Seharian ini Oryza merasakan sesuatu yang aneh di kantornya. Selain beberapa orang yang berbisik setelah menatapnya, porsi pekerjaan Oryza menjadi berkurang. Biasanya gadis itu akan mengerjakan minimal lima atau lebih video baik itu potongan film, iklan sampai personal. Kali ini Oryza hanya mendapatkan satu video dari perseorangan yang segera diselesaikan dalam beberapa menit. Merasa pekerjaanya selesai Oryza berjalan menuju meja manajer untuk menanyakan sesuatu yang bisa dia kerjakan.
“Pak Bayu, semua pekerjaan saya selesai. Jika ada yang--”
“Tidak perlu, semua pekerjaan sudah kami handle. Kau bisa bersantai kali ini.”
Oryza kembali ke kursi dan menatap layar komputernya dengan bosan. Karena tidak ada ponsel, Oryza tak dapat lagi membuka media sosial atau menonton film favoritnya beberapa hari ini.
“Bosan sekali.”
Oryza memutar-mutar kursi beberapa kali dan menemukan beberapa orang membuang muka ketika bertukar pandang dengan dirinya.
“Ada apa sih dengan mereka?” tanya Oryza mengernyitkan dahi.
Karena merasa bosan dan tak ada yang bisa dikerjakan, Oryza membuka browsernya.
“Sesekali memanfaatkan fasilitas kantor boleh ‘kan?” Oryza tersenyum.
Oryza membuka I*******m dan mendapati status galau dari Agnes.
[Gimana kalau memiliki teman pencuri]
Begitulah caption dari foto Agnes yang terlihat memakai gaun sambil berpose menangis. Oryza mengklik pada bagian balas story lalu mulai mengetik.
[Nes, maafin aku. Kalau aku tahu bakal begini aku takkan mempertemukanmu dengan pria sialan itu.]
“Siapa pria sialan itu?” Tanya Altair yang tiba-tiba muncul di belakang Oryza.
Oryza yang fokus menulis balasan untuk Agnes langsung berjingkat dari kursi hingga kepalanya bertabrakan dengan dagu Altair. Altair kesakitan memegang dagu sementara Oryza terus mengusap kepala.
“Kenapa kau di tempat ini?” tanya Oryza.
“Kepalamu keras juga,” Altair berdiri masih mengusap janggutnya.”Pantas kau selalu menolak tawaran dariku. Kasihan sekali kekasihmu kelak.”
“Sudah kubilang kenapa kau berada di sini!”
Oryza langsung menutup mulut begitu mendapati tatapan menusuk dari teman kerjanya. Oryza melupakan fakta kalau Altair adalah investor sekaligus rekanan penting perusahaan.. Karena sudah kepalang basah Oryza langsung menarik lengan Altair dan membawa pria itu menuju tangga darurat.
“Baiklah sekarang jawab pertanyaanku!”
“Pertanyaan yang mana? apa kau akan terus menggandengku seperti ini? orang-orang bisa salah paham lho.”
Oryza melepaskan lengan Altair lalu memicingkan mata dan membuat ekspresi kesal.
“Baiklah … baiklah, jangan menatapku seperti itu. Aku di sini karena ada pekerjaan. Aku orang sibuk tahu. Oh iya, kalau kau butuh sesuatu kau bisa ke ruanganku. Tempatnya ada di ruangan Pak Gunawan. Ah, tempat itu sangat nyaman.” Altair bersandar pada dinding dan menggunakan kedua tangan sebagai bantal
“Kau sengaja melakukan ini bukan?” Oryza bersendekap sembari mengetuk kaki berkali-kali.
“Apa maksudmu?” Altair membuang muka.
“Pria ini!” Oryza mendengus.
Altair bersenandung sementara riang membuat kepala Oryza seperti akan pecah.
“Apa jangan-jangan kau juga yang membuat pekerjaan yang diberikan padaku berkurang?” tanya Oryza sembari memijat-mijat dahinya.
“Apa kau begitu menyukai pekerjaanmu mengedit video?” tanya Altair menyenderkan badan di dinding.
“Ya, karena hanya ini satu-satunya hal yang kubisa dan hal yang kubanggakan karena menghasilkan sesuatu. Aku dan Agnes juga memulai channel dan bermimpi mendapatkan gold button di utube. Tapi … gara-gara pria sinting dengan mulut beracunnya, hubungan kami jadi renggang.”
“Begitu ya, tapi … aku rasa dalam hati kecilmu kau juga ingin tampil di dalam layar bukan? jika tidak kau takkan melakukan hal yang kau lakukan di theater itu.”
“Memang salah aku bercerita hal sentimentil pada pria sepertimu.”
Oryza yang kesal membuka pintu masuk dari tangga darurat ke kantor lalu menutupnya dengan keras. Dia menatap layar komputernya dan ternyata Agnes tidak menjawab DM yang baru saja Oryza kirim.
“Agnes paling tidak jawab DMku dong.”
Hari itu Oryza melalui dua jam dengan bosan hingga tiba waktu makan siang. seperti biasa Oryza membuat bekal sandwich yang diisi dengan telur, salad dan sosis yang dengan saus sambal dan mayo. Oryza mengambil satu gigit roti dan merasakan gurihnya sosis ditambah lelehan saus sambal dan mayo di mulut. Setelah menyelesaikan satu sandwich dan ingin mengambil satu lagi, Oryza menyadari bahwa bekalnya telah kosong. Dia mengambil tempat bekalnya dan menyadari tidak ada lagi sandwich di tempat itu.
“Sudah habis, rasanya aku membuat lima sandwich hari ini.”
“Memang sandwich buatanmu itu yang terbaik.”
Oryza membalik kursi untuk mencari asal suara dan menemukan Altair sudah memakan sandwich terakhirnya dan bahkan sedang menjilati tangan dengan wajah penuh kenikmatan.
“Sandwichku.” teriak Oryza dalam hati.
Oryza berusaha membuat wajah datar meski hatinya ingin menangis. Gadis itu yang malas berdebat itu segera membalik kursi dan berpura-pura bekerja.
“Ini adalah jam istirahat. Kau tidak perlu bekerja sekeras itu.” Altair mengambil kursi kemudian duduk di samping Oryza.
“Ini memang jam istirahat Pak Altair, tapi saya masih memiliki tugas yang harus dilakukan.”
“Siapa yang berani memberimu tugas--”
Altair menutup mulut menyadari kalau dia telah mengatakan sesuatu yang salah. Sementara itu Oryza hanya memicingkan mata kemudian kembali menatap layar komputernya.
“Karena kau sudah memberiku sandwich, biarkan aku mentraktirmu makan.”
“Maaf pak Altair, saya sudah kenyang. Lagi pula, saya takkan jatuh pada rencana busuk anda. Palingan anda hanya ingin agar saya menandatangani kontrak ‘bukan?” tanya Oryza ketus.
“Ayolah, kau terlalu buruk menilaiku.”
Altair menggeser kursi Oryza ke belakang lalu menempatkan kepalanya tepat di samping Oryza.
“Kau ikut aku, atau aku terpaksa menggendongmu ke mobil.”
Bisikan dari Altair membuat bulu kuduk Oryza berdiri. Oryza tak menyangka Altair akan melakukan tindakan seperti itu di tempat begitu banyak orang.
“Kau tak mungkin be--”
Oryza menelan ludah ketika melihat Altair bersedekap sembari mengukir senyum jahat di bibirnya. Setelah pertemuan beberapa kali, entah kenapa Oryza tahu kalau Altair akan melakukan tindakan nekat jika sedang membuat ekspresi seperti itu.
“Baiklah,” Oryza mendesah. “Aku akan ikut.”
Oryza berdiri lalu berjalan keluar dari kantor diiringi dengan Altair di belakangnya. Tepat di saat Oryza membuka pintu kantor, dia mendapati Kevin keluar dari mobil dan menghampiri dirinya.
“Za, gw perlu ngomong.”
Kevin menarik tangan Oryza, tetapi segera dihalangi oleh Altair dengan memegangi lengan Kevin.
“Maaf, tapi aku memiliki janji dengan gadis ini.”
Mata Kevin dan Altair bertemu, memberikan kesan saling mengintimidasi.
“Siapa dia Za?” tanya Kevin sembari terus menatap Altair.
“Dia ….”
“Aku Altair.”
Altair mengulurkan tangan, tetapi Kevin tidak menyambut uluran tangan itu dan menatap Altair dalam-dalam.
“Oh, jadi kau boss besar yang menarik perhatian Agnes?” tanya Kevin garang.
“Kevin.” Oryza memelototi Kevin sehingga Kevin tak lagi menatap Altair.
“Please Za, gw butuh ngomong. Udah beberapa hari ini Agnes ga bisa dihubungi. Pas gw samperin ke rumah, dia selalu ga ada. Seolah-olah dia ngehindarin gw. Ada apa Za, beneran elo sama Agnes berantem.”
Oryza menundukkan kepala, bingung memilih kata yang akan diucapkan.
