Share

28. Memilih Berpisah

Author: Ardian R
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ayana menatap kosong meja dan kursi yang berjejeran di depannya, tangannya mengaduk-aduk menu makan siangnya tanpa ada niatan memasukkanya dalam mulut. Ia mendesah frustasi, matanya berkaca-kaca. Ia sedih harus memilih bahwa berpisah dengan Daniel mungkin keputusan yang tepat.

Pernikahannya belum genap setahun, mungkin baru berusia seumur jagung. Jika saja Daniel ingin mengalah sedikit dan menekan keegoisannya. Mungkin Ayana akan bertahan. Sebenarnya gadis itu belum paham dengan permintaan Daniel yang ingin memiliki bayi.

Apakah lelaki itu benar-benar ingin menjadi seorang ayah? Atau sebenarnya ada maksud lain. Kuliah? Apa yang salah dari itu? Mereka sudah membicarakannya dengan baik, tapi ketika Ayana sudah memulai. Kenapa Daniel menjadi uring-uringan dan terus berprasangka buruk dengannya? Sekali saja, ia ingin dimengerti oleh suaminya.

Disaat Ayana sedang bergelut dengan pemikirannya, Arlan muncul di hadapannya membawa seb

Ardian R

Pindah hati ajalah. Daniel sudah nggak enak🤨

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   29. Kemarahan Hamilton

    Berkat keegoisan Daniel, kini Ayana terkurung di ruang bawah tanah. Benar kata gadis itu, suaminya itu memang benar-benar tidak waras. Bagaimana bisa ia dengan tega membiarkan istrinya terus menangis? Bahkan Ayana tidak pernah tidur karena dilanda ketakutan hebat. Sekitar matanya menghitam, wajahnya pucat, ditambah gadis itu terlihat kurus dan tidak terawat.Ayana sudah mencoba untuk kabur dari ruangan itu, tapi pintunya tidak bisa terbuka, seperti terkunci otomatis dan lagi Daniel terus mengawasinya melalui CCTV.Ayana sudah sangat lelah, tubuhnya lemas dan suaranya hampir habis karena terus berteriak."Daniel, tolong keluarkan aku," lirih Ayana.Gadis itu tertunduk dengan kedua kaki terlipat. Ia haus dan lapar. Namun, Ayana juga tidak ingin menyentuh makanan yang diberikan oleh Daniel.Memakan makanan yang diberikan suaminya itu hanya akan membuat Ayana seperti gadis yang menerima perlakuan s

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   30. Daniel Apa Kabar?

    Waktu berlalu dengan cepat, sudah lima hari Ayana menjalani kehidupannya tanpa Daniel. Semenjak Hamilton membawanya pergi, tepatnya di salah satu vila milik mertuanya yang ada di daerah Bandung. Gadis itu sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan sang suami.Kemarin Hamilton sudah membawakan surat perceraian untuk ia tanda tangani, namun ia tidak serta merta membubuhkan tanda tangannya. Ayana meminta pada Hamilton agar ia memberikan waktu untuk berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan semuanya.Perceraian, pernah terbesit di pikiran Ayana. Pernikahannya dengan Daniel hanya sebuah perjanjian, Ayana tetap di sisi lelaki itu dengan syarat ia bisa melanjutkan lagi pendidikannya. Namun, ternyata kesepakatan itu membuat hancur hidupnya, juga hidup Daniel.Ia juga tidak menyangka bahwa pernikahannya akan kandas secepat ini. Ayana ingin jujur, jauh di lubuk hatinya, dulu ia hanya menganggap Daniel sebatas majikannya. Ia punya

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   31. Berakhir

    Biar aku sentuhmuBerikan 'ku rasa ituPelukmu yang duluPernah buatku'Ku tak bisa paksamu'Tuk tinggal di sisikuWalau kau yang selaluSakiti aku dengan perbuatanmuNamun sudah kau pergilahJangan kau sesaliKarena 'ku sanggup walau 'ku tak mauBerdiri sendiri tanpamuKumau kau tak usah raguTinggalkan akuHo-o ... kalau memang harus begituTak yakin 'ku 'kan mampuHapus rasa sakitku'Ku selalu perjuangkan cinta kitaNamun apa salahkuHingga 'ku tak layak dapatkan Kesungguhanmu

