Harry kaget melihat gelang itu. Kepalanya tiba-tiba sakit dan berdegung. Selintas sebuah bayangan seorang gadis yang tertawa menggodanya.
“Kak Harry, ayo ke sini, Kak. Kalau Kakak tidak datang, aku akan melempar gelang pemberianmu, lho.”
“Hei, kamu benar-benar tidak perasaan deh. Kamu tahu bagaimana susahnya aku mencari uang untuk membelikan gelang itu? Namun kenapa juga aku harus bersusah payah bekerja untuk membelikan gelang itu ya kalau kamu hanya akan membuangnya. Lebih baik kamu minta langsung pada Papa,” kata Harry pasrah.
“Kenapa juga Kakak harus bersusah payah mencari uang? Kan tinggal minta sama Papa.”
“Apa kamu bilang? Anak nakal! Kamu berani mengejekku?” Harry menjewernya.
“Pak!! Pak!!!”
“Kenapa sekarang kamu memanggilku, Pak?” tanya Harry.
“Kalau bukan memanggil Bosku dengan sebutan Pak, lalu saya harus panggil apa?”
“Apa?!&rdq
Harry tersentak mendengar suara teriakan Nesta yang jatuh dan suara panggilan tepat di telinganya. Harry membuka mata dan netranya bertemu dengan bola mata yang indah.“Nika!!” bisik Harry.Momo tersentak kaget mendengar nama yang dipanggil Harry. Apakah dia Harryku? Tidak mungkin dia ada di dunia ini. Ataukah dia juga bisa menembus cermin itu?batin Momo.“Pak, Bapak tidak apa-apa?” tanya Momo pelan.Harry menutup matanya dan membuka kembali. Dia melihat sekeliling dan menyadari kalau dia ada di kantor polisi. Yang di depannya adalah Monita, bukan Nika. Harry meraup wajahnya ke kedua lututnya.“Maaf. Aku tidak apa-apa,” sahut Harry tanpa mengubah posisinya.“Harry!! Kamu tidak apa-apa? Temanku mengatakan kamu berlari keluar sambil memegang kepalamu!” teriak Agung sambil berlari menghampiri Harry.“Pak Agung, saya bisa jamin kalau Kak Jeff bukan pembunuh. Biarkan aku
“Oh, ya, Harry, kamu mengenal Nesta dari mana?” tanya Jeff.“Iya, betul. Kamu mengenal keempat korban. Dari mana kamu tahu mereka?” tanya Agung.Harry tersentak dari lamunannya. Dia memandang mereka dengan bingung. Karena dia tidak mendengar apa pertanyaan mereka.“Pak, dari mana Bapak mengenali nama-nama korban ini?” tanya Momo karena melihat Harry kebingungan.“Oh, aku tidak ingat. Hanya samar-samar aku mengetahui nama mereka. Namun siapa mereka, aku tidak ingat,” elak Harry. Dia berbohong karena dia tidak ingin ada yang tahu apa hubungannya dengan Nesta.Harry tidak tahu kalau Momo dan Jeff mengerutkan keningnya mendengar perkataannya. Mereka merasakan kebohongan Harry.“Baiklah.”Setelah Agung bertanya pada Jeff beberapa hal, akhirnya dia memutuskan melepaskan Jeff, dengan syarat Jeff harus melapor perkembangannya setiap hari. Dan tetap masuk kerja seperti biasanya.
Hari ini Momo masuk kantor dengan perasaan tidak karuan. Setiap mengingat kejadian tadi pagi, membuat wajah Momo memerah.“Wow, Monita. Hari ini kamu cantik sekali!” goda Gina yang baru datang.Momo terlompat kaget melihat Gina.“Kak Gina, kamu sudah masuk kantor? Saya kira masih cuti?” kata Momo tersenyum sambil menyambut Gina.“Ah, aku bosan di rumah. Sejak pulang, Kak Jeff melamun terus. Tidak tahu apa yang dia pikirkan,” kata Gina lesu sambil menghempaskan badan pada kursi kebesarannya.“Kakak tidak bertanya pada Kak Jeff?”“Sudah. Namun dia diam saja. Tidak mau berbicara. Biasanya kalau keadaan begitu, banyak yang dia pikirkan dan tidak bisa diganggu. Karena itu lebih baik aku masuk kantor. Dan ternyata memang ada yang berbunga di sini,” kata Gina sambil menatap Momo dengan senyum lebar.“Bunga?” Momo memandang sekeliling. Tidak ada pot bunga di ruangan ini.
Harry bangkit berdiri dari kursi dan duduk di samping Momo. Momo tersentak kaget melihat tingkah Harry. Dia memandang Harry dengan tatapan kebingungan.Dalam kebingungan, Momo tersentak kaget lagi saat Harry memegang tangannya dengan erat. Tanpa sadar, dia menarik tangannya, tetapi Harry malah menguatkan genggaman tangannya.Hati Momo yang sudah dengan susah payah didamaikan karena kejadian tadi pagi, kembali menjadi kacau balau. Walau demikian ada perasaan hangat mengalir dari tangan Harry yang besar.Saat Harry memegang erat tangan Momo, perutnya yang kacau balau seketika menjadi tenang. Aliran aura yang Momo alirkan membuat hati Harry menjadi tenang.“Mo, nanti pertemuan kamu ikut ya?”“Tetapi, Pak, kan sudah ada Kak Gina. Gak enak sama Kak Gina yang sudah biasa temani dalam pertemuan,” tolak Momo secara halus. Sudah tidak enak sama Kak Gina, bisa-bisa terdampar lagi di hotel. Gak lagi dah, keluh Momo dalam hati.
