“Tidak. Sarah tidak lihat. Saat itu setelah menggambar, Sarah mau lihat lagi, rumah itu sudah menghilang. Kapan muncul juga, Sarah tidak tahu,” sahut Sarah dengan gembira. Dia tidak pernah diajak berbicara normal dan dipercaya seperti ini. Sehingga saat Harry bertanya seperti orang normal berbicara dengan sesamanya, dia sangat bahagia.
“Jadi apa rencanamu, Nak? Jika kamu mau, kamu bisa menunggu di rumah saya sampai rumah itu muncul lagi,” tawar bapak itu.
Bapak itu berencana jika Harry tinggal di rumahnya, dia bisa memberi bukti hidup, kalau selama ini anaknya tidak gila sama sekali. Jadi mereka bisa terlepas dari ulah tetangganya yang terus merisak, terutama pada Sarah.
“Terima kasih, Pak. Saya ingin, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus saya urus, jadi bisakah saya minta nomor ponsel Bapak atau mungkin Sarah untuk sekali-sekali bertanya apakah rumah itu sudah muncul atau tidak?” tanya Harry.
“Sarah yan
Harry dan Momo masih menunggu beberapa saat, sehingga semua pengunjung pergi. Begitu pun orang yang mencurigakan tersebut. Setelah itu mereka keluar. Dengan bergegas, mereka membuka pintu rumah cermin dan siap pergi dari sana.“Kalian diam di tempat, kalau tidak ingin benda ini menembus jantung kalian!” bentak seseorang dari belakang Harry dan Momo dengan mengarahkan sesuatu pada punggung mereka berdua. “Jauhkan kedua tangan kalian dari badan kalian! Jangan membuat gerakan mencurigakan!”“Siapa kamu? Apa maumu? Uang? Kami tidak punya uang banyak!” kata Harry sambil berusaha melirik penodongnya.“Jangan membalikkan badan!! Aku tidak memerlukan uang kalian!! Katakan saja, kalian dari mana?! Bagaimana caranya kalian muncul?! Aku sangat yakin, sudah tidak ada orang di dalam, sebelum aku keluar sebagai orang yang terakhir! Dan aku juga yakin sesudah aku keluar, tidak ada lagi orang yang masuk!! Jadi katakan, bagaimana kalian
Harry dan Momo hanya bisa melongo mendengar perkataan Sina. Belum habis kekagetan mereka yang hampir menabrak Sina, sudah ditambah dengan teguran yang menohok.“Maaf, Dok. Boleh tanya …?”“Dok, maafkan sikapku. Akan saya perbaiki,” kata Harry memotong kalimat Momo. Dia mengenal Sina, tetapi Momo tidak mengenalinya. “Tetapi kita harus menggunakan kendaraan apa yang bisa membuat kita tiba dengan cepat?”“Bagus. Itu yang ingin kudengar dari calon penguasa baru. Aku yakin, menjadi seorang pemimpin, bukanlah hal baru bagimu. Aku tahu kamu seorang CEO yang memimpin banyak orang,” sahut Sina sambil tersenyum kembali. “Sekarang ikutlah denganku. Kita akan segera menuju ke tempat itu.”Tanpa menunggu balasan dari Harry atau Momo, Sina kembali melangkah menuju ke belakang rumah sakit. Harry dan Momo mengira mereka akan menuju ke tempat parkir yang terletak di belakang rumah sakit, tetapi setelah kel
Sina tahu Sani bukanlah seorang pembunuh. Dia pasti menyembunyikan dan menidurkan badan orang yang dia pakai.“Cih!”Dengan kesal, Sani meninggalkan Sina dan yang lainnya. Dia menuju ke kamarnya. Tidak lama kemudian, dia keluar, sambil memanggul sesuatu di bahunya dan wajahnya sudah kembali menjadi seseorang yang mirip dengan Sina. Namun begitu, bisa terlihat perbedaan mereka berdua.Dengan perlahan, dia menurunkan panggulannya dengan perlahan di atas sofa. Agna dan Hariyanto yang melihat Kerry dibaringkan di sofa, segera menghampirinya.“Kerry!!” teriak Agna.“Kerry!! Ayo, bangun, Nak!” teriak Hariyanto sambil menepuk pipi Kerry.“Ugkh!” keluh Kerry sambil menggerakkan badannya. Pelahan matanya terbuka. Wajah Agna yang ada di depannya. “Agna … Agna … ugkh … kepalaku.”Kerry berusaha untuk bangun. Agna segera membantunya dengan lembut hingga Kerry duduk d
Harry dan Momo saling memandang. Namun tidak lama, Momo langsung membantu para perawat yang melakukan proses pemindahan Ken, karena dia sudah tahu apa yang terjadi.Harry yang melihat tindakan Momo, ikut juga membantu. Dia yakin Momo melihat sesuatu, karena dari ekspresi wajah Momo terlihat sangat tegang.“Tenanglah,” bisik Harry sambil memegang tangan Momo yang gemetar.“Kamu pamitan sama keluargamu. Karena kalau Ken sudah keluar dari kamar ini, waktumu sudah tidak ada. Dan suruh mereka segera tinggal di apartemen kamu atau di mana saja, asal jangan di rumah kalian lagi. Mereka sedang menuju ke rumah kalian,” bisik Momo masih dengan tubuh yang gemetar.“Apa?! Mereka mulai bergerak lagi?!” bisik Harry. “Baik, aku akan memberi tahu pada mereka. Kamu tenangkan diri ya.”Harry menghampiri orang tua dan kakaknys yang kebingungan melihat para medis yang terburu-buru mencabut selang Ken dan mempersiapkan pe
“Apa sih yang kalian tertawakan?”Tiba-tiba muncul seorang dengan senyumnya yang menawan. Namun ketika mendengar sapaan orang itu, Sina terdiam. Wajahnya yang penuh senyum dari datang, hilang tanpa bekas. Sani kembali dengan ekspresi cueknya saat melihat Sina diam.“Halo, Dokter Bryan,” sapa Sian dengan pura-pura hormat.“Halo juga. Orang ini siapa, Dokter Sina? Wajahnya sangat mirip denganmu. Apakah dia saudara kembarmu? Tapi mengapa aku tidak pernah mendengarnya? Oh, tunggu, aku ingat sekarang, dia saudaramu yang minggat dari rumah dan hanya muncul ketika papamu meninggal. Kemudian karena tidak mendapat harta warisan, dia minggat lagi. Betulkah?” tanya Bryan dengan nada mengejek. “Kamu harus pulang melihat mamamu. Dia sangat menderita sejak kepergianmu sehingga seperti orang gila. Orang gila yang merindukan anaknya sangat parah lho. Dia bisa berteriak-teriak dan menahan setiap orang dan mengira orang itu anaknya. Oh, y
“Karena mereka sudah ditakdirkan bersama. Kekuatan terbesar mereka adalah saat bersama, terutama dengan seorang lagi. Dengan bertiga, mereka bisa mengalahkan Mira. Tapi aku tidak melihat orang ketiga. Apakah kalian tahu dia di mana?” tanya Sina.Mendengar pertanyaan Sina, Harry dan Momo menunduk dan murung. Mereka tidak tahu harus mengatakan bagaimana.“Hhmm, ada apa? Katakan saja pada kami,” kata Sani.“Adik kami telah kerja sama dengan Ibu Mira,” sahut Momo. “Demi untuk menyelamatkanku dan neneknya.”“Apa?! Berarti dia sekarang menjadi anggotanya Mira?” teriak Sina kaget.Harry dan Momo mengangguk dengan lesu.“Gawat. Gawat sekali!” teriak Sina kalang kabut.“Tidak akan!” geram Sani. “Mereka masih bisa menanganinya jika kita membantu mereka! Kalian harus berlatih dengan kami dan teman-teman kami!”Harry dan Momo mengangkat kepala m
“Hehehe, kalian harus bersyukur, karena ada Dokter Ryan yang bersedia membantu dalam pengobatan.”“Sungguh?! Berarti Ken ada harapan!” seru Momo dengan gembira. “Pak, Ken ada harapan!!”“Hahaha, betul sekali. Dokter Ryan adalah dokter hebat dan jadwalnya sangat padat. Tetapi saat dia mendengar ceritaku, dia sangat antusias untuk mengobati Ken,” sahut Sina dengan semangat.“Dok Sani, ada apa? Kenapa wajah Dokter tidak senang?” tanya Harry. Dia sudah bisa mengatasi rasa malunya.“Bukannya tidak senang. Hanya aku merasa ganjil melihat antusias Dokter Ryan. Entah kenapa aku merasa ada topeng di balik wajahnya,” kata Sani dengan suara pelan.“Dokter Sina, bisakah Dokter menggambarkan ciri-ciri Dokter Ryan?’ tanya Momo. Entah kenapa setelah mendengar penjelasan Sani, perasaannya tidak nyaman.“Dia tinggi, cakep dan ramah, ….”“Kelama
“Hei … hei, Dokter Sina, apa yang terjadi? Apa yang kamu cari dari tengkuk Dokter Ryan?” tanya dokter kepala kebingungan.“Aduh, maaf, Dok. Saya hanya penasaran dengan sesuatu di tengkuk Dokter. Maaf sudah interupsi. Silakan Dokter Ryan menjawab pertanyaan Dokter Sani tadi,” ucap Sina tersenyum sambil melirik Sani. Dia menggelengkan kepalanya seolah-olah Sani mengerti maksudnya.“Ah, maaf saya jadi lupa pertanyaan Dokter Sani apa ya?” tanya Ryan pura-pura bego.“Mengapa mengambil pasien Dokter Sina dan mengoperasi pasien bukan di ruang operasi?” Momo mengulang pertanyaan Sani dengan nasa suara kesal.“Oh.”Terlihat Ryan kaget, karena ada yang mengulang pertanyaan itu dengan cepat dan tepat. Kali ini dokter kepala itu angkat tangan, menyerah. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan suasana di tempat ini. Di mana kekuasaannya? Siapa orang-orang ini?Walau dengan gerakan gugup,