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   32. Melupakan Tuan Besar

    "Ay, apa tidak sebaiknya—“Ucapan Larissa menggantung saat Ayana menggebrak meja makan. Saking kerasnya, ibunya itu sampai membulatkan mata. Kedua adiknya yang sedang menikmati sarapan pagi bahkan berhenti menyendokkan makanan karena terkejut.Ayana memandang kesal pada Larissa, sudah berapa kali ia memberitahukan pada sang ibu untuk berhenti membahas mantan suaminya itu. Ia jengah, sudah seminggu Larissa terus membujuknya untuk berbaikan saja dengan Daniel.Mata Ayana memerah, napasnya tersengal-sengal. Ia benar-benar benci jika ada orang yang membahas Daniel. Seolah-olah ia adalah pihak bersalah karena telah bercerai dengan lelaki itu. Haruskah Ayana membeberkan semua perlakuan buruk mantan suaminya itu pada sang ibu? Ayana sudah selesai dengan Daniel, ia tidak perlu lagi mengingat lelaki itu. Biarkan ia hidup tenang dan memulai kehidupannya yang baru tanpa Daniel. Untuk apa juga ia terus terjebak dengan ingatan tentang

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   33. Rencana Mengembalikan Ayana

    Larissa kaget, pasalnya baru sejam Ayana meninggalkan rumah dan sekarang anaknya itu sudah kembali. Biasanya gadis itu pulang ketika menjelang sore. Apa tidak terlalu cepat jika ia sudah berada di rumah ketika jam masih menunjukkan pukul 9?Ayana nampak melepas sepatunya, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia mengembuskan napas kasar, matanya terpejam. Ia memijit pelipisnya. Larissa lantas saja menghampiri Ayana dan duduk di samping putrinya itu.“Ada apa? Kok jam segini sudah pulang, Nak?” tanya Larissa.Ayana membuka mata, ia lalu memperbaiki posisinya. Gadis itu menatap sendu sang ibu. “Bu, aku tuh nggak ngerti maunya Daniel tuh apa?” ceritanya to the point.Larissa tidak paham maksud Ayana. Ia lalu mengusap punggung tangan anaknya itu. “Memangnya ada apa? Daniel merusuhi kamu lagi?”Ayana menggeleng. “Dia jadi mahasiswa baru di kampus Ayana. Keterlaluan sekali, buka

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   34. Pesona Sang CEO

    Udara pagi kota Jakarta hari ini cukup bersahabat, matahari masih malu-malu memperlihatkan kegagahannya pada bumi. Mungkin karena masih pukul delapan, biasanya sekitar jam sembilan panas menyengat—membakar kalori.Sosok tampan keluar dari bugatti veyron mansory vivere, mobil sport dari Ettero Bugatti yang dibanderol seharga 3,4 juta US dollar atau sekitar 47 miliar menyapa mata para manusia yang tengah berkeliaran di sekitar parkiran.Beberapa mahasiswi yang bergerombol tampak menghentikan gibahannya dan memilih mengagumi keindahan yang begitu memanjakan mata.Dimulai dari ujung kaki sampai ujung kepala bertemakan warna hitam. T-shirt polos dibalut dengan jaket kulit membuat tubuhnya terlihat atletis. Celana jeans press kaki berpadu dengan sepatu kulit di atas mata kaki. Rambutnya tidak diwarnai banyak, hitam masih mendominasi. Warna light golden brown

