Harry tersentak mendengar suara teriakan Nesta yang jatuh dan suara panggilan tepat di telinganya. Harry membuka mata dan netranya bertemu dengan bola mata yang indah.
“Nika!!” bisik Harry.
Momo tersentak kaget mendengar nama yang dipanggil Harry. Apakah dia Harryku? Tidak mungkin dia ada di dunia ini. Ataukah dia juga bisa menembus cermin itu? batin Momo.
“Pak, Bapak tidak apa-apa?” tanya Momo pelan.
Harry menutup matanya dan membuka kembali. Dia melihat sekeliling dan menyadari kalau dia ada di kantor polisi. Yang di depannya adalah Monita, bukan Nika. Harry meraup wajahnya ke kedua lututnya.
“Maaf. Aku tidak apa-apa,” sahut Harry tanpa mengubah posisinya.
“Harry!! Kamu tidak apa-apa? Temanku mengatakan kamu berlari keluar sambil memegang kepalamu!” teriak Agung sambil berlari menghampiri Harry.
“Pak Agung, saya bisa jamin kalau Kak Jeff bukan pembunuh. Biarkan aku
“Oh, ya, Harry, kamu mengenal Nesta dari mana?” tanya Jeff.“Iya, betul. Kamu mengenal keempat korban. Dari mana kamu tahu mereka?” tanya Agung.Harry tersentak dari lamunannya. Dia memandang mereka dengan bingung. Karena dia tidak mendengar apa pertanyaan mereka.“Pak, dari mana Bapak mengenali nama-nama korban ini?” tanya Momo karena melihat Harry kebingungan.“Oh, aku tidak ingat. Hanya samar-samar aku mengetahui nama mereka. Namun siapa mereka, aku tidak ingat,” elak Harry. Dia berbohong karena dia tidak ingin ada yang tahu apa hubungannya dengan Nesta.Harry tidak tahu kalau Momo dan Jeff mengerutkan keningnya mendengar perkataannya. Mereka merasakan kebohongan Harry.“Baiklah.”Setelah Agung bertanya pada Jeff beberapa hal, akhirnya dia memutuskan melepaskan Jeff, dengan syarat Jeff harus melapor perkembangannya setiap hari. Dan tetap masuk kerja seperti biasanya.
Hari ini Momo masuk kantor dengan perasaan tidak karuan. Setiap mengingat kejadian tadi pagi, membuat wajah Momo memerah.“Wow, Monita. Hari ini kamu cantik sekali!” goda Gina yang baru datang.Momo terlompat kaget melihat Gina.“Kak Gina, kamu sudah masuk kantor? Saya kira masih cuti?” kata Momo tersenyum sambil menyambut Gina.“Ah, aku bosan di rumah. Sejak pulang, Kak Jeff melamun terus. Tidak tahu apa yang dia pikirkan,” kata Gina lesu sambil menghempaskan badan pada kursi kebesarannya.“Kakak tidak bertanya pada Kak Jeff?”“Sudah. Namun dia diam saja. Tidak mau berbicara. Biasanya kalau keadaan begitu, banyak yang dia pikirkan dan tidak bisa diganggu. Karena itu lebih baik aku masuk kantor. Dan ternyata memang ada yang berbunga di sini,” kata Gina sambil menatap Momo dengan senyum lebar.“Bunga?” Momo memandang sekeliling. Tidak ada pot bunga di ruangan ini.
Harry bangkit berdiri dari kursi dan duduk di samping Momo. Momo tersentak kaget melihat tingkah Harry. Dia memandang Harry dengan tatapan kebingungan.Dalam kebingungan, Momo tersentak kaget lagi saat Harry memegang tangannya dengan erat. Tanpa sadar, dia menarik tangannya, tetapi Harry malah menguatkan genggaman tangannya.Hati Momo yang sudah dengan susah payah didamaikan karena kejadian tadi pagi, kembali menjadi kacau balau. Walau demikian ada perasaan hangat mengalir dari tangan Harry yang besar.Saat Harry memegang erat tangan Momo, perutnya yang kacau balau seketika menjadi tenang. Aliran aura yang Momo alirkan membuat hati Harry menjadi tenang.“Mo, nanti pertemuan kamu ikut ya?”“Tetapi, Pak, kan sudah ada Kak Gina. Gak enak sama Kak Gina yang sudah biasa temani dalam pertemuan,” tolak Momo secara halus. Sudah tidak enak sama Kak Gina, bisa-bisa terdampar lagi di hotel. Gak lagi dah, keluh Momo dalam hati.
