“Lepaskan saja!” Tias melepas sarangnya dan keluarlah penghuninya. Ilham menuntun sang istri untuk melakukannya. Padahal dia seorang janda sebelumnya. Tapi pengalaman-pengalaman berbagai gaya adegan ranjang tidak sebanyak yang diketahui Ilham. Tias mulai naik dan di bantu oleh Ilham agar memposisikan diri pas pada tempatnya.
“Ah, ini sakit.” Tias mengeluh karena memang terasa sedikit nyeri.
“Pelan-pelan saja. Berhenti dan diam dulu. Biar kenalan.” Tias mengikuti intruksi.
“Sudah lebih baik?” Tias mengangguk. Selalu tidak bisa dideskripsikan hubungan ranjang antara suami dan istri.
“Kau bisa mulai beraksi kalau terasa sudah nyaman.” Tias mengigit bibir bawahnya. Dia memegang dan menggenggam jemari suaminya, kemudian meliuk bagai seorang biduan dangdut. Dengan seluruh hasratnya menjerit memekakan telinga. Kemudian ambruk ke dada sang suami set
Tias dan Ilham sudah sampai di rumah. Tias merasa remuk redam. Suaminya menggempurnya habis-habisan. Dia bahkan tidak mencuci wajahnya terlebih dahulu. Langsung saja tertidur dengan pulas. Galih hanya tersenyum melihatnya. Ilham maklum, libidonya memang sangat tinggi sekarang. Bagai tidak makan selama setahun. Dia langsung maruk. Ilham mencuci wajahnya setelah itu ke ruangannya. “Bagaimana hasilnya?” tanya Ilham. Dia duduk dengan mengangkat satu kaki.“Menurut data, dia dan Ajeng terlibat dalam satu tim dengan Galih sebagai ketuanya. Ada satu temuan yang tidak boleh dianggap remeh,Bos. Bahwa ternyata memang Galih ada maksud tersembunyi. Tugas dari ayah angkatnya atau lebih tepatnya ayah tiri, karena mamanya menjadi pelacurnya papanya itu. Ternyata diluar dugaan. Mamanya Tias adalah mantan kekasih papanya tersebut. Jadi sebenarnya tugas Galih membunuh Tias dan keluarganya. Tapi karena Galih benar-benar jatuh cinta pada Tias maka eksekusi diundur
“Masak apa?” Cukup seperempat jam.“Bikin salad sama roti bakar. Mandi dulu, ah. Kita sarapn setelahnya.” Tias mengikuti snag suami masuk ke kamar untuk berganti baju. Dia langsung mengenakan blezer dengan warna abu-abu senada dengan jas milik suaminya. Ilham sudah selesai mandi juga, ketika Tias memberikan sentuhan akhir pada bibirnya.“Terima kasih, Sayang.” Tias tersenyum dan keluar terlebih dahulu untuk menyiapkan susu hangat. Sedangkan Ilham sudah selesai dengan kemeja dan celananya. Dia menyususl istrinya.“Kemarikan dasinya.” Tias dengan jinjit menggapai leher suaminya. Tingginya yang jenjang membuat dirinya kesusahan. Dia mengikatkannya. Ilham mencium keningnya setelah Tias selesai.
“Sayang, ada ide spektakuler nggak? Biar beda dari tahun lalu. Acara ulang tahun perusahaan?” ucap Ilham pada sang istri.“Apa, ya? Kalau festival band dari divisi-divisi bagaimana? Terus bisa dengan vidio konten gitu? Nanti yang terpilih baru manggung. Nggak usah ngundang seluruh orang karena memang nggak boleh ada kerumunan. Kepala divisi saja. Nanti disiarkan langsung via jejaring sosial.” Ilham terlihat sangat puas dengan ide sang istri.“Pinter memang istriku. Kemarilah!” Ilham melambaikan tangannya agar istrinya mau mendekat.“Apa?” Ilham menarik tangan Tias agar mau mendekat.“I love yoau.”“I love you too. Udah entar masakanku gosong.” Ilham menggelengkan kepalanya, karena memang ada pembantu di belakang.“Mau nyanyi bareng aku? Nostalgia masa lalu.”