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   35. Sebuah Kejujuran

    Matahari sudah di atas kepala, panasnya sangat menyengat kulit. Suara riuh terdengar dimana-mana, ada yang bergosip,mengerjakan tugas, duduk di koridor sambil tertawa haha, hihi dan ada pula yang mengambil kesempatan berpacaran di taman kampus.Jam istirahat sudah berlangsung sekitar sepuluh menit. Setelah Pak Taufik keluar, tanpa basa-basi, Ayana langsung minggat dari kelas. Namun sebelumnya, ia sudah memberikan sepucuk kertas pada Daniel yang berisi tentang tempat dimana mantannya itu harus datang menemuinya.Berdiri dengan gusar, sesekali matanya mondar-mandir melihat dari kejauhan. Keringat mulai bercucuran di pelipisnya, tenggorokannya terasa kering. Dan cacing di perutnya mulai meronta meminta makan.Ayana kesal sekali, ia membanting tasnya kasar di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi dan dicat manis selaras dengan tanaman di sekitarnya."Sial! Apa dia berusaha kabur dariku?" Kepalanya tera

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   36. Makan Malam

    Seperti biasa, Ayana pulang saat langit sudah mulai gelap. Memasuki rumah minimalis bercat hijau, gadis itu langsung menuju dapur. Disimpannya terlebih dulu tas ranselnya di atas meja makan lalu kakinya mengayun ke lemari pendingin.Hawa sejuk dari kulkas menerpa kulitnya, cukup lama ia membiarkan suhu dingin menjalar ke seluruh tubuhnya hingga ia memutuskan untuk mengambil sebotol air mineral dan menutup lemari es itu.Ayana membuka penutup botol mineralnya seraya ia duduk setelah menarik kursi. Diteguknya air itu hingga tandas. Bunyi air beradu dengan kerongkongannya seakan menyatakan gadis itu sangat haus. Ia lega setelah meminum airnya.Bersandar di jok kursi, suara langkah kaki membuat ia menoleh. Larissa baru saja masuk dengan tangan yang terlihat kewalahan menenteng keranjang. Cepat-cepat Ayana bangkit dan mengambil alih keranjang itu."Ibu dari pasar?" tanya Ayana. Ia membawa keranjang itu dan menempat

Latest chapter

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   50. Akhir Sebuah Kisah

    "Yang, paku!"Aku mengulurkan tangan ke belakang dengan posisi sedikit menyamping, sementara pandanganku tetap lurus pada dinding. Entah penglihatanku yang miring, atau memang pigura ini yang ingin kupasang sengaja ingin membuat tandukku naik.Astaga, malah lupa aku. Sebenarnya sudah seminggu aku dan Daniel menempati rumah baru kami. Mungkin kalian masih ingat, setahun lalu Daniel memutuskan untuk membangun rumah tidak jauh dari rumah ibuku.Awalnya aku bersikeras menolak, untuk apa coba ia membangun rumah mewah lagi. Sementara ada rumah ayahnya yang kelak akan menjadi miliknya. Bukankah Daniel terlalu membuang-buang uang? Aku menyetujui ia membangun rumah dan pindah ke rumah ibu karena aku kasihan melihatnya memasang tenda di depan rumah demi membujukku. Mungkin jika hanya Daniel yang ada di tenda itu, aku tidak masalah. Biarkan saja suamiku itu merasakan penderitaan. Tapi aku khawatir pada Mark.Dasar memang

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   49. Pindah Rumah

    Mark benar-benar geram, diturunkannya Ardila yang digendong layaknya karung besar di kursi kayu. Tepatnya di bawah pohon yang ada di depan rumah gadis itu. Matanya menyorot tajam, membuat Ardila yang dihempas seperti barang menjadi ciut nyalinya.Sakit tapi tidak berdarah. "Kenapa? Mas kok ngeliatin aku kayak gitu?" Meski takut, namanya juga Ardila gadis barbar tak berakhlak. Mulutnya tetap akan terus mengoceh tanpa henti.Mark menyunggingkan bibirnya, ia tidak menyangka wajah sepolos bayi, kulit seputih susu dan senyum manis yang bikin diabetes bisa berubah menjadi zombie ganas. Ardila memang bukan gadis remahan biasa. Ia harus waspada, perawakan gadis itu saja yang kalem. Tapi di dalamnya, sungguh terlala kata Bang Haji Rhoma."Kamu tau nggak yang kamu jambakin tadi siapa?"Ardila bingung. "Teteh Ayana!"Lagi, bibir Mark tersungging diikuti matanya yang memutar malas

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   48. Daniel Minta Cerai?