Saat mereka berangkat ke pertemuan di hotel Grand Grand, Momo terpaksa duduk di depan dengan supir. Gina sudah terlebih dahulu duduk manis di samping Harry.“Gina, ada yang perlu kusampaikan padamu supaya tidak salah paham pada Monita. Ada perintah yang kuberikan pada Monita, bukan padamu, karena sekarang kamu harus lebih fokus pada Kak Jeff,” kata Harry saat berada dalam mobil. Momo memasang kupingnya baik-baik.“Salah paham apa, Pak? Tunggu sebentar. Bapak tidak memberi dia perintah yang aneh-aneh, kan?” goda Gina.“Aneh-aneh gimana?” tanya Harry dengan ketus.“Misalnya minta Monita temani Bapak di hotel ….”Supir Harry, Jeko, tanpa sadar mengerem mendadak setelah mendengar perkataan Gina. Ternyata dia juga memasang telinga seperti Momo.“Maaff … maaff, Pak!!” teriak Jeko ketakutan sebelum kena semprot dari Harry.“Fokus, Pak, tolongfokus pada jala
Perkataan Mira seperti ada petir di siang bolong bagi Harry. Inilah yang dia takuti. Wajah Harry langsung memucat.“Bagaimana, Pak Harry?” tanya Mira.“Bu, kalau boleh tahu, apa yang ingin Ibu bicarakan dengan Pak Harry?” tanya Toni takut-takut.“Kamu tidak perlu tahu. Bagaimana, Pak Harry? Jika tidak bersedia, tidak apa-apa. Semua proyek kerja sama kita kubatalkan. Kalau pun mau bayar denda pemutusan kontrak, tidak masalah. Aku akan bayar semua penaltinya,” kata Mira dengan senyum kemenangan.Belum apa-apa, kamu sudah memucat? Aku akan membuatmu ingat kembali kenangan kita yang indah. Kamu adalah milikku. Selamanya akan menjadi milikku, ucap Mira dalam hati dengan tawa bahagia.Gina memalingkan wajahnya ke arah Harry. Dia tidak mengerti mengapa Mira sangat antusias pada Harry. Sedangkan Harry sangat ketakutan, bahkan dia memegang tangan Momo dengan eratnya.“Pak, bagaimana?” bis
Harry membuang muka dan cepat-cepat melangkah menuju ke pintu keluar, tetapi dengan lincah Mira menari di hadapan Harry. Tanpa sadar Harry melangkah mundur.Sekarang tubuh Harry mengeluarkan hawa panas. Dia berusaha menahan gejolak di perutnya. Tiba-tiba Harry mendengar bunyi pesan yang membuatnya tersadar.Dengan cepat dia memikirkan cara untuk melewati Mira yang pasti sebentar lagi semua benda yang ada ditubuhnya terlepas. Pikirannya terbayang wajah Momo yang membuatnya tidak terpengaruh dengan gerakan Mira yang semakin menjadi-jadi.Tiba-tiba Harry tersadar dengan gerakan Mira. Gerakannya kurang lebih berulang-ulang. Dan di salah satu gerakannya ada cela untuk bisa berlari ke pintu.Harry mempersiapkan tubuhnya dan terus memperhatikan gerakan Mira. Dan ketika pada titik gerakan tersebut, Harry langsung meluncur dengan kecepatan kilat ke arah pintu.Sekali tarikan, pintu terbuka dan Harry melihat Momo yang terkejut memandangnya. Secepat kilat Har
“Jadi kamu mencintaiku?” tanya Harry penasaran.“Mencintaimu? Eeee … entahlah. Aku hanya merasa nyaman bersamamu dan ingin selalu dekat denganmu, terutama jika kamu tidak marah-marah dan tidak memberiku pekerjaan yagn aneh-aneh."Akan tetapi mengapa bayanganmu selalu membuntutiku ke mana saja aku pergi? Kenapa aku tidak sabar menunggu datangnya pagi hari? Hei, sekarang kamu jangan goyang dahulu. Kepalaku jadi pusing melihat kamu terus bergoyang.“Oh, ya, Bos, aku ingin tahu kenapa kamu ketakutan kalau bersama Ibu Mira? Apa dia pernah berbuat seperti yang tadi di kamar hotel?” tanya Momo penasaran.“Jadi itu yang kamu pikirkan tentang kejadian di kamar itu?”“Semua pasti berpikir begitu. Namun kenapa kamu muntah-muntah setelah bertemu dengan wanita cantik seperti Ibu Mira. Memang dia sudah tua, tetapi kecantikannya tidak ada yang mengalahkannya. Dan badannya … ah, aku sebagai wanita saja
“Har, apakah kamu tahu kalau Ibu Mira mencintaimu?” tanya Toni degan serius.Ketiga orang yang mendengar itu terkejut.“Apa … apa maksudmu, Ton?” tanya Harry gugup.“Ini hanya firasatku. Karena setiap mau bertemu denganmu, dia senang sekali dan berdandan lebih … cantik. Namun selalu marah sesudah pertemuan berakhir. Aku tidak tahu kenapa. Tapi kali ini dia sangat marah, bahkan sampai hari ini. Sepertinya karena Monita. Oleh sebab itu aku ingin tahu apa yang terjadi sesudah kamu keluar dari kamarnya.“Ini hanya asumsiku. Monita bilang kamu keluar dari kamar sambil berlari pergi. Apakah benar kamu melarikan diri darinya? Jika ya, berarti kamu telah membuatnya marah. Bahkan di depan pintu kamar ada Monita, apakah dia melihat Monita? Dan kamu menarik Monita melarikan diri? Jika ya, berarti kamu telah membuatnya marah dua kali.“Sebenarnya aku juga penasaran apa yang terjadi di dalam kamar, tetapi
Momo dan Harry langsung berlari membantu Mira untuk bangun kembali. Mereka tidak memedulikan tawaan dan cibiran orang-orang. Mira sangat marah saat Momo menyentuhnya. Dengan kasar dia menepis tangan Momo, tetapi menyambut dengan senyum manis pada tangan Harry. Sambil menatap Harry dengan intens, Mira mengelus tangan Harry. Harry merasa serba salah. Dia sangat ingin menarik kembali tangannya, tetapi Momo menatapnya dengan tatapan melarang. Akhirnya Harry melayani Mira yang terus menerus menatapnya dengan tatapan menggoda. Dengan izin dari Chu, Mira diperbolehkan tinggal di daerah itu. Namun tidak ada yang memedulikannya. Walau ada rasa enggan, Harry tetap menjenguk Mira. Dia sadar akan tanggung jawabnya. Melihat kebaikan hati Harry, semua penduduk dunia cermin mendukung Harry menggantikan posisi Mira. Namun Harry belum memberi mereka jawaban. “Harry, mengapa kamu tidak segera melakukan pelantikan dirimu jadi penguasa? Apa yang kamu tunggu?” tanya Chu saat sedang menggantikan perban
Mira yang memiliki kecantikan seorang gadis, sekarang berubah menjadi seorang nenek-nenek sesuai dengan usianya. Keriput merajalela di seluruh tubuhya.“Apa yang kamu lakukan, Harry?! Kenapa aku menjadi seperti ini? Tenaga apa yang kamu pakai?! Kembalikan aku pada kecantikan dan kemudaaanku!!” teriak Mira histeris. Namun suara yang awalnya begitu kencang dan tegas, berubah menjadi suara cempreng, suara nenek-nenek yang lemah.Saat Harry melongo melihat keadaan Mira, muncul Devan dan Mischa. Pasukan mereka telah disuruh meninggalkan pos yang sudah diatur sejak awal, karena perubahan rencana. Mereka diminta bersiaga menjaga rumah sakit. Sedangkan Devan dan Mischa yang menawarkan diri untuk mengawasi Harry dari jauh.Saat melihat Mira mengikuti Harry dan Momo, dengan tetap waspada Devan dan Mischa mengikuti dari kejauhan. Namun apa yang mereka takutkan tidak terjadi. Malah Mira kalah dengan keadaan yang sangat aneh.“Harry, kamu pergilah me
Saat kecemasan Momo meningkat, dia merasakan ada tangan yang menggenggam erat tangannya. Dia tidak tahu kalau Harry sudah berada di sisinya sebelum digenggam. Momo bernapas lega saat melihat bola mata Harry.“Wah … wah, kalian telah menyakitiku,” seru Mira sambil tertawa sinis. Mira turun dari mobil serta menghampiri Harry dan Momo dengan tatapan yang tajam, karena sakit hati. Matanya tidak bisa teralihkan dari genggaman tangan Harry pada Momo.“Harry, kamu berbohong ya. Katamu sudah memecat Monita, kenyataannya kamu membawanya ke sini!” bentak Toni dengan marah.“Saya sudah dipecat sebagai sekretaris, Pak Toni. Tapi saya melamar kerja sebagai belahan jiwanya Pak Harry. Apakah itu mengecewakanmu?” kata Momo dengan tenang. Tawa Harry hampir saja pecah saat mendengar Momo mengatakan melamar sebagai belahan jiwanya. Namun melihat kemarahan Mira dan Toni, Harry memilih menyimpannya dalam hati.“Apa-apaan kamu,
“Ada apa?” tanya Tico pada Momo. Tiba-tiba dia disergap rasa khawatir.“Pasukan Mira sedang menuju ke arah sini. Entah dia tahu tempat ini atau hanya mengira-ngira,” timpal Chu.“Dia tidak mengira-ngira! Kemungkinan besar dia tahu tempat ini. Kita harus evakuasi yang tidak bisa bertarung!” perintah Harry. Entah kenapa dia mengeluarkan perintah itu, seolah-olah dia adalah penguasa. Sebagian orang yang mendengarnya langsung bergerak.“Momo, mereka sudah dekat ataukah masih jauh?” tanya sina.“Paling cepat tiba di sini setengah jam lagi,” kata Momo.“Master, kita harus memasang pelindung kita,” pinta Ken.“Kalau kita memasang pelindung, berarti tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk,” protes Sina. “Bagaimana caranya kita mengeluarkan yang tidak bisa bertarung? Mereka akan terjebak seperti kita.”“Tetapi kalau kita tidak pasang, mereka
Di belakangnya terlihat beberapa orang mengusung seseorang yang terluka parah. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena berlumur cairan merah.Terlihat Chu keluar dengan langkah tergopoh-gopoh. Dia segera menyuruh mereka membawa orang itu masuk ke dalam sebuah kamar. Semuanya mengikuti orang yang diusung itu.“Ada apa?” tanya Sina pada pengusung yang sudah meletakkan orang sakit itu di tempat tidur.“Dia dipukul sama anak buahnya Mira sampai babak belur beberapa hari yang lalu. Terus teman-teman membawa dan merawatnya. Saat masih dirawat, teman-teman lain beri tahu kalau adiknya ditangkap sama Mira, dia menuju ke sana dan merelakan dirinya yang dipukul untuk menggantikan adiknya. Tetapi Mira mengenalinya yang tempo hari dia pukul, sehingga dia dipukul berkali-kali lipat,” kata pengusung itu sambil menghela napas. “Padahal adiknya itu bukan adik kandungnya.”“Kenapa dia dan adiknya dipukul?” tanya Sina.
