangat menderita sejak kepergianmu sehingga seperti orang gila. Orang gila yang merindukan anaknya sangat parah lho. Dia bisa berteriak-teriak dan menahan setiap orang dan mengira orang itu anaknya. Oh, y
“Karena mereka sudah ditakdirkan bersama. Kekuatan terbesar mereka adalah saat bersama, terutama dengan seorang lagi. Dengan bertiga, mereka bisa mengalahkan Mira. Tapi aku tidak melihat orang ketiga. Apakah kalian tahu dia di mana?” tanya Sina.Mendengar pertanyaan Sina, Harry dan Momo menunduk dan murung. Mereka tidak tahu harus mengatakan bagaimana.“Hhmm, ada apa? Katakan saja pada kami,” kata Sani.“Adik kami telah kerja sama dengan Ibu Mira,” sahut Momo. “Demi untuk menyelamatkanku dan neneknya.”“Apa?! Berarti dia sekarang menjadi anggotanya Mira?” teriak Sina kaget.Harry dan Momo mengangguk dengan lesu.“Gawat. Gawat sekali!” teriak Sina kalang kabut.“Tidak akan!” geram Sani. “Mereka masih bisa menanganinya jika kita membantu mereka! Kalian harus berlatih dengan kami dan teman-teman kami!”Harry dan Momo mengangkat kepala m
“Hehehe, kalian harus bersyukur, karena ada Dokter Ryan yang bersedia membantu dalam pengobatan.”“Sungguh?! Berarti Ken ada harapan!” seru Momo dengan gembira. “Pak, Ken ada harapan!!”“Hahaha, betul sekali. Dokter Ryan adalah dokter hebat dan jadwalnya sangat padat. Tetapi saat dia mendengar ceritaku, dia sangat antusias untuk mengobati Ken,” sahut Sina dengan semangat.“Dok Sani, ada apa? Kenapa wajah Dokter tidak senang?” tanya Harry. Dia sudah bisa mengatasi rasa malunya.“Bukannya tidak senang. Hanya aku merasa ganjil melihat antusias Dokter Ryan. Entah kenapa aku merasa ada topeng di balik wajahnya,” kata Sani dengan suara pelan.“Dokter Sina, bisakah Dokter menggambarkan ciri-ciri Dokter Ryan?’ tanya Momo. Entah kenapa setelah mendengar penjelasan Sani, perasaannya tidak nyaman.“Dia tinggi, cakep dan ramah, ….”“Kelama
“Hei … hei, Dokter Sina, apa yang terjadi? Apa yang kamu cari dari tengkuk Dokter Ryan?” tanya dokter kepala kebingungan.“Aduh, maaf, Dok. Saya hanya penasaran dengan sesuatu di tengkuk Dokter. Maaf sudah interupsi. Silakan Dokter Ryan menjawab pertanyaan Dokter Sani tadi,” ucap Sina tersenyum sambil melirik Sani. Dia menggelengkan kepalanya seolah-olah Sani mengerti maksudnya.“Ah, maaf saya jadi lupa pertanyaan Dokter Sani apa ya?” tanya Ryan pura-pura bego.“Mengapa mengambil pasien Dokter Sina dan mengoperasi pasien bukan di ruang operasi?” Momo mengulang pertanyaan Sani dengan nasa suara kesal.“Oh.”Terlihat Ryan kaget, karena ada yang mengulang pertanyaan itu dengan cepat dan tepat. Kali ini dokter kepala itu angkat tangan, menyerah. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan suasana di tempat ini. Di mana kekuasaannya? Siapa orang-orang ini?Walau dengan gerakan gugup,
Ryan mengeluarkan tenaganya lebih besar lagi. Sesudah ini dia berjanji untuk mengambil semua cutinya dari beberapa tahun belakangan ini, karena dia sangat jarang mengambil cutinya.“Uhuk … uhuk ….”Ken terbangun sambil terbatuk-batuk. Dia membuka matanya dan merasa sangat silau, sehingga dia menutup setengah matanya dengan lengan.“Ken!!” teriak Harry dan Momo serentak.Ken yang mendengar suara Momo, tersentak kaget. Matanya terbuka lebar. Dia mengira dia sedang bermimpi. Namun saat netranya bertumbuk dengan netra Momo, matanya terbuka semakin lebar.“Mo?!” bisik Ken parau.“Ken!!” seru Momo sambil memeluk erat ken.Ryan yang melihat Ken sudah sadar, langsung jatuh terduduk di lantai. Dia sangat lemas dan lega, bercampur aduk, sehingga membuatnya tidak mampu berdiri dengan baik.Sani yang tersentuh, dia membantu Ryan untuk bangun dan duduk di kursi. Ryan tersenyum be