Saat mereka berangkat ke pertemuan di hotel Grand Grand, Momo terpaksa duduk di depan dengan supir. Gina sudah terlebih dahulu duduk manis di samping Harry.“Gina, ada yang perlu kusampaikan padamu supaya tidak salah paham pada Monita. Ada perintah yang kuberikan pada Monita, bukan padamu, karena sekarang kamu harus lebih fokus pada Kak Jeff,” kata Harry saat berada dalam mobil. Momo memasang kupingnya baik-baik.“Salah paham apa, Pak? Tunggu sebentar. Bapak tidak memberi dia perintah yang aneh-aneh, kan?” goda Gina.“Aneh-aneh gimana?” tanya Harry dengan ketus.“Misalnya minta Monita temani Bapak di hotel ….”Supir Harry, Jeko, tanpa sadar mengerem mendadak setelah mendengar perkataan Gina. Ternyata dia juga memasang telinga seperti Momo.“Maaff … maaff, Pak!!” teriak Jeko ketakutan sebelum kena semprot dari Harry.“Fokus, Pak, tolongfokus pada jala
Perkataan Mira seperti ada petir di siang bolong bagi Harry. Inilah yang dia takuti. Wajah Harry langsung memucat.“Bagaimana, Pak Harry?” tanya Mira.“Bu, kalau boleh tahu, apa yang ingin Ibu bicarakan dengan Pak Harry?” tanya Toni takut-takut.“Kamu tidak perlu tahu. Bagaimana, Pak Harry? Jika tidak bersedia, tidak apa-apa. Semua proyek kerja sama kita kubatalkan. Kalau pun mau bayar denda pemutusan kontrak, tidak masalah. Aku akan bayar semua penaltinya,” kata Mira dengan senyum kemenangan.Belum apa-apa, kamu sudah memucat? Aku akan membuatmu ingat kembali kenangan kita yang indah. Kamu adalah milikku. Selamanya akan menjadi milikku, ucap Mira dalam hati dengan tawa bahagia.Gina memalingkan wajahnya ke arah Harry. Dia tidak mengerti mengapa Mira sangat antusias pada Harry. Sedangkan Harry sangat ketakutan, bahkan dia memegang tangan Momo dengan eratnya.“Pak, bagaimana?” bis
Harry membuang muka dan cepat-cepat melangkah menuju ke pintu keluar, tetapi dengan lincah Mira menari di hadapan Harry. Tanpa sadar Harry melangkah mundur.Sekarang tubuh Harry mengeluarkan hawa panas. Dia berusaha menahan gejolak di perutnya. Tiba-tiba Harry mendengar bunyi pesan yang membuatnya tersadar.Dengan cepat dia memikirkan cara untuk melewati Mira yang pasti sebentar lagi semua benda yang ada ditubuhnya terlepas. Pikirannya terbayang wajah Momo yang membuatnya tidak terpengaruh dengan gerakan Mira yang semakin menjadi-jadi.Tiba-tiba Harry tersadar dengan gerakan Mira. Gerakannya kurang lebih berulang-ulang. Dan di salah satu gerakannya ada cela untuk bisa berlari ke pintu.Harry mempersiapkan tubuhnya dan terus memperhatikan gerakan Mira. Dan ketika pada titik gerakan tersebut, Harry langsung meluncur dengan kecepatan kilat ke arah pintu.Sekali tarikan, pintu terbuka dan Harry melihat Momo yang terkejut memandangnya. Secepat kilat Har
“Jadi kamu mencintaiku?” tanya Harry penasaran.“Mencintaimu? Eeee … entahlah. Aku hanya merasa nyaman bersamamu dan ingin selalu dekat denganmu, terutama jika kamu tidak marah-marah dan tidak memberiku pekerjaan yagn aneh-aneh."Akan tetapi mengapa bayanganmu selalu membuntutiku ke mana saja aku pergi? Kenapa aku tidak sabar menunggu datangnya pagi hari? Hei, sekarang kamu jangan goyang dahulu. Kepalaku jadi pusing melihat kamu terus bergoyang.“Oh, ya, Bos, aku ingin tahu kenapa kamu ketakutan kalau bersama Ibu Mira? Apa dia pernah berbuat seperti yang tadi di kamar hotel?” tanya Momo penasaran.“Jadi itu yang kamu pikirkan tentang kejadian di kamar itu?”“Semua pasti berpikir begitu. Namun kenapa kamu muntah-muntah setelah bertemu dengan wanita cantik seperti Ibu Mira. Memang dia sudah tua, tetapi kecantikannya tidak ada yang mengalahkannya. Dan badannya … ah, aku sebagai wanita saja