“Apa kamu masih sibuk?” tanya Valerie sebelum dia berjalan mendekat ke ruangan Sean. Dia masih ingin memastikan bahwa Sean tidak akan terganggu jika dia datang ke sana.
Sean yang mendengar itu langsung menutup layar dokumen itu dengan tergesa. Dia tidak ingin Valerie mengetahui kelakuannya yang sebenarnya.“Tidak lagi sekarang,” jawab Sean. Dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi tadi, agar Valerie tidak merasa curiga.Valerie mengambil dompet milik Sean sebelum berbicara lagi, “Aku ingin mengembalikan barang milikmu,” kata Valerie.Meskipun sudah mengatakan niatnya, Valerie masih saja tidak berjalan mendekat. Dia hanya berdiri di posisinya seperti itu sejak tadi.Melihat Valerie yang tidak kunjung mendekat, membuat Sean berbicara lagi, “Datanglah kesini,” kata Sean.Valerie berpikir bahwa dia hanya harus memberikannya pada Sean, dan langsung pergi setelahnya. Dia akaKetika Valerie hendak membantu Sean menutup dompetnya, saat itu tangannya berhenti pada sebuah foto. Itu adalah foto yang sejak siang tadi ingin dia tanyakan. Sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya.“Siapa ini?” tanya Valerie. Dia sengaja meletakkan tangannya disana sehingga Sean bisa ikut melihatnya juga.Menyadari bahwa Sean tidak langsung bereaksi dan juga tidak menolak, membuat Valerie kembali melanjutkan kalimatnya. “Apa dia adikmu?” tanya Valerie lagi.“Saya anak tunggal,” jawab Sean.Valerie mengarahkan pandangannya pada Sean seolah ingin memastikan. “Benarkah?” ujar Valerie yang tidak terdengar yakin.Karena merasa bahwa Valerie tidak percaya dengan ucapannya barusan, membuat Sean kembali menjelaskan ucapannya. “Ada apa? itu memang saya,” kata Sean.Valerie tertawa simpul sebelum berbicara. “Dia sangat tampan,” ucap Val
Ketika Valerie sedang berada di lantai satu rumah mereka, saat itu dia bertemu dengan Putra. Pria itu tampaknya baru saja datang karena masih mengenakan setelan kantor.“Selamat malam, nyonya,” sapa Putra ketika menyadari keberadaan Valerie.Valerie menatapnya dengan mata yang memincing seraya menjawab, “Malam Pak Putra,” kata Valerie. “Ada yang bisa saya bantu?” lanjutnya lagi.Putra berdiri dengan lebih tegak ketika mendengar balasan Valerie yang terlewat formal itu. Rasanya sedikit aneh disana.“Ada apa? Aku sudah bilang jangan memanggilku seperti itu. Tidak perlu terlalu formal,” ujar Valerie lagi.Tentu saja Valerie berbicara seperti itu agar obrolan diantara mereka tidak menjadi kaku. Dirinya lebih menyukai obrolan santai.“Baiklah, aku akan lebih santai sekarang,” balas Putra. Itulah yang seharusnya dia lakukan sejak awal. Jadi Valerie juga tidak perlu
Valerie duduk dengan santai sembari menatap Sean yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Jika saja dia tahu bahwa dirinya akan berada lama disana, dia pasti akan membawa cemilan tadi. Setidaknya dia tidak perlu berdiam diri karena tidak melakuka apapun.Ternyata Sean yang sedang sibuk dengan pekerjaannya itu, juga menyadari bahwa Valerie menatapnya sejak tadi. “Ada apa?” tanya Sean. “Kamu tidak sedang memikirkan hal aneh tentang saya, kan?” lanjut Sean lagi.“Iya,” balas Valerie cepat sembari menganggukan kepalanya. Entah karena merasa bosan atau karena pikirannya yang sedang memikirkan makanan, sehingga dia tidak begitu fokus dengan perkataan Sean.Sean yang hendak memeriksa sesuatu itupun kini menghentikan gerakannya. “Jangan memikirkan hal yang aneh,” kata Sean. Dia berusaha untuk terlihat tenang, tetapi sebenarnya dia menjadi grogi karena tatapan Valerie.“Itu tidak aneh. Aku seharus
Keesokan harinya, Valerie berangkat ke kantor lebih dulu. Dia harus melakukan beberapa pekerjaan hari ini, dan akan mengunjungi Ayahnya nanti. Hari ini adalah hari ulang tahun Ayahnya, dan Valerie akan merayakannya nanti.Seharusnya Valerie mengatakan kepada Sean semalam, bahwa dia akan pergi ke rumah Ayahnya untuk merayakan ulang tahun sang Ayah. Tetapi begitu mendengar ucapan Sean semalam, Valerie lantas berubah pikiran. Sean masih tidak menghormati Ayahnya, jadi mengapa dia harus peduli apalagi sampai merayakan ulang tahun bersama.“Ah, andai saja dia tidak keras kepala,” ujar Valerie.Sore harinya ketika Valerie sudah selesai dengan semua pekerjaan kantor, dia lantas bergegas untuk pergi