    Waktu cepat sekali berlalu, sudah sebulan lebih ia menjalani hari-harinya tanpa Daniel. Oh iya, apa kabar dengan lelaki itu? Pertemuan terakhirnya hanya saat di rumah sakit itu saja. Setelahnya, sang suami tidak pernah lagi mengunjunginya. Sekedar telpon, atau bahkan mengirim pesan pun tidak ada sama sekali.Apa suaminya itu sudah melupakannya? Atau mungkin kini Daniel telah menemukan penggantinya.Ayana merasa rindu pada Daniel, terlihat jelas air matanya mengenang di pelupuk. Ketika ia sendiri, perasaannya benar-benar kacau. Jujur, Ayana ingin kehidupannya seperti dulu. Setiap pagi terbangun untuk membereskan kamar mewah sang suami. Memasak makanan favorit Daniel, dan mengurus lelaki itu dengan baik.Dulu saat masih menjadi pesuruh Daniel, ia sangat ingin bebas, tidak terikat oleh lelaki itu. Tapi sekarang saat semua sudah ia capai, ia jadi ingin kembali menjadi pesuruh. Manusia memang tidak pernah ada puasnya. Dikasih A, m

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   47. Hilang Semua Mimpi

    "Maaf Pak, Bu Ayana tidak hamil. Ia hanya kelelahan dan masuk angin."Terngiang-ngiang, terbayang-bayang, berputar-putar bagaikan kaset rusak. Perih, hati seakan tersayat-sayat. Bagaimana bisa derita ini menimpa Daniel? Ia sudah mengerahkan segala tenaga, waktu dan pikiran.Terus Dokter seenak jidat mengatakan Ayananya tidak hamil. Dimana hati nurani dokter itu?"Huaa...." Daniel menangis pilu, meraung-raung di lantai kamarnya.Haruskah ia bunuh diri? Loncat dari lantai 15 kantornya? Atau minum racun tikus? Hancur sekali perasaannya. Lesu, kepala Daniel menoleh pelan. Napasnya terasa berat. Kereta bayi, pakaian bayi, buket bunga mawar putih untuk Ayana tertata rapi di meja.Mark, bawahannya tetap setia menemaninya. Tidak sedikitpun lelaki itu beranjak dari samping Daniel yang selonjoran di lantai.Mark pernah membaca sebuah buku, dalam buku itu mengatakan; bahagia b

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   46. Calon Ayah

    Kuping Margaret hampir saja pecah jika Daniel tidak menghentikan teriakannya. Bagaimana tidak? Ia baru saja masuk ke kamar tuannya itu dengan niat mengantarkan makanan, namun baru saja selesai meletakkan makanan.Entah kerasukan apa? Tuannya itu loncat kegirangan dengan lengkingan suara seperti tikus kejepit."Tuan!" Terpaksa Margaret bernada tinggi memanggil Daniel. Lagian ada apa dengan lelaki itu yang tersenyum semringah sembari mencium ponselnya bertubi-tubi. Sakit jiwa!"Margaret, Margaretku." Daniel menyimpan ponselnya di meja, lalu menghampiri Margaret. Meraih kedua tangan wanita itu kemudian mengayunkannya ke kiri dan ke kanan.Belum sampai disitu keterkejutan Margaret akan tingkah Daniel yang seperti teletubies. Tubuhnya diputar-putar, mirip film India. Rani Mukherjee mungkin tahan jika diputar seperti itu, tapi Margaret tentu saja tidak. Kepalanya sungguh pusing.Beberapa menit setela

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   45. Hamil?!