Ilham dan Tias akhirnya keluar dari kolam renang dan mengenakan handuk kimono yang emang selalu tersedia di kamar mandi samping kolam. “Darei tadi, Dit?” tanya Ilham.“Cukup untuk mendengar bos mendesah,” ucap Aditia memuta bola matanya.“Makanya jangan jomblo mulu biar bisa mendesah. Ganti baju dulu, Sayang.” Ilham menyuruh Tias mengganti Bajunya. Wanita itu menurut saja setelah satu ciuman.“Ada apa, Bos?” ucap Adit sambil menyeruput kopinya.“Ini, istriku punya ide untuk ulang tahun perusahaan besok. Bikin konten saja untuk lomba. Yang dapat like terbanyak yang menang. Kalau memungkinkan syukuran live streaming mengundang yang menang. Teknisnya bagaimana? Besok kita bahas.” Aditia mengangguk.“Oke, tadi berapa kali, Bos?” ucap Aditia.“Kamu masih penasaran? Bisa berkali-kali, Dit
Ilham tidak melepaskan sang istri. Dia menarik handuk kimomo yang dikenakan sang istri. “Sayang, jangan kira tadi lolos terus sekarang aku lepasin, ya? Tetep, bonus buatku.” Ilham mengkungkung tubuh istrinya di bawahnya.“Jangan curang. Kamu harus tangkap aku dulu Tuan Ilham Sanjaya Sasmita,” ucap Tias.“Sekarang ‘kan sudah. Kamu tidak bisa mengelak,ya Zahwa Almira. Suamimu ini sangat ulung dalam bernegosiasi. Jadi jangan menghindar dariku.” Ilham mulai beraksi dengan melumat bibir ranum sang istri.“Aku memang tidak bisa menghindar darimu, aku pasrah saja.” Ilham semakin tertantang ketika istrinya menggeliat. Ada perasaan yang tak biasa. Dia melihatnya sangat seksi. Namun bersamaan itu, Tias merasakan sakit yang luar biasa. Dia memegang perutnya. “Sayang, maafkan aku. Terlalu bergairah ya? Hingga menyakitimu.Ya Tuhan!” Ilham cepat-cepat memakai bajunya da
“Sayang kau sduah sadar?” Ilham berkali-kali mencium tangan Tias karena bahagia wanitanya sudah siuaman.“Aku sangat takut. Kau tidur sangat lama.” Terlihat aura sedaih mengeglayuti wajah tampannya.“Hai, kenapa sedih? Aku tidak akan mati semudah itu.enak aja, suamiku bisa kawin lagi kalau aku mati. Aku belum ikhlas,” ucap Tias dengan suara seraknya.“Kau bisa saja.maafkan Mas, Sayang. jangan marah padaku. Anak kita harus dibersihkan dari rahimmu. Aku minta maaf karena terlalu semangat hingga membunuh anak kita.” Ilham tergugu.“Jangan menangis. Bukan salahmu, Allah lebih sayang padanya. Tidak perlu disesali. Bantu aku duduk.” Ilham membantu istrinya duduk. Rasanya sangat lemas. Mungkin karena darah yang keluar sangat banyak, jadi sangat lemah.“Terima kasih, Sayang. Lain kali aku akan lebih lembut. Apa kau lapar?m
“Jangan menangis, aku tahu mas mengkhawatirkanku. Terima kasih sudah menjagaku. Aku minta maaf tidak bisa menjaga anak kita.” Tiar mengelus sang suami setelah menghabiskan makanan yang disupakan kepadanya.“Tidak usah disesali lagi, Sayang. Kita mulai dari awal.” Ilham mencium tangan istrinya dengan sangat dalam.“Mas, kapan boleh pulang. Aku nggak suka bau rumah sakit,” ucap Tias.“Kalau dokter membolehkan kamu pulang, baru kita pulang.” Tias manyun. Dia tidak ingin berada di rumah sakit. Satu-satunya tempat nyang membuatnya mual.“Kalau aku di sini terus, bukan malah sembuh tapi malah akan sakit lebih parah.” Ilham mengelus kepalanya sangat lembut kemudian beranjak meninggalkannya untuk menemui dokter terkait dengan keluahan istrinya. Tias semakin manyun karena Ilham meninggalkannya. Entah mengapa dia menangis karena hal itu.
Ilham semakin over protektif dengan Tias. Dia bahkan menyewa dua suster untuk menjaganya. Satu bertugas menyecek kesehatannya, yang satu bertugas untuk menjaganya dan mempersiapkan keperluannya. “Kalian jangan dengarkan suamiku. Dia suka berlebihan. Bawa kemari makanannya. Aku akan makan sendiri.” Suster Naina menggelengkan kepala.“Jangan, Nyonya.” Tuan Ilham memasang CCTV. Beliau akan mengecek setiap satu jam sekali. Saya tidak berani.” Tias manyun mendengarnya.“Nyonya, vitamin Anda.” Tias memutar bola matanya.“Bisakah kalian perlakukan aku jangan seperti orang sakit. Aku tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja.” Tapi Tias menurut saja, karena kasihan takut mereka berdua dipecat oleh sang suami.“Ya Tuhan, entah aku harus bersyukur atau marah. Suamiku yang dulu sangat cuek bebek dan ngeselin karena nyakitin. Suami yang sekarang sangat
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h