Home / Romansa / CEO VISIT MY ROOM / CEO VISIT MY ROOM (3)

Share

CEO VISIT MY ROOM (3)

Emma menuliskan banyak sekali catatan selama rapat. Sejak CEO terdahulu, ia selalu jadi notulen. Entahlah, tapi katanya ia cukup handal dalam bidang tulis menulis. Tulisannya yang cepat dan juga rapi membuat semua orang setuju kalau dia jadi notulen.

Sejak meeting dimulai, Emma terus membuka obrolan dengan Mark mengenai proyek ini. Dan yang melihatnya dari ujung meja merasa kesal luar biasa. Maka ia menggebrak meja tanpa sengaja, membuat semua orang di ruang meeting terkejut. Emma yang tidak tahu apapun hanya diam saja dan tetap fokus pada tulisan yang ua coret-coret di kertas.

“Emma!”

Suara itu membuat Emma terlonjak. Ia langsung mengangkat kepalanya dan menatap Dan. Melihat ekspresi Dan yang tampak murka, ia sedikit tersenyum. Mark yang melihat itu menyenggol bahunya, tapi karena Emma pada dasarnya tidak peduli ia sama sekali tidak mau menengok, akhirnya Mark sedikit berbisik padanya. “Mr. Dan sepertinya marah padamu,” bisiknya.

Dan langsung keluar dari ruang rapat, membuat semua orang terkejut. Kini semua orang tampak bertanya-tanya alasan kemarahan Big Boss, dan tatapan mereka terjatuh pada Emma yang tampak anteng aja. Mark yang melihat itu langsung mengambil alih.

“Kalian tahu lah bagaimana Emma, mungkin Mr. Dan kesal karena Emma kurang fokus. Buka begitu Em?” Tanya Mark padanya.

Emma menoleh, “Mungkin. Biasa lah, Big Boss itu punya tanggung jawab yang tinggi, jadi kadang suka gebrak-gebrak meja gitu. Maklumi aja ya, aku akan kembali ruangannya. Kalian kembali lah bekerja,”

Emma lantas merapikan buku-bukunya dan bergegas masuk ke ruangan Dan. Setelah mengetuk,  ia masuk sambil tersenyum. Dan tambah kesal, apalagi saat gadis itu menyerahkan notulis rapat hari ini, sekaligus proyek yang sedang ia dan Mark rencanakan.

“Apa kamu gila?” Tanya Dan kesal.

Masih dengan senyuman ia menggeleng. Dan sampai harus memijit kepalanya, karena sudah tidak sabar dengan sikap Emma yang membuat hatinya mendidih. Ia lantas berdiri dan langsung mendorong Emma ke dinding setelah menutup tirai ruangannya.

“Kamu membuatku gila!” teriaknya kencang.

Emma mengelus dada Dan pelan. “Kenapa sih Pagi-pagi udah sensi aja? Perasaan baru tadi pagi pisah, masa ngambekan sih?” Tanyanya santai.

Dan menggeleng, “Aku pusing ngomong sama kamu. Barusan aku lihat sendiri kanu jalan sama anak divisi mana tuh, eh pake segala ngurud proyek bareng. Sengaja banget ya mau buat aku cemburu?” Tanyanya.

Emma menggeleng, “Enggak! Lagian apa juga yang harus dicemburuin sih? Kita bukan pasangan yang harus berkomitmen demi sebuah hubungan. Kamu bebas dan aku pun bebas, terserah mau dekat sama siapa aja,” jawab Emma.

Dan menggeleng, dia cukup takjub dengan jawaban Emma yang baginya cukup berpengalaman. “Apa kamu sudah terbiasa mempermainkan pasanganmu?” sindirnya.

Emma tertawa, “Aku mempermainkan pasanganku? Kamu itu yang pertama, jadi bagaimana mungkin aku mempermainkan orang yang kukenal. Ups… bukannya kamu yang gak suka komitmen? Rumornya sih begitu, jadi aku hanya mengikuti alurnya saja,” jawab Emma.

“Apa maksud kamu?”

“Kita hanya partner sex. Yah memang aku belum membuka segelku, tapi sebentar lagi akan terjadi. Aku sama seperti kamu, hanya ingin bermain. Semoga saja kamu pengalaman yang mengesankan, setelahnya aku bisa mencari pria yang melebihi dirimu. Jadi, kamu itu hanya orang pertama yang beruntung mendapatkan keperawananku,”

Dan menggeleng, “Apa? Kamu sengaja ngelakuin itu sama aku? Apa aku pernah bilang kalau kita hanya partner sex?” Tanya Dan.

“Kamu emang gak pernah bilang, tapi aku belajar dari wanita yangn pernah ada di hidup kamu. Mereka hanya kamu jadikan teman di tempat tidur, setelah bosan dan menemukan yang baru…  kamu akan pergi. Oh aku baru ingat, kamu bahkan bisa membeli wanita mana pun yang kamu  mau. I’m right, My Big Boss?” Tanya Emma seraya menarik dasi Dan mendekat.

“Emma!”

Emma melirik Dan tajam, lalu tersenyum. “Mr. Dan Joobs, saya bukan wanita yang sering anda jumpai. Saya wanita yang memiliki prinsip untuk tidak mau disakiti, maka saya tidak akan jatuh cinta pada orang yang tidak mungkin memberikannya. Saya suka bermain dengan orang yang suka mempermainkan orang lain juga. See! Aku luar biasa kan?”

Dan menatap Emma, “Aku gak begitu, Em!” gertaknya.

Emma tertawa, “Aku mendengarnya sendiri tadi. Satu lagi, kita mungkin sama, tapi aku setidaknya bermain secara teratur. Kalau aku ingin dengannya, maka aku akan bersamanya, tapi bukan berarti aku bisa mengganti pria layaknya baju yang kupakai,” jawab Emma hendak keluar dari ruangan Dan.

Keluarnya Emma dari sana membuat kemarahan Dan membesar. Ternyata Emma bukan wanita seperti biasa, dia bisa membuatnya cemburu sekaligus kesal secara bersamaan. Prinsipnya jelas dan tak bisa dibantah. Dia cerdas, pastinya. Dia bukan gadis yang dengan mudah ditawarkan cinta. Pribadinya lebih cocok menjadi pemimpin wanita masa kini yang tidak takut jatuh sama sekali.

“Aku salah menilainya,” kata Dan pelan.

Jam makan siang, lagi-lagi Dan harus meredam emosinya ketika melihat Emma berjalan dengan teman satu divisinya. Sial, dia kelihatan amat cantik dengan langkahnya yang sangat anggun, namun cekatan. Dan menahan dirinya untuk tidak menarik Emma menjauh lalu melumat habis bibirnya.

“Hello Mr. Dan, anda ingin pergi makan siang juga?”

“Ah iya, saya akan pergi makan siang,” jawab Dan.

“Kalau begitu gabung saja dengan kami. Kebetulan kami akan pergi makan siang di Restoran depan, ada Miss Emma juga kok,” katanya.

“Oke, kebetulan saya ingin makan disana juga,” jawab Dan.

“Hei guys… Mr. Dan mau ikut kita makan nih,”

“Maaf menggangu waktu kalian. Take your time, saya gak akan bahas masalah kantor kok,” kata Dan membuat mereka tampak lega.

“Baik, Pak,”

Emma diam saja. Ia sibuk dengan makanannya, sesekali ia tertawa bersama yang lainnya. Sialnya lagi, Mark duduk di sampingnya sambil memotong steak, dan menyebalkannya lagi steak yang sudah dipotong itu diserahkan kepada Emma. Dan mencoba menenangkan diri agar terlihat baik-baik saja.

“Pepet terus ya, Mark!”

“Ah enggak kok, kita kan teman,” jawab pria itu.

“Terimakaish, Mark,” kata Emma.

Dan memperhatikab Emma yang terlihat tersipu ketika digoda yang lainnya. Mengapa dia harus berekspresi seperti itu sih, batin Dan dongkol.

“Eh, nanti Mr. Chuck mengundang kita untuk menghadiri pesta penyambutan Mr. Dan. Kalian semua ikut kan?”

Rata-rata mereka menganguk, ternasuk Emma. Lalu, mereka tampak sibuk lagi dengan makanan mereka.

“Eh, katanya harus bawa pasangan ya?” Tanya salah satu dari mereka.

“Khusus perempuan, tapi buat laki-laki katanya disiapin sih. Tahu lah, maksudnya apa? Mr. Chuck memang out off the box,”

“Oh ya? Mark datang dengan siapa?”

Kini semua mata tertuju pada Mark yang sedang menggigit steak. Emma di sampingnya tampak anteng saja, seolah tak mendengar pertanyaan yang lainnya.

“Sama Emma, ya kan Em?” jawab Mark membuatku ingin sekali meninjunya.

“Gila! Progress kalian cepet banget sih, kapan sih hariannya?”

“Enggak pacaran kok,” jawab Emma.

“Pacaran juga gak apa-apa kok,” jawab yang lainnya kompak.

“Gimana kalau kita bahas yang lain aja?” Tanya Emma.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status