“Ayo ikut gw!”
Kevin mencoba menarik tangan Oryza, tetapi lagi-lagi Altair tak mengizinkan hal itu.
“Sudah kubilang aku memiliki janji dengan dia,” ujar Altair.
“Dia itu sahabat gw jangan ikut campur.” Tatapan Kevin dipenuhi kebencian.
“Sahabat, apa yang disebut sahabat? sudah jelas kalau kau, maupun gadis itu, hanya memanfaatkan dia. Kau … melakukan semua ini demi gadis bernama Agnes itu bukan? ternyata bukan hanya aktingnya, ternyata gadis itu juga seorang manipulator yang menjijikkan.”
“Tutup mulutmu!”
Kevin melepas tangan Oryza lalu berusaha mendaratkan tangan terkepalnya kepada wajah Altair. Altair dengan sigap memegang lengan Kevin dan memutarnya ke belakang hingga Kevin merintih kesakitan.
“Apa yang kau lakukan? lepaskan Kevin!” Teriak Oryza.
“Dia yang menyerangku terlebih dahulu. Lagi pula apa-apaan tinju lemah itu. Kau menyebut dirimu pria?” Altair mendengus sombong.
“Lepasin gw brengsek!” Kevin meronta berusaha untuk melepaskan diri.
“Katakanlah tolong jika kau ingin meminta sesuatu.”
Altair mengeraskan cengkraman dan tekanan pada lengan Kevin sehingga membuat Kevin merintih kesakitan. Oryza yang panik mendorong tubuh Altair lalu memberikan tamparan keras pada pipi Altair. Hal itu membuat Altair melepaskan cengkraman tangan kemudia mengusap pipi sambil mendesis.
“Cukup, aku bukanlah mainanmu. Ayo kita pergi Vin.” Oryza menggandeng tangan Kevin.
“Tidak ada yang pernah menamparku seperti ini. Hei, dengarlah aku akan membuatmu menjadi aktris apa pun yang terjadi. Kau akan mengerti bahwa persahabatan yang kau agungkan itu tak lebih dari kebohongan yang rapuh.”
Oryza mengacungkan jari tengah ke arah Altair lalu pergi menghilang bersama dengan Kevin.
***
Oryza dan Kevin pergi ke restoran cepat saji terdekat di kantor Oryza. Setelah mengambil pesanan, Oryza mengambil tempat duduk tepat di depan Kevin. Kevin nampak memegangi tangan sambil membuat ekspresi kesakitan.
“Kau tidak apa-apa Vin?”
“Tenang aja Za. Gini doang mah kecil.” Kevin menjentikkan jempol dan kelingking tangannya.
“Maaf soal Agnes ya Vin. Aku tidak menyangka kalau dia bakal menghindarimu juga.”
“Sebenarnya ada apa sih Za?” tanya Kevin.
Oryza mengatakan semua peristiwa yang terjadi di restoran tentang dirinya, Agnes dan Altair.
“Jadi begitu rupanya. Pantas saja Agnes jadi seperti itu. Daripada dirinya yang cantik, pria itu malah memilih gadis sepertimu.”
Oryza tak dapat mendengar kata-kata berikutnya dari Kevin karena semua menjadi terasa berat. Di dalam hatinya Oryza tahu bahwa dia hanya gadis gendut, dekil yang tidak menarik sama sekali. Namun, hinaan dari Kevin membuat Oryza menjadi semakin terjatuh lebih dalam. Seolah-olah ada tekanan besar yang menghantam seluruh tubuh gadis itu.
“Za … Za … Oryza!” Kevin menggoyangkan bahu Oryza.
“M-maaf Vin.” Oryza tersentak kaget.
“Kenapa elo, lagi mual ya? biasanya elo lahap banget kalau soal makanan.”
“Aku gapapa kok Vin.”
Oryza mencuil ayam tepung yang ada di mejanya dan memasukkan cuilan itu ke dalam mulut. Entah kenapa rasa ayam goreng yang selalu dia suka menjadi hambar.
“Ngomong-ngomong sebenarnya gw bersyukur karena si songong itu ga memilih Agnes. Gw masih ga bisa bayangin pisah dari Agnes. Gw jahat banget ya Za?”
“Ya, elo emang jahat. Elo itu ga peka sama sekali. Agnes itu ga ada perasaan sama elo. gw yang selama ini punya perasaan sama elo. Peka dong dodol!”
Oryza ingin meneriakkan isi hati, tetapi apa daya tak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.
“Kok elo diem aja Za?”
“Wajar kok kalau tidak bisa berpisah dari orang yang disuka. Apalagi kalau cinta kita belum tersampaikan dan orang itu pergi dari kita. Rasanya … pasti sangat sedih.” Oryza minum cola sambil menatap Kevin dengan tatapan sayu.
“Kayaknya loe expert banget masalah percintaan Za. Jangan-jangan ada cowok yang loe suka ya?” Kevin menaik-turunkan alis dengan genit.
“Sebenarnya ada Vin.”
“Siapa itu Za, beruntung banget cowok itu.”
“Gimana kalau aku bilang cowok itu adalah kamu?”
Entah mendapat keberanian darimana, akhirnya Oryza menyatakan kata yang selalu dia pendam dalam hati.
“Loe ga lagi bercanda kan Za?” tanya Kevin dengan ekspresi terkejut.
“Aku serius Vin. Bahkan sejak SMA aku sudah menyukaimu. Bagaimana, mau pacaran denganku?”
Meski senyum Oryza tersenyum genit sembari membuat ekspresi yang sangat tenang, tetapi jantungnya berdetak dengan cepat. Oryza merasa dunia melayang-layang dan jiwanya terbang bebas tak tertahan layaknya orang yang mabuk. Sementara itu Kevin menelan ludah sambil membuang muka.
“Gimana ya Za … gw cuma nganggap elo teman.”
Oryza menyeringai mendengar pernyataan Kevin. Dari awal dia tahu bahwa inilah jawaban yang akan diberikan Kevin padanya. Meski begitu, Oryza tak biasa menghancurkan semua hubungan yang dia bangun dengan Kevin dan juga Agnes.
“Kenapa serius seperti itu. Aku kan cuma bercanda. Bagaimana, sepertinya aku cocok bukan untuk masuk menjadi aktris dan masuk ke dalam STAR-S Academy?” Oryza menepuk bahu Kevin dengan keras.
“Ah iya Za, betul banget. Gw ampe ngira loe itu serius tadi.” Kevin mengusap keringat yang ada di dahi.
Oryza melanjutkan makan dengan enggan. Pada akhirnya dia tak bisa jujur dengan perasaannya. Meski tahu bahwa selama ini hidup dalam kepalsuan, sejak awal memang Oryza selalu menggantungkan hidupnya dari perasaan orang lain. Karena Oryza adalah benalu perasaan yang bahagia jika ada orang lain yang membutuhkannya.
Oryza menatap ruangan pak Gunawan dan menemukan bahwa ruangan itu kosong. Ruangan yang sudah dipindahkan menjadi milik Altair itu sudah kosong selama tiga hari. Oryza kembali ke kursi lalu memegangi dahi yang terasa berkedut seperti tertusuk oleh ribuan jarum. Terdengar bunyi derak yang membuat Oryza sedikit bejingkat.“Selesaikan juga video editing ini jangan merasa menjadi anak emas karena diperhatikan oleh Tuan Altair.”Ternyata bunyi derak itu berasal dari salah satu rekan kerja yang melemparkan flashdisk di atas meja Oryza dengan kasar. Tanpa banyak bicara Oryza memungut flash disk itu dan mulai melihat beberapa video yang ada di dalamnya.“Sebenarnya ke mana pria brengsek itu. Padahal aku berniat untuk menandatangani kontrak.”Oryza sudah memutuskan untuk menandatangani kontrak. Hal itu bukan karena dia ingin menjadi artis, melainkan karena pagi itu sekawanan debt collector datang menagih hutang ayah tiri Oryza. Jika dalam dua hari tidak dapat melunasi, maka rumah Oryza yang men
Setelah drama pernikahan yang terjadi, tiba saatnya bagi Oryza untuk menandatangani kontrak. Kontrak yang berisi sepuluh lembar akta perjanjian itu telah ditambahkan Oryza bahwa dia akan bergabung ke dalam STAR-S jika Altair memenuhi tiga permintaan Oryza. Sebagai gantinya Altair juga bisa meminta tiga hal dari Oryza dan Oryza tak bisa menolak asal permintaan itu tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku. Akhirnya Oryza membubuhkan tanda tangan diikuti dengan Altair.“Sudah kubilang aku akan membuatmu bergabung di STAR-S.” Altair merebahkan punggungnya di kursi.Oryza hanya memberi jawaban dengan ekspresi kesal.“Kalau begitu … Albert, ambilkan kotak yang ada di dalam mobil.”“Siap, Tuan Altair.”Albert keluar sejenak dan masuk kembali dengan membawa kotak berbentuk kubus yang dibungkus kertas kado berwarna merah pada Altair.“Sebagai rasa terima kasihku karena kau sudah mau bergabung dengan STAR-S. Aku akan memberimu ini.”Altair menyerahkan kado itu kepada Oryza. Tanpa ragu Oryza
Pagi itu Oryza menyadari sesuatu yang penting ketika memakai celananya.“Sepertinya aku harus membeli pakaian baru.”Reuni akan berlangsung dua hari lagi, tetapi tidak ada baju yang dapat Oryza pakai. Kebanyakan pakaian Oryza didominasi oleh celana berjenis jeans dan kain, kemeja polos atau flannel yang biasa digunakan untuk bekerja dan juga kaos dan celana pendek yang dia pakai sehari-hari di rumah.“Apa aku beli online saja, tapi sepertinya ukuranku banyak berubah.”Sebuah panggilan masuk di ponsel Oryza sehingga membuat gadis itu berjingkat karena suara dering yang keras. Oryza memeriksa ponsel dan mendapati nama pria menyebalkan di layar ponsel. “Halo, kenapa kau memanggilku?”“Jika kau tak turun dalam lima menit, akan kusebarkan fotomu memalukanmu ke seluruh kantor.”Panggilan tiba-tiba ditutup dan Oryza hanya bisa berdiri kebingungan seperti orang bodoh.“Pria sialan itu!”Oryza menjadi panik dan mengambil celana jeans dan sabuk yang telah ditambah lubangnya agar muat dengan pe
Bab IX Janji dan SyaratDari reuni SMA yang penuh dengan drama, Oryza kini duduk di bibir pantai berpasir bersama dengan Altair. Mereka berdua menikmati deburan ombak dan juga purnama yang menghiasi langit penuh bintang dalam kondisi diam. Tak ada yang menghalangi mereka kecuali kantong kresek besar berisi makanan dan minuman.“Sialan kau Kevin, sialan kau Agnes, kalian sengaja mempermainkanku bukan!” Oryza berdiri sehingga membuat jas yang dipakaikan Altair sebelumnya jatuh di tanah.Oryza melangkahkan kaki ke bibir pantai sembari mengutuki Kevin hingga dia bisa merasakan gulungan ombak kecil menyapu kakinya.“Kau tahu … penunggu pantai menyukai gadis berisik dan cerewet untuk diumpankan ke ikan. Aku takkan keberatan melihat hal itu jika kau bukan talentku.” Teriak Altair.Oryza berbalik dan menemukan Altair sedang menikmati minuman beralkohol yang dia beli di supermarket sebelumnya. Oryza berjalan mendekati Altair hingga jarak mereka hanya tersisa beberapa centi.“Aku sama sekali ta
Setelah melakukan perjalan tiga jam dengan menggunakan pesawat pribadi milik Altair, Oryza akhirnya sampai di luar asrama tepat pukul dua belas. Dia menyeret tas koper dan menenteng dus berisi mie instan favoritnya. Pintu depan asrama terbuat dari kaca tebal dan merupakan pintu otomatis yang hanya bisa diakses menggunakan kartu. Oryza mengeluarkan kartu yang sudah diberikan oleh Altair lalu menempelkannya pada alat pemindai.“Woah, tempat ini benar-benar canggih.” Oryza terkagum-kagumKetika masuk Oryza menemukan tulisan”Ganti sepatu anda dengan yang ada di rak.” dalam bahasa inggris. Setelah melihat hal itu Oryza melepas sepatu, meletakkannya ke dalam rak lalu mengganti sepatunya dengan sandal yang sudah disiapkan.“Baiklah lantai tiga ruang no lima.”Oryza terus mengulangii kata itu hingga sampai ke dalam lift. Gadis itu merasa mual begitu sampai di depan kamar yang akan menjadi tempat tinggal sementaranya selama di STAR-S. Selain memikirkan kehidupan baru, Oryza juga takut teman-te
Sebagai gadis yang kurang populer, drama adalah sarana Oryza untuk melarikan diri dari kenyataan. Cerita tentang seorang gadis yang menderita lalu mendapatkan kebahagiaan berkat orang tercintanya, membuat Oryza juga menginginkan hal yang sama. Diantara para artis yang dia suka, Damian berada di nomor satu. Oryza tak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan Demian secepat ini. “Apa kau baik-baik saja?” Damian mengulurkan tangan sambil membuat ekspresi khawatir. “Damian Oppa ….” Oryza menoleh ke kanan dan kiri. “Sepertinya aku tak perlu memperkenalkan diri. Apakah kau murid baru?” Tanya Damian. Oryza berdiri dengan panik dan terburu-buru sehingga menyebabkan kepalanya berbenturan dengan dagu Damian. Sontak Damian jatuh ke belakang sembari memegangi dagu. “Apakah Oppa Damian tidak apa-apa. Gawat, aku harus mengambil pulpen dan kertas, tidak obat pereda nyeri tidak ….” Tubuh Oryza bergetar hebat, matanya tak berhenti bergerak ketika melihat Damian jatuh kesakitan. Damian akhirnya ban
Pagi itu Oryza menggunakan seluruh tenaganya untuk berlari, memasuki ruangan demi ruangan untuk mencari ruang kelas pertamanya. Oryza tersesat karena kesalahan waktu masa orientasi sehingga dia kesulitan menemukan kelas yang dituju. Oryza menyesal karena dia menolak ajakan Katarina untuk pergi bersama ke kelas.“Sial, semua itu karena pria sial itu. Aku jadi tak tahu ruangan D-1 untuk kelas pertamaku.”Setelah berkeliling hampir lima belas menit dan bertanya pada orang-orang yang dapat Oryza temui, akhirnya dia berhasil menemukan ruang kelas bertuliskan D-1. Setelah mengetuk tiga kali Oryza langsung membuka pintu.“Luar biasa.”Oryza menganga ketika mendapati ruangan dipenuhi dengan cermin seperti tempat berlatih dansa yang sering dia lihat di televisi Dia juga menemukan tiga orang sedang berdiri dan beberapa orang sedang duduk memperhatikan Oryza. Saat melihat ketiga orang yang berdiri, tiba-tba saja lutut Oryza gemetaran“Op-oppa D--Damian.” ujar Oryza dengan suara lirih. “Apa yang
Sebulan sudah Oryza mengikuti kelas yang menyiksa dan menyadari kalau dia tidak berbakat menjadi artis. Mulai dari kelas menyanyi, bermain alat musik, menari, bahkan kelas bahasa asing dilalui Oryza dengan buruk. Malam itu Oryza menghamburkan tubuh di ranjang. Katarina dan Geum Soo tidak terlihat sementara Mia terlihat sibuk dengan laptopnya. “Tubuhku rasanya seperti dikuliti. STAR-S benar-benar di luar nalar.” Oryza terus mengeluh sembari berguling-guling di atas kasur, mencari posisi ternyaman untuk berbaring. Erangan serta derak dari kasur yang ditimbulkan oleh Oryza mulai menganggu Mia. Terlihat Mia yang sedari tadi mengetik dengan tenang mulai mempercepat serta memperkuat tekanan pada jari sehingga terdengar bunyi ketikan yang lebih keras. “Bisakah kau sedikit tenang! Kau menghancurkan semua mood yang aku bangun.” Mia berteriak. Oryza tersentak lalu menangkupkan tangan dan meminta maaf kepada Mia. Dia membuka Inspagramnya lalu mulai mengusap layar ponselnya. Sebulan sudah Oryz
Adegan pertama dibuka dengan scene Oryza menghampiri pengemudi mobil di sebuah rumah makan cepat saji. Oryza menarik napas dalam-dalam membayangkan semua yang dia lihat ketika bersama Viola. Oryza mencoba mengulangi cara berjalan, menatap, dan gestur yang ditunjukkan Viola dalam pikiran.“Action!”Teriakan dari Sang Sutradara membuat Oryza membuka mata. Gadis itu berjalan melenggak-lenggok ke arah Romanio yang sedang berada dalam mobil sembari merokok. Oryza meletakkan tangan pada atap mobil dan bersaamaan dengan itu Sang Sutradara menghentikan Oryza.“Bisakah kau terlihat lebih natural? ekspresimu itu seperti sedang dibuat-buat.” ujar Sang Sutradara.“Maaf, saya akan berusaha membuatnya lebih natural.” Oryza membungkuk.Oryza mengulangi pengambilan gambar sampai lima kali, tetapi mendapatkan cut setiap kali berada di pertengahan adegan. Karena kondisi yang panas, keringat mengucur di dahi Oryza membuat gadis itu sesekali mengibaskan tangan. Akhirnya Sang Sutradara memerintahkan Oryza
Foto dari inspagram Kevin membuat Oryza terdiam menganga. Sebuah caption bertuliskan, “Sayangku memang hebat.” ditambah screenshot dari Inspagram Agnes yang menunjukkan sebuah poster film ditambah caption, “Mungkin Agnes Daily Life Akan libur Untuk Beberapa Bulan.” membuat Oryza menggenggam ponselnya keras-keras. Oryza merasa terpukul karena saat dia ragu dan marah karena saran Romanio yang bagus, Agnes terus maju dan kini bermain untuk film layar lebar. Bahkan Agnes mendapat peran utama di film bergenre horror itu.“Sial, aku benar-benar bodoh dan tolol. Apa yang sedang kulakukan sih?”Oryza mengayunkan tangan kiri yang memegang ponsel hingga jatuh ke kasur.“Di saat aku seperti ini, ternyata dia telah maju dengan caranya.”Sebuah gambaran tentang Agnes mengisi kepala Oryza. Semua diputar layaknya roll film dari pertemuan pertama Oryza dengan Agnes sampai kejadian di reuni sekolah. Tiba-tiba rasa benci dan amarah muncul di dada Oryza dan membuat gadis itu mengubah posisi tidur menjad
Setelah membersihkan diri Oryza kembali membuka inspargramnya. Oryza masih belum menjawab pesan Kevin karena panggilan tiba-tiba dari Katarina. Gadis itu menyentuh tombol ketika dengan pelan untuk memilih jawaban terbaik yang akan dikirimkan kepada cinta pertamanya itu.[Jangan terlalu fokus dengan Agnes Vin. Percaya saja pada Agnes, dia adalah gadis yang baik dan setia. Daripada kau menggunakan waktu untuk mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Lebih baik kau mulai memperbaiki diri agar bisa menjadi orang yang lebih baik. Apakah kau sudah memikirkan masa depanmu?] “Agnes adalah gadis yang baik ‘ya? dasar penipu.” Oryza mendesah dan hampir muntah dengan kata-katanya sendiri.Oryza masih belum bisa memaafkan perlakuan Agnes di reuni. Kemarahan dan rasa putus asa langsung muncul ketika mengingat Agnes yang menusuknya dari belakang dengan menggunakan dua gadis yang selalu membullynya di SMA. Ponsel Oryza bergetar kembali karena notifikasi yang datang dari Inspagramnya.[Bener sih
“Gawat … gawat Za!”Suara Geum Soo memecah keheningan asrama pagi itu. Dengan buru-buru Geum Soo membuka pintu dengan tangan yang memegang sebuah majalah. Oryza yang sedang menyiapkan makanan tersentak, karena tak menyangka temannya akan datang begitu cepat. Begitu masuk Geum Soo menjadi tenang. Beberapa kali gadis itu mengendus karena mencium bau gurih bawang di hidung.“Bau harum apa ini?” tanya Geum Soo.Melihat sebuah sup dan beberapa roti isi di meja Geum Soo menelan ludah.“Gawat kenapa, ngomong-ngomong aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Jadi jangan pergi ke kantin hari ini,” ujar Oryza sambil membawa panci berisi sup.“Tidak … tidak, ini bukan saatnya membahas soal makanan.” Geum Soo menggelengkan kepala berkali-kali.Geum soo masuk dan menyerahkan majalah kampus yang dia pegang. Oryza yang heran mengambil majalah yang diberikan Geum Soo dan menemukan kabar tentang dirinya di halaman depan.“Pengakuan Oryza, Benarkah Skandal Hangat yang terjadi?”Oryza membaca artikel dan
Oryza hampir gila ketika mengecek Inspagramnya sore itu. Bukan hanya followernya yang bertambah, tetapi banyak pesan negatif yang masuk ke Inspagramnya.[Jalang][Jangan genit kau tak pantas untuk Altair]Begitulah beberapa pesan dan masih banyak lagi yang lebih mengerikan dari itu. Oryza memegang dada yang terasa sesak sambil berpikir apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Akhirnya langkah pertama yang dia ambil adalah memprivat akun lalu menghapus semua pesan negatif yang sempat atau tidak sempat dia baca. Oryza lalu membuka aplikasi pesan miliknya dan menemukan kalau Altair belum membalas pesannya.[Hey, bisakah kau menghubungiku? aku ingin berbicara soal rumor itu.]Oryza menutup telepon lalu menghabiskan seluruh onigiri yang dia beli dari supermarket. Selama dua hari ini entah mengapa Oryza selalu mendatangi supermarket. Mungkin gadis itu ingin sekali mendengar kata-kata menenangkan dari lelaki yang dia idolakan selama tiga tahun.“Bodoh sekali aku. Kenapa aku mengharap seorang
Oryza mengerang kesakitan saat dia memasukkan kaki ke dalam sepatu. Terasa sebuah benda tajam menusuk yang ternyata adalah sebuah paku pinus. Oryza menelisik ke sekitar dan menemukan tidak banyak orang yang lewat kala itu. Dia akhirnya menyadari sesuatu.“Apakah aku sedang di bully?”Begitulah pertanyaan di benak Oryza ketika melihat darah mengalir dari kakinya yang tertusuk paku pinus. Oryza mengambil paku itu perlahan dan mengobati kaki dengan betadine dan plester. Usai melakukan itu Oryza cepat-cepat berlari menahan sakit karena kelas yang akan dia masuki akan dimulai lima menit lagi.“Gawat, aku harus cepat. Kalau tidak aku akan terlambat. Tuhan tolong jangan buat aku terlambat di kelas favoritku.”Ketika Orza sedang berlari seseorang menjegal kakinya hingga Oryza terjungkal ke depan. Buku yang Oryza bawa menjadi berantakan dan ketika melihat ke belakang Oryza menemukan grup perempuan sedang menatap dirinya dengan sinis. Oryza menelan ludah lalu fokus merapikan buku dengan pikiran
Memiliki sendok emas, begitulah Romanio Ascort terlahir. Bukan hanya bakat olahraga dari ayahnya yang merupakan pemain bola terbaik, Romanio juga mewarisi jiwa seni dari ibunya yang merupakan seorang pianist ternama. Selama tujuh belas tahun lamanya, Romanio selalu menjadi nomor satu di sekolah. Hal itu telah menunmbuhkan keseombongan hingga banyak yang menjauhi Romanio. Kehidupan pemenang itu membawa Romanio mengurung diri di kamar karena merasa bosan.“Membosankan, semua begitu mudah.”Semua itu berubah ketika Ibu dan Ayah Romanio membawanya menuju pulau Heaven. Kala itu STAR-S baru berdiri enam bulan dan sudah mendapatkan atensi luas dari masyarakat. Romanio mulai tertarik dengan dunia seni peran ketika melihat para aktris dan aktor yang sedang berakting. Ketika melihat para aktor dengan serius, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang kepala dari Romanio.“Apa kau tertarik dengan seni peran?” tanya Altair.Tangan itu adalah tangan yang kuat sehingga Romanio meras kesulitan ketika
“Apa ! kau harus bertanding dengan Romanio minggu depan dan harus menaikkan rating acara My Boyfriend is Superstar dengan berperan sebagai gadis stalker.”Teriakan dari Katarina menarik perhatian Geum soo yang sibuk dengan laptopnya dan Mia yang serius membaca buku. Kedua gadis itu meninggalkan kegiatannya dan duduk di depan ranjang Oryza seolah-oleh mereka adalah seorang pembantu.“Apa ini … apa ini … sepertinya ada yang seru.” Mata Geum Soo bersinar penuh ketertarikan.Oryza mengelus rambut atasnya kemudian mengarahkan tatapan pada Geum Soo, Mia dan Katarina secara bergantian. Oryza merasa canggung dengan tatapan tajam penuh keingintahuan teman-teman sekamarnya, menunggu Oryza untuk menceritakan semua.“Jadi … Altair membuat taruhan dengan Romanio kalau aku akan menaikkan rating serial My Boyfriend is Superstar yang sudah berada di ujung tanduk. Altair mengatakan serial ini akan dihentikan jika tidak mengalami peningkatan.” ujar Oryza.“Aku tahu acara itu. Jadi begitu rupanya karen
Siang itu ketika mereka tidak memiliki kelas untuk dihadiri, Oryza mengajak Katarina pergi ke kantin. Oryza memesan dua menu yaitu ramen chicken katsu dan spesial tonkatsu yang merupakan menu istimewa hari itu. Dia mendatangi Katarina dan meletakkan mangkuk ramen tonkatsu di depan Katarina. “Apa ini Za?” Tanya Katarina bingung. “Katarina, kumohon latih agar bisa berakting sepertimu.” Oryza membungkukkan badan sembilan puluh derajat. Setelah sebulan lebih belajar dari pelatih di STAR-S, Oryza menyadari kalau dirinya tak mengalami perkembangan. Semua orang seolah-olah meninggalkan dirinya dengan ketidak tahuan. Meski begitu, Oryza tak mau tersingkir dari STAR-S. Ucapan terima kasih dari ibunya membuat Oryza ingin menghasilkan lebih banyak. “Kenapa harus aku Za. Aku juga tak terlalu hebat. Kau bisa meminta kelas tambahan pada Miss Julie.” Katarina menggeser mangkuk berisi ramen ke arah Oryza. “Kumohon,” Oryza menggeser mangkuk ke arah Katarina. “Kau dinilai sangat baik oleh para guru