“Apanya yang aneh?” tanya Momo heran. Ketiga pria juga memasang telinga baik-baik. Apa yang Ken anggap sebagai hal yang aneh?“Kamu mau tahu mengapa aku bisa berada di sana dengan Clark. Sebenarnya Clark yang pergi sendiri ke tempat itu. Mungkin dia merasa kalau kamu ada di sana. Setelah Clark pergi, aku mencarinya. Yang anehnya, aku tahu keberadaan Clark dan aku juga mengingatmu. Dengan buru-buru aku menuju ke taman itu, karena perasaanku mengatakan Clark dalam bahaya. Yang anehnya aku tahu orang itu mengincar Clark. Sebagai kakaknya, aku wajib membelanya. Karena itu aku menyerang orang itu dan menyuruh kamu melarikan diri dengan membawa Clark,” jelas Ken.“Ah, iya, aku ingat. Kamu tiba-tiba muncul dan menyerang orang itu. Saat melihat Clark berteriak-teriak memanggilmu, aku tahu kalau kamu adalah kakaknya Clark. Karena itu aku membawa Clark dan melarikan diri sesuai perintahmu,” kata Momo sambil mengenang saat itu.“Sa
Harry menoleh pada Sina dan tersenyum. “Tidak apa-apa. Orang tuanya telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan Momo dan Clark. Jadi wajarlah sebagai kakak tertua mereka mengucapkan terima kasih. Dan sebagai pamannya, aku juga mengucapkan banyak terima kasih karena telah menolongku,” kata Harry.Ken tersentak kaget. “Mama Charity? Paman? Apa maksudnya …? Apakah kamu Paman Harry, kakaknya Mama Nesta?” tanya Ken tidak percaya. Mulutnya terbuka sangat lebar. Namun sedetik kemudian, dia mendekap mulutnya sendiri. Dia keceplosan.Ken sudah tahu siapa dirinya saat dia masuk ke dunia cermin lewat rumah cermin. Keluar dari cermin, dia berada di rumah orang tuanya. Rumah itu telah ditinggali oleh sekelompok orang-orang yang pernah melayani Nesta. Dari merekalah dia tahu siapa dirinya, walau dia tidak mengatakan pada mereka siapa dia sebenarnya. Dia pun mendapat file biografi tentang keluarganya dan keluarga Harry.“Betul sekali. Jadi
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Semua netra menoleh pada sumber suara. Walau Harry dan kawan-kawan diam, tetapi netra mereka menuntut penjelasan.“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan lebih terperinci daripada pemberitahuan ini. Silakan kalian masuk lewat pintu kanan,” kata orang itu sambil menunjukkan pintu masuk sebelah kanan. “Eh, tunggu, kecuali kamu. Tempatmu bukan di kanan, tetapi di kiri.”Ken tersentak kaget karena dia disuruh menuju ke pintu kiri. Dengan heran dia memandang orang itu.“Mengapa?”“Ada yang harus kamu temui dahulu.”Hanya jawaban itu, tetapi membuat raut wajah Ken memucat. Dengan lesu, dia menuju ke pintu sebelah kiri.“Siapa yang harus dia temui, Bin?” tanya Sina.“Kamu akan tahu juga nanti,” kata Bin tidak peduli. Dia segera membuka pintu buat mereka bertiga dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.Saat mereka masuk, Harry takjub melihat suasana di dalam. Pintu masu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu