Adegan pertama dibuka dengan scene Oryza menghampiri pengemudi mobil di sebuah rumah makan cepat saji. Oryza menarik napas dalam-dalam membayangkan semua yang dia lihat ketika bersama Viola. Oryza mencoba mengulangi cara berjalan, menatap, dan gestur yang ditunjukkan Viola dalam pikiran.“Action!”Teriakan dari Sang Sutradara membuat Oryza membuka mata. Gadis itu berjalan melenggak-lenggok ke arah Romanio yang sedang berada dalam mobil sembari merokok. Oryza meletakkan tangan pada atap mobil dan bersaamaan dengan itu Sang Sutradara menghentikan Oryza.“Bisakah kau terlihat lebih natural? ekspresimu itu seperti sedang dibuat-buat.” ujar Sang Sutradara.“Maaf, saya akan berusaha membuatnya lebih natural.” Oryza membungkuk.Oryza mengulangi pengambilan gambar sampai lima kali, tetapi mendapatkan cut setiap kali berada di pertengahan adegan. Karena kondisi yang panas, keringat mengucur di dahi Oryza membuat gadis itu sesekali mengibaskan tangan. Akhirnya Sang Sutradara memerintahkan Oryza
“Apakah anak adalah mesin ATM berjalan bagi orangtuanya?” Pertanyaan itu kembali muncul ketika Oryza mendapat omelan dari ibunya. Bunyi derit terdengar ketika Oryza menjatuhkan diri tempat tidur seolah-olah kasurnya ikut menderita. Tak lama kemudian suara ketukan terdengar di kamar. “Ibu belum selesai bicara denganmu. Kau itu, berangkat pagi pulang malam. Kau ingin membuat ibu malu? coba kalau kau menuruti saran ibu dan menikah dengan Pak Raharjo, kau pasti bisa hidup senang dan membantu keluarga ini. Oryza … Oryza … dengarkan ibu! kau harusnya bersyukur karena masih ada yang mau dengan gadis gendut jelek sepertimu.” Oryza menutup wajah dengan bantal dan menangis sejadi-jadinya. Oryza tak menyangka kalau ibunya tega melakukan celaan fisik kepada dirinya. Oryza berusaha menutup telinga dan tidak mengacuhkan kata-kata ibunya hingga akhirnya suasana menjadi sunyi. Padahal ini tidak terlalu malam.” Oryza mendesah saat melihat jam yang baru menunjukkan pukul sepuluh. Oryza mengambil
Pagi itu Oryza begitu fokus dengan layar komputernya. Terkadang Oryza menggeser mouse untuk menghentikan video lalu melakukan editing, lalu dia hanya terpaku menonton video detik demi detik kemudian melakukan dua hal itu secara berulang.“Akhirnya selesai juga!”Setelah berjibaku dengan proses editing yang berulang, Oryza menyimpan hasil kerja lalu menyerahkannya kepada manajer. Oryza kemudian keluar dari ruang manajer dan melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas yang berarti saatnya untuk beristirahat.“Lelah sekali.” Oryza meregangkan tangan dan bahu.Oryza mulai berjalan menuju meja dan menemukan orang-orang begitu tergesa-gesa. Ada kabar bahwa hari ini akan datang orang penting di kantornya. Meki begitu, Oryza tak sempat bertanya karena beberapa hari ini pekerjaanya sangat padat. “Baiklah istirahat satu jam untuk memulihkan tenaga.” pikir Oryza.Oryza mengambil kotak berisi roti lalu membuka aplikasi streaming favoritnya. Saat akan meletakkan ponsel di te
Oryza yang tak pernah terlambat dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akhirnya mengambil cuti pertama setelah dia bekerja selama dua tahun. Entah kenapa pagi itu Oryza tidak memiliki keinginan untuk bekerja. Oryza membuka aplikasi chat di ponsel dan mengetuk halaman chat dengan Agnes.[Nes][Kenapa za][Jalan-jalan yuk. Lagi suntuk nih][Emang kamu ga kerja za][Hari ini aku lagi ga mood. Sumpah pengen ngilangin stress][Buset, mau kiamat nih kayaknya. Oryza yang rajin bisa bolos kerja.][Oke kamu ke sini aja ntar kita jalan-jalan pakek mobilku.]Oryza berdiri dengan enggan dari kasurnya dan berniat untuk mandi. Namun, langkah Oryza terhenti saat dia melihat pantulan dirinya di cermin. Rambutnya begitu kusut menggembang seperti brokoli dan kantung mata hitam layaknya panda membuat Oryza ingin memukul cermin di depannya. “Woah aku jelek sekali.” Oryza membuat raut wajah jijik.Oryza membuka pintu dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di kiri kamarnya tepat di dekat area dapur
Agnes tak berniat lagi mencicipi makanan penutup yang disajikan oleh pelayan di restoran itu. Dia berdiri dari kursi lalu berjalan sangat cepat menuju tempat parkir. Ketika Agnes pergi Oryza hanya bisa menganga menatap Altair dan Agnes secara bergantian. “K--kau … apa kau sudah gila? kenapa mengatakan hal sekejam itu?” tanya Oryza sembari menunjuk Altair.“Apa yang kau harapkan? memberi dia kebohongan manis. Aku bukanlah orang yang seperti itu.”Muka Oryza menjadi merah padam. Gadis itu mengambil teko kaca yang berisi air, menghampiri lalu menyiram Altair dengan air di dalam teko. Oryza cepat-cepat mengambil ponsel yang dia letakkan di meja lalu keluar dari restoran. Gadis itu menelisik ke sekitar dan mengelus dada ketika mendapati Agnes sedang duduk menangis di kursi kemudi mobilnya.“Nes, syukurlah aku belum terlambat.” Oryza berniat mengelus kepala Agnes, tetapi sahabatnya itu langsung menepis lengan Oryza.“Nes, kenapa?” tanya Oryza lirih.“Kau masih bertanya?” Agnes menatap Or
Seharian ini Oryza merasakan sesuatu yang aneh di kantornya. Selain beberapa orang yang berbisik setelah menatapnya, porsi pekerjaan Oryza menjadi berkurang. Biasanya gadis itu akan mengerjakan minimal lima atau lebih video baik itu potongan film, iklan sampai personal. Kali ini Oryza hanya mendapatkan satu video dari perseorangan yang segera diselesaikan dalam beberapa menit. Merasa pekerjaanya selesai Oryza berjalan menuju meja manajer untuk menanyakan sesuatu yang bisa dia kerjakan.“Pak Bayu, semua pekerjaan saya selesai. Jika ada yang--”“Tidak perlu, semua pekerjaan sudah kami handle. Kau bisa bersantai kali ini.”Oryza kembali ke kursi dan menatap layar komputernya dengan bosan. Karena tidak ada ponsel, Oryza tak dapat lagi membuka media sosial atau menonton film favoritnya beberapa hari ini.“Bosan sekali.”Oryza memutar-mutar kursi beberapa kali dan menemukan beberapa orang membuang muka ketika bertukar pandang dengan dirinya.“Ada apa sih dengan mereka?” tanya Oryza mengern
Oryza menatap ruangan pak Gunawan dan menemukan bahwa ruangan itu kosong. Ruangan yang sudah dipindahkan menjadi milik Altair itu sudah kosong selama tiga hari. Oryza kembali ke kursi lalu memegangi dahi yang terasa berkedut seperti tertusuk oleh ribuan jarum. Terdengar bunyi derak yang membuat Oryza sedikit bejingkat.“Selesaikan juga video editing ini jangan merasa menjadi anak emas karena diperhatikan oleh Tuan Altair.”Ternyata bunyi derak itu berasal dari salah satu rekan kerja yang melemparkan flashdisk di atas meja Oryza dengan kasar. Tanpa banyak bicara Oryza memungut flash disk itu dan mulai melihat beberapa video yang ada di dalamnya.“Sebenarnya ke mana pria brengsek itu. Padahal aku berniat untuk menandatangani kontrak.”Oryza sudah memutuskan untuk menandatangani kontrak. Hal itu bukan karena dia ingin menjadi artis, melainkan karena pagi itu sekawanan debt collector datang menagih hutang ayah tiri Oryza. Jika dalam dua hari tidak dapat melunasi, maka rumah Oryza yang men
Setelah drama pernikahan yang terjadi, tiba saatnya bagi Oryza untuk menandatangani kontrak. Kontrak yang berisi sepuluh lembar akta perjanjian itu telah ditambahkan Oryza bahwa dia akan bergabung ke dalam STAR-S jika Altair memenuhi tiga permintaan Oryza. Sebagai gantinya Altair juga bisa meminta tiga hal dari Oryza dan Oryza tak bisa menolak asal permintaan itu tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku. Akhirnya Oryza membubuhkan tanda tangan diikuti dengan Altair.“Sudah kubilang aku akan membuatmu bergabung di STAR-S.” Altair merebahkan punggungnya di kursi.Oryza hanya memberi jawaban dengan ekspresi kesal.“Kalau begitu … Albert, ambilkan kotak yang ada di dalam mobil.”“Siap, Tuan Altair.”Albert keluar sejenak dan masuk kembali dengan membawa kotak berbentuk kubus yang dibungkus kertas kado berwarna merah pada Altair.“Sebagai rasa terima kasihku karena kau sudah mau bergabung dengan STAR-S. Aku akan memberimu ini.”Altair menyerahkan kado itu kepada Oryza. Tanpa ragu Oryza
Adegan pertama dibuka dengan scene Oryza menghampiri pengemudi mobil di sebuah rumah makan cepat saji. Oryza menarik napas dalam-dalam membayangkan semua yang dia lihat ketika bersama Viola. Oryza mencoba mengulangi cara berjalan, menatap, dan gestur yang ditunjukkan Viola dalam pikiran.“Action!”Teriakan dari Sang Sutradara membuat Oryza membuka mata. Gadis itu berjalan melenggak-lenggok ke arah Romanio yang sedang berada dalam mobil sembari merokok. Oryza meletakkan tangan pada atap mobil dan bersaamaan dengan itu Sang Sutradara menghentikan Oryza.“Bisakah kau terlihat lebih natural? ekspresimu itu seperti sedang dibuat-buat.” ujar Sang Sutradara.“Maaf, saya akan berusaha membuatnya lebih natural.” Oryza membungkuk.Oryza mengulangi pengambilan gambar sampai lima kali, tetapi mendapatkan cut setiap kali berada di pertengahan adegan. Karena kondisi yang panas, keringat mengucur di dahi Oryza membuat gadis itu sesekali mengibaskan tangan. Akhirnya Sang Sutradara memerintahkan Oryza
Foto dari inspagram Kevin membuat Oryza terdiam menganga. Sebuah caption bertuliskan, “Sayangku memang hebat.” ditambah screenshot dari Inspagram Agnes yang menunjukkan sebuah poster film ditambah caption, “Mungkin Agnes Daily Life Akan libur Untuk Beberapa Bulan.” membuat Oryza menggenggam ponselnya keras-keras. Oryza merasa terpukul karena saat dia ragu dan marah karena saran Romanio yang bagus, Agnes terus maju dan kini bermain untuk film layar lebar. Bahkan Agnes mendapat peran utama di film bergenre horror itu.“Sial, aku benar-benar bodoh dan tolol. Apa yang sedang kulakukan sih?”Oryza mengayunkan tangan kiri yang memegang ponsel hingga jatuh ke kasur.“Di saat aku seperti ini, ternyata dia telah maju dengan caranya.”Sebuah gambaran tentang Agnes mengisi kepala Oryza. Semua diputar layaknya roll film dari pertemuan pertama Oryza dengan Agnes sampai kejadian di reuni sekolah. Tiba-tiba rasa benci dan amarah muncul di dada Oryza dan membuat gadis itu mengubah posisi tidur menjad
Setelah membersihkan diri Oryza kembali membuka inspargramnya. Oryza masih belum menjawab pesan Kevin karena panggilan tiba-tiba dari Katarina. Gadis itu menyentuh tombol ketika dengan pelan untuk memilih jawaban terbaik yang akan dikirimkan kepada cinta pertamanya itu.[Jangan terlalu fokus dengan Agnes Vin. Percaya saja pada Agnes, dia adalah gadis yang baik dan setia. Daripada kau menggunakan waktu untuk mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Lebih baik kau mulai memperbaiki diri agar bisa menjadi orang yang lebih baik. Apakah kau sudah memikirkan masa depanmu?] “Agnes adalah gadis yang baik ‘ya? dasar penipu.” Oryza mendesah dan hampir muntah dengan kata-katanya sendiri.Oryza masih belum bisa memaafkan perlakuan Agnes di reuni. Kemarahan dan rasa putus asa langsung muncul ketika mengingat Agnes yang menusuknya dari belakang dengan menggunakan dua gadis yang selalu membullynya di SMA. Ponsel Oryza bergetar kembali karena notifikasi yang datang dari Inspagramnya.[Bener sih
“Gawat … gawat Za!”Suara Geum Soo memecah keheningan asrama pagi itu. Dengan buru-buru Geum Soo membuka pintu dengan tangan yang memegang sebuah majalah. Oryza yang sedang menyiapkan makanan tersentak, karena tak menyangka temannya akan datang begitu cepat. Begitu masuk Geum Soo menjadi tenang. Beberapa kali gadis itu mengendus karena mencium bau gurih bawang di hidung.“Bau harum apa ini?” tanya Geum Soo.Melihat sebuah sup dan beberapa roti isi di meja Geum Soo menelan ludah.“Gawat kenapa, ngomong-ngomong aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Jadi jangan pergi ke kantin hari ini,” ujar Oryza sambil membawa panci berisi sup.“Tidak … tidak, ini bukan saatnya membahas soal makanan.” Geum Soo menggelengkan kepala berkali-kali.Geum soo masuk dan menyerahkan majalah kampus yang dia pegang. Oryza yang heran mengambil majalah yang diberikan Geum Soo dan menemukan kabar tentang dirinya di halaman depan.“Pengakuan Oryza, Benarkah Skandal Hangat yang terjadi?”Oryza membaca artikel dan
Oryza hampir gila ketika mengecek Inspagramnya sore itu. Bukan hanya followernya yang bertambah, tetapi banyak pesan negatif yang masuk ke Inspagramnya.[Jalang][Jangan genit kau tak pantas untuk Altair]Begitulah beberapa pesan dan masih banyak lagi yang lebih mengerikan dari itu. Oryza memegang dada yang terasa sesak sambil berpikir apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Akhirnya langkah pertama yang dia ambil adalah memprivat akun lalu menghapus semua pesan negatif yang sempat atau tidak sempat dia baca. Oryza lalu membuka aplikasi pesan miliknya dan menemukan kalau Altair belum membalas pesannya.[Hey, bisakah kau menghubungiku? aku ingin berbicara soal rumor itu.]Oryza menutup telepon lalu menghabiskan seluruh onigiri yang dia beli dari supermarket. Selama dua hari ini entah mengapa Oryza selalu mendatangi supermarket. Mungkin gadis itu ingin sekali mendengar kata-kata menenangkan dari lelaki yang dia idolakan selama tiga tahun.“Bodoh sekali aku. Kenapa aku mengharap seorang
Oryza mengerang kesakitan saat dia memasukkan kaki ke dalam sepatu. Terasa sebuah benda tajam menusuk yang ternyata adalah sebuah paku pinus. Oryza menelisik ke sekitar dan menemukan tidak banyak orang yang lewat kala itu. Dia akhirnya menyadari sesuatu.“Apakah aku sedang di bully?”Begitulah pertanyaan di benak Oryza ketika melihat darah mengalir dari kakinya yang tertusuk paku pinus. Oryza mengambil paku itu perlahan dan mengobati kaki dengan betadine dan plester. Usai melakukan itu Oryza cepat-cepat berlari menahan sakit karena kelas yang akan dia masuki akan dimulai lima menit lagi.“Gawat, aku harus cepat. Kalau tidak aku akan terlambat. Tuhan tolong jangan buat aku terlambat di kelas favoritku.”Ketika Orza sedang berlari seseorang menjegal kakinya hingga Oryza terjungkal ke depan. Buku yang Oryza bawa menjadi berantakan dan ketika melihat ke belakang Oryza menemukan grup perempuan sedang menatap dirinya dengan sinis. Oryza menelan ludah lalu fokus merapikan buku dengan pikiran
Memiliki sendok emas, begitulah Romanio Ascort terlahir. Bukan hanya bakat olahraga dari ayahnya yang merupakan pemain bola terbaik, Romanio juga mewarisi jiwa seni dari ibunya yang merupakan seorang pianist ternama. Selama tujuh belas tahun lamanya, Romanio selalu menjadi nomor satu di sekolah. Hal itu telah menunmbuhkan keseombongan hingga banyak yang menjauhi Romanio. Kehidupan pemenang itu membawa Romanio mengurung diri di kamar karena merasa bosan.“Membosankan, semua begitu mudah.”Semua itu berubah ketika Ibu dan Ayah Romanio membawanya menuju pulau Heaven. Kala itu STAR-S baru berdiri enam bulan dan sudah mendapatkan atensi luas dari masyarakat. Romanio mulai tertarik dengan dunia seni peran ketika melihat para aktris dan aktor yang sedang berakting. Ketika melihat para aktor dengan serius, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang kepala dari Romanio.“Apa kau tertarik dengan seni peran?” tanya Altair.Tangan itu adalah tangan yang kuat sehingga Romanio meras kesulitan ketika
“Apa ! kau harus bertanding dengan Romanio minggu depan dan harus menaikkan rating acara My Boyfriend is Superstar dengan berperan sebagai gadis stalker.”Teriakan dari Katarina menarik perhatian Geum soo yang sibuk dengan laptopnya dan Mia yang serius membaca buku. Kedua gadis itu meninggalkan kegiatannya dan duduk di depan ranjang Oryza seolah-oleh mereka adalah seorang pembantu.“Apa ini … apa ini … sepertinya ada yang seru.” Mata Geum Soo bersinar penuh ketertarikan.Oryza mengelus rambut atasnya kemudian mengarahkan tatapan pada Geum Soo, Mia dan Katarina secara bergantian. Oryza merasa canggung dengan tatapan tajam penuh keingintahuan teman-teman sekamarnya, menunggu Oryza untuk menceritakan semua.“Jadi … Altair membuat taruhan dengan Romanio kalau aku akan menaikkan rating serial My Boyfriend is Superstar yang sudah berada di ujung tanduk. Altair mengatakan serial ini akan dihentikan jika tidak mengalami peningkatan.” ujar Oryza.“Aku tahu acara itu. Jadi begitu rupanya karen
Siang itu ketika mereka tidak memiliki kelas untuk dihadiri, Oryza mengajak Katarina pergi ke kantin. Oryza memesan dua menu yaitu ramen chicken katsu dan spesial tonkatsu yang merupakan menu istimewa hari itu. Dia mendatangi Katarina dan meletakkan mangkuk ramen tonkatsu di depan Katarina. “Apa ini Za?” Tanya Katarina bingung. “Katarina, kumohon latih agar bisa berakting sepertimu.” Oryza membungkukkan badan sembilan puluh derajat. Setelah sebulan lebih belajar dari pelatih di STAR-S, Oryza menyadari kalau dirinya tak mengalami perkembangan. Semua orang seolah-olah meninggalkan dirinya dengan ketidak tahuan. Meski begitu, Oryza tak mau tersingkir dari STAR-S. Ucapan terima kasih dari ibunya membuat Oryza ingin menghasilkan lebih banyak. “Kenapa harus aku Za. Aku juga tak terlalu hebat. Kau bisa meminta kelas tambahan pada Miss Julie.” Katarina menggeser mangkuk berisi ramen ke arah Oryza. “Kumohon,” Oryza menggeser mangkuk ke arah Katarina. “Kau dinilai sangat baik oleh para guru