Home / Romansa / CEO Yang Hilang Ingatan / 25. Sebuah Perjuangan.

Share

25. Sebuah Perjuangan.

Author: Novica Ayu
last update Last Updated: 2021-05-16 20:40:48

POV Tamara Hilton

"Diam, ada yang datang!"

Alex merangkul tubuhku, ada rasa nyaman dan hangat dalam perlindungannya. Aku menatap wajah tampannya. Tak bisakah dia memberiku kesempatan?

"Siapa disana?" bentak suara baritone itu. 

Seketika aku mengalihkan pandangan dari wajah Alex. Mencari arah suara tadi. Terlihat sesosok lelaki yang berjarak sekitar sepuluh meter dariku dan Alex. Bunyi sepatunya yang menapak ke lantai keramik dengan keras semakin dekat. Aku meremas tanganku yang basah.

Cahaya dari lampu senter terlihat bergerak-gerak ke arah kami. Alex merangkulku lebih erat, kami menunduk, berjongkok dibalik beberapa tumpu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CEO Yang Hilang Ingatan   26. Home Sweet Home

    POV Alexander Ibrahim"Alex, bangun!""Alex … Alicia, kita sudah sampai. Bangunlah!""Alex … Alicia," panggil sebuah suara laki-laki.Aku berusaha membuka mata yang terasa sangat lengket, masih ingin terpejam. Mengerjap beberapa kali. Kulihat Om Pramudya sudah ada di samping pintu mobil. Sinar mentari pagi menerobos lewat sela pintu.Menoleh ke bawah, Alicia tertidur dengan lelap di atas pahaku. Beberapa helai rambutnya menutupi wajah. Mulut Alicia sedikit terbuka, posisi tidurnya miring."Bangun, Alicia!"

    Last Updated : 2021-05-18
  • CEO Yang Hilang Ingatan   27. Tentang Mama ....

    Pov Alexander Ibrahim.Tok … tok … tok!Terdengar suara pintu kamar yang diketuk beberapa kali. Aku tersadar, kembali ke alam nyata. Menyudahi lamunanku tentang Tamara dan Wulan. Dua wanita dengan sifat dan perilaku berbeda."Siapa?""Bik Asih, Den," jawab suara di depan pintu."Masuk aja, gak dikunci!"Kenop pintu tertarik ke bawah. Tak berapa lama pintu te

    Last Updated : 2021-05-21
  • CEO Yang Hilang Ingatan   28. Makan Malam Keluarga Yang Tak Diinginkan!

    Bik Asih telah keluar dari kamar. Aku menatap pantulan wajah di cermin. Beberapa plaster tertempel. Satu di pipi, di kening atas mata, dan di sudut bibir.Wajah tampanku ini adalah aset masa depan. Awas saja jika para anak buah Jhonny tidak mendapatkan hukuman setimpal atas apa yang mereka perbuat.Selesai diobati oleh Bik Asih tadi, aku masih belum berpakaian. Menatap cermin seukuran dengan tubuhku. Ia mengoleskan semacam salep. Obat luar berupa cairan kental berwarna kuning. Bagian bawah perut sebelah kanan terlihat membiru. Banyak bekas luka di sekitar tangan dan kaki.Aku berjalan pelan menuju ranjang. Ingin segera merebahkan diri. Ngantuk berat.Persetan dengan Jhonny, lupakan pekerjaan menumpuk di ka

    Last Updated : 2021-05-22
  • CEO Yang Hilang Ingatan   29. Ungkapan isi hati Tamara (bag. 1)

    Aku berdiri mematung di belakang pintu kamar, menatap ruang tidurku. Ranjang dengan kasur empuk, air conditioner tepat berada di dinding atasnya. Meja belajar dan komputer di samping nakas besi itu.Menengok ke lemari terbuka di samping pintu kamar mandi. Kemeja dan baju bermerk, accesories mahal dan semua hal lain yang kupunya yang mungkin tak dimiliki orang lain.Dengan semua hal yang kumiliki sejak lahir, kenapa aku tak merasa bahagia? Aku kesepian dan merasa seorang diri."Alex!"Suara seorang perempuan. Kurasa aku mengenal suara itu.

    Last Updated : 2021-05-23
  • CEO Yang Hilang Ingatan   30. Ungkapan Hati Tamara (bag 2)

    POV Tamara Hilton."Mama, bisakah Mama, membantu Tamara?""Tentu saja, Sayang. Apa yang bisa Mama bantu?"Sejenak aku terdiam. Harus dari mana kumulai bercerita, "Tentang perjodohanku dengan Alex."Aku berhenti bercerita menatap Mama penuh harap, "Bisakah Mama membicarakannya kembali dengan Om Abraham?""Tentu saja, Om Abraham tidak akan menolak melanjutkan rencana perjodohan kalian. Kedua keluarga dan perusahaan akan sama-sama diuntungkan! Dulu, pertunanganmu berhenti di tengah jalan karena Alex lama menghilang, bahkan dikabarkan telah mati."Dua sudut bib

    Last Updated : 2021-05-25
  • CEO Yang Hilang Ingatan   31. Kesibukan Dimulai ....

    Pov Alexander Ibrahim.Sudah tiga hari aku beristirahat di rumah. Menyembuhkan luka-luka di seluruh badan. Pekerjaan di kantor untuk sementara dikerjakan oleh Om Pramudya. Ah, itulah salah satu enaknya jadi seorang pemilik perusahaan. Aku bebas kapan pun untuk masuk kerja.Tak ada yang akan memecatku, karena aku yang akan memecat orang itu. Satu sudut bibirku terangkat naik. Sedikit menyombongkan diri atas kelebihan yang kupunya sejak lahir."Alex, apa luka-lukamu masih sakit? Kapan kamu akan masuk kerja?Aku mengambil tisu di meja makan, mengelapkannya di sekitar mulut, "Badan Alex sudah tidak sakit Pa, besok atau lusa Alex akan datang ke perusaahn kita!"

    Last Updated : 2021-05-26
  • CEO Yang Hilang Ingatan   32. Totally, i'm important Person!

    Liburan telah selesai. Waktunya kembali ke dunia nyata. It's show time! Saatnya untuk fokus bekerja.Aku menatap cermin, ada pantulan wajahku di sana. Mengenakan setelan formal dengan jas berwarna abu-abu. Bicara soal ketampanan, aku percaya tak ada wanita yang akan menolak pesonaku.Segera mengambil tas dimeja kerja. Aku keluar dari kamar. Bersiap untuk sarapan bersama papa dan Alicia lalu berangkat ke kantor.Menyusuri koridor kamar di lantai dua. Sepi, tak ada suara. Rumah sebesar ini hanya kami bertiga yang mendiaminya. Sepertinya rumah ini butuh suasana baru. Seperti kecerewetan seorang Wulan misalnya.

    Last Updated : 2021-05-27
  • CEO Yang Hilang Ingatan   33. Takdir Tuhan atau Kebetulan?

    "Pekerjaanmu sudah selesai, Alex!"Aku menoleh pada Om Pramudya yang berjalan denganku. Semua tugasku hari ini telah selesai. Kami keluar dari ruang rapat. Berjalan menyusuri koridor, menuju ruangan kami masing-masing."Ini semua berkat bantuan, Om!""Tidak, Om hanya membantu menyiapkan data-data. Selebihnya semua ini adalah kerja keras dan kemampuanmu. Kamu memiliki karisma seorang pemimpin seperti, Papamu.""Kata pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Om!" timpalku.

    Last Updated : 2021-05-28

Latest chapter

  • CEO Yang Hilang Ingatan   216. I Love You Wulan

    ~Perpisahan paling menyakitkan adalah terpisahnya dua hati tanpa kejelasan alasan. Saling memendam perasaan tanpa bisa menjelaskan.~"Wulan sedih Ali, ternyata selama ini Emak Wulan masih hidup, tapi dia gak pernah kasih kabar sedikit pun," ungkap Wulan di sela isak tangisnya."Sudahlah Wulan. Mungkin semua ini sudah takdir."Aku menepuk-nepuk punggung Wulan. Setelah bertemu dan saling mengungkapkan isi hati dengan ibunya beberapa jam, kami kembali pulang."Emak Jahat, Ali. Dia tega ninggalin Wulan dan abah.""Bukan ibumu yang meninggalkan, tetapi takdir memaksanya meninggalkan kalian. Dia juga terpaksa."

  • CEO Yang Hilang Ingatan   215. Bertemu Ibu Wulan

    "Nak order ape?" Pelayan tadi kembali mengajukan pertanyaan. Menatap bingung pada kami berdua. Duduk di kursi restoran tapi tak memesan makanan. "Emak …." Suara Wulan bergetar. Matanya berkaca-kaca dan memerah. Pramusaji yang mendatangi meja kami refleks. Menatap Wulan dengan serius, kedua alisnya mengernyit, "Wulan?" "Kamu teh, Wulan Kirana?" Akhirnya. Perjumpaan yang kubayangkan seperti perkiraan. Istriku $ berdiri dari kursinya memeluk pramusaji di depannya. Sang pramusaji membeku. Kertas catatan order dan bolpoinnya terjatuh.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   214. Tujuan Bulan Madu Pertama

    "Terima kasih untuk malam yang indah ini, Sayang." Wulan mencium bibirku setelah berkata. "Sudah tugasku untuk membahagiakanmu," ucapku sambil menatap mata bulat Wulan, "tidurlah, besok kita akan mulai jalan-jalan." Wulan tersenyum, wajahnya lebih ceria dari saat pertama aku mengenalnya dulu. Tak terlihat wajah lelah bahkan mengantuk seperti sebelum kuajak dia mengunjungi Suria KLCC. "Kemana? Besok kita akan kemana?" tanya Wulan bersemangat. "Tidurlah, besok kamu akan tahu kemana tujuan kita." Aku menaikkan selimut sampai dadanya. Ia menurut dan mulai memejamkan matanya. Malam ini akan menjadi malam yang takkan terlupakan oleh Wu

  • CEO Yang Hilang Ingatan   213. Tempat Ternyaman.

    ~Tempat ternyaman~ Aku memeluk Wulan dari belakang. Kami menikmati malam pertama di tengah kota Kuala Lumpur dari balkon hotel. Gedung-gedung tinggi menjulang membuat kota ini terlihat seperti kota metropolitan. Bias lampu warna-warni berpendar menyemarakkan malam. Di bawah sana jalanan beraspal padat oleh berbagai kendaraan. Bunyi klakson dan mesin mobil menggema hingga balkon, tempat kami berdiri. "Apa kau suka dengan bulan madu kita?" "Tentu saja, ini pertama kalinya Wulan keluar negeri." Wulan mendongak ke wajahku. Aku menghadiahinya sebuah ciuman hangat. Ia tersenyum.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   212. Tiba Di Hotel.

    KLIA 2, Malaysia. Aku menggandeng istriku, telapak tangan Wulan terasa sangat dingin, "Apa kamu kedinginan?" Wulan menggeleng pelan, "Wulan kalo gerogi emang suka panas dingin begini." Tersenyum menatap wajah istriku itu. Ini pengalaman pertamanya naik pesawat terbang. Aku berjalan lebih cepat. Satu langkah kakiku sama dengan dua kali langkah Wulan. Sontak istriku itu menarik tangan, "Kenapa sih, cepet-cepet?" "Pelan-pelan," katanya lagi. Aku tersenyum tak menjawab pertanyaan Wulan, hanya memelankan jalan. Keluar dari koridor para penumpang berbelok ke arah kiri menuju baggage claim area. Ada banyak passenger lain yang juga mencari koper mereka.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   211. Penerbangan Pertama Wulan.

    Pukul sembilan pagi aku dan Wulan sudah selesai bersiap-siap. Abah Dadang dan dua asisten rumah tangga mengantar sampai di teras. "Abah jaga diri ya, Jangan lupa makan. Kalau Wulan telepon harus diangkat." "Iya, Neng geulis." Keduanya melepaskan pelukan. Aku ganti bersalaman dengan Abah Dadang. "Kami berangkat dulu," pamitku kemudian. Mengajak istriku segera masuk ke dalam mobil. Dua jam dari sekarang pesawat akan take off. Perjalanan dari villa menuju bandara memakan waktu sekitar satu setengah jam. "Ini pertama kalinya Wulan, naik pesawat."  

  • CEO Yang Hilang Ingatan   210. Ketakutan Wulan.

    ~Hidup terlalu singkat untuk digunakan membahas masa lalu. Kehidupan yang sekarang adalah sebaik-baiknya pilihan yang sudah kita ambil.~***Kucium kening Wulan. Istriku mengerjap, bulu mata lentiknya bergetar ia menatapku sejenak, "Gak tidur?"Aku menggelengkan kepala pelan. Mengelus rambut sehitam jelaganya."Jam berapa sekarang?""Pukul 00.15 Sayang," jawabku.Sejak kami resmi menjadi suami istri, entah sudah berapa kali aku bercinta dengannya. Seakan-akan tak pernah puas, dan selalu kurang. Wulan pasti kelelahan meladeni keinginanku.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   209. Ronde Tambahan

    Tok … tok … tok!Seseorang mengetuk pintu kamar. Aku dan Wulan sama-sama kelelahannya. Setelah bercinta di sofa kami melanjutkannya di kamar."Sayang, bangun." Aku mencoba membangunkan Wulan. Ia mengerjapkan mata, menoleh ke arahku."Ada apa?""Ada yang mengetuk pintu.""Ahhh, kamu yang bukain. Aku males," sahutnya sambil membelakangiku. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lebih erat.Terpaksa aku bangun. Meraih celana pendek dan kaos yang tercecer di lantai. Membuka pintu dan keluar dari kamar.

  • CEO Yang Hilang Ingatan   208. Ronde Selanjutnya

    Aku merangkul Wulan, membimbingnya masuk ke dalam villa kami. Menutup pintunya kembali. Aku mengajak Wulan duduk di sofa."Apa?" tanya Wulan dengan penasaran.Langsung saja kulumat bibir ranum Wulan. Suasana rumah sangat sepi, tak ada orang lain selain kami. Tentu saja kesempatan ini tak boleh dilewatkan.Kali ini aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Kuarahkan istriku untuk duduk di atas pangkuan. Wulan bahkan mungkin tak sadar jika sudah berada di atasku. Ia memejamkan mata, sementara bibir kami terus bertaut. Sesekali li*ahnya ikut terhisap.Tanganku mulai bergerak lincah menjamah tubuh sintal Wulan. Aku mulai hapal dimana saja titik sensitif istriku ini. Menghentikan pagutan kami, beralih pad

DMCA.com Protection Status