    Pagi yang buruk untuk Ayana hari ini. Mual-mual, kepala pusing, tubuh meriang dan pegal-pegal. Ia seperti sangat kelelahan, padahal seingatnya yang ia lakukan hanya pergi ke kampus dan membantu ibunya memasak. Itu saja ia hanya mencuci sayuran.Matanya masih sangat mengantuk, tapi subuh-subuh sudah harus terbangun karena perutnya yang kesakitan. Tenggorokannya sangat kering akibat terlalu banyak memuntahkan isi perut. Ayana benar-benar sakit.Di saat ia sedang meringkuk di kasurnya seperti bayi, Ayana mendengar pintu kamarnya diketuk. Dengan suara berat, perempuan itu menyuruh sang pengetuk masuk."Masuk saja, tidak dikunci."Pintu dibuka, Ario sudah berdiri dengan gagahnya lengkap seragam sekolah—putih abu-abu.Melihat sang kakak yang tak menyambutnya dengan baik, Ario langsung saja menghampiri Ayana."Loh Teteh kenapa?" Ia khawatir dengan kakaknya yang tengah memegangi perutny

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   44. Sisi Perih Kehidupan Mark

    Jika tak ada makanan di meja, mejanya yang kau makan. Bukan lagu Bunda Rita Sugiarto, hanya mirip saja. Baru diciptakan dari perasaan lelaki yang baru terbangun dari tidurnya. Berniat mengisi perut yang kosong melompong, cacing menari-nari, tenggorokan seret.Mark merasakan kekecewaan saat menghampiri meja makan, namun yang ia temukan hanya kekosongan. Mirip sekali dengan perasaan hampa di hatinya tanpa sosok mahluk dengan lekuk tubuh indah.Hidup sendiri, meski dulu ada sang adik yang menemaninya. Mila bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya di Aussie, katanya ia bosan berada di Indonesia. Ingin mempelajari budaya berbeda daripada mengurusi perjaka tingting yang gila kerja seperti kakaknya.Berusia 16 tahun, Mark sudah ditinggalkan oleh sang ayah karena sel kanker yang menyerangnya. Lalu setahun kemudian, ibunya menyusul sang ayah.Mark benar-benar terpuruk saat itu, perusahaan ay

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   43. Ucapan Perpisahan

    Lesu, lemah, lunglai, mungkin itu gejala anemia. Minum sangobion, salah satu vitamin dan zat besi penambah darah yang sering nongkrong di layar televisi.Cerita ini bukan sedang disponsori oleh obat sangobion, namun gejala yang sedang dialami lelaki bernama Daniel sama persis dengan sakit anemia.Wajah Daniel pucat tak karuan, kantung mata melebar. Rambut acak-acakan dan baju yang tak serapi seperti biasanya. Tidak terurus, lelaki itu lebih cocok menjadi gembel yang berkeliaran di jalan.Berjalan dengan langkah malas dan sedikit terseok-seok. Daniel memasuki kediaman mewahnya, disambut dua asisten rumah tangga berpakaian seragam hitam putih. Suami Ayana itu seakan abai saat keduanya tertunduk memberi hormat."Tuan, Anda sudah pulang?" Kepala pelayan, Margaret datang menghampiri Daniel membuat lelaki itu menghentikkan langkahnya dan berbalik pada Margaret."Ayahku di mana?" Daniel memang datang

  • CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya   42. Pernyataan Cinta Ardila

    Hujan di luar sedang sangat deras, jika biasanya bintang masih terlihat dari jendela kaca kamar Ayana. Benda angkasa itu harus tertutup awan gelap. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, seharusnya ia sudah tidur sekarang. Namun nyatanya, keberadaan Daniel di kamarnya membuat gadis itu harus menahan rasa kantuknya.Ia tidak habis pikir dengan suaminya itu, kenapa berkunjung ke rumahnya harus selarut itu? Padahal ia bisa datang saat sore tadi dan tidak harus terjebak di kamarnya dengan dalih bahwa hujan menahan lelaki itu."Jadi, kau tidak akan pulang?" tanya Ayana dengan mata memicing.Daniel nampak acuh, bahunya terangkat. Seolah ia mengatakan, 'aku sedang tidak ingin pulang'."Hujan terlalu deras!" Akhirnya lelaki itu bersuara. Ia tidak melihat ke arah Ayana. Karena posisi mereka yang saling berjauhan.Daniel rebahan di kasur Ayana, sementara istrinya itu berdiri di dekat jendela. Sungg

DMCA.com Protection Status