Momo tidak mampu menyelesaikan perkataannya. Hatinya sangat sesak. Tanpa mengharapkan jawaban, dia mengikuti Chu ke sebuah ruangan.Momo hampir pingsan melihat seseorang yang tergeletak dalam keadaan luka parah. Orang itu tidak bergerak, tetapi Momo masih melihat gerakan dadanya naik turun, walau tidak teratur. Dengan cepat, Momo menghampirinya.“Harry!! Harry!! Bangun!! Jangan tinggalkan aku sendiri,” tangis Momo meraung sambil mengguncang badan Harry.“Kalau kamu mau, kamu bisa menyembuhkannya,” kata Chu.Momo tersentak kaget mendengar perkataan Chu. Dia memandang Chu dengan tidak percaya. Air matanya masih mengalir tanpa henti.“Be…bbenarkah, Master? Saya bisa menyembuhkannya. Bagaimana caranya? Tolong beri tahu pada saya, Master, huhuhu….”“Hanya kamu sendiri yang tahu. Seperti kamu bisa melihat masa depan, begitulah kekuatanmu itu akan muncul jika kamu inginkan.”&ldqu
Semua netra menoleh pada sumber suara. Walau Harry dan kawan-kawan diam, tetapi netra mereka menuntut penjelasan.“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan lebih terperinci daripada pemberitahuan ini. Silakan kalian masuk lewat pintu kanan,” kata orang itu sambil menunjukkan pintu masuk sebelah kanan. “Eh, tunggu, kecuali kamu. Tempatmu bukan di kanan, tetapi di kiri.”Ken tersentak kaget karena dia disuruh menuju ke pintu kiri. Dengan heran dia memandang orang itu.“Mengapa?”“Ada yang harus kamu temui dahulu.”Hanya jawaban itu, tetapi membuat raut wajah Ken memucat. Dengan lesu, dia menuju ke pintu sebelah kiri.“Siapa yang harus dia temui, Bin?” tanya Sina.“Kamu akan tahu juga nanti,” kata Bin tidak peduli. Dia segera membuka pintu buat mereka bertiga dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.Saat mereka masuk, Harry takjub melihat suasana di dalam. Pintu masu
“Mo, ada apa?” tanya Harry khawatir. Setiap kali melihat Momo menangis, hati Harry menjadi sakit. Hatinya juga ingin ikut menangis.Bruk!!Semua terlompat kaget. Mereka mendekati pintu yang mereka lewati tadi. Namun Momo melarang mereka.“Jangan mendekat!” bisik Momo sambil menghapus air matanya. “Kita harus pergi dari sini! Kalau tidak, sia-sialah kesempatan yang diberikan Gus.”“Maksudnya? Kesempatan apa?" tanya Sina heran."Momo benar, Dok. Ayo, kita pergi dari sini!” bisik Harry. Entah kenapa dia mengerti larangan Momo.Walau bingung, semuanya sepakat untuk pergi dari sana. Melewati tangga darurat dengan cepat menuju ke tempat parkir. Dari sana mereka segera meninggalkan rumah sakit dengan menggunakan mobil Sina yang selalu terparkir di tempat parkir rumah sakit.Sani yang menjalankan kendaraan sehingga Sina bisa mengecek berita dari rumah sakit. Namun ada satu video yang dikir
Semua yang melihat Mira marah, mengerutkan kening. Mereka tidak tahu apa yang telah dikatakan dokter kepala sehingga membangkitkan kemarahan Mira dan membuat dokter kepala itu berlutut ketakutan. Apalagi mereka melihat Momo senyam-senyum sambil menonton. Namun mereka memilih diam, karena Momo terlihat serius.“Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak bermaksud demikian! Tidak ada yang melebihi kehebatan Yang Mulia!” teriak dokter kepala itu ketakutan sambil menyembah Mira.“Sudahlah!” Tangan Mira mengibas-ngibas. “Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bryan. Antar aku ke tempatnya. Dia masih berlutut, kan?!”“Iya. Dia masih belum mampu berdiri. Saya akan antarkan Yang Mulia ke sana,” kata dokter kepala.Dokter kepala yang berbadan agak besar itu dengan cepat melompat berdiri. Namun karena memang tidak lincah, kakinya terkait di bawah kursi, sehingga dia terjungkal ke depan dan menabrak Mira yang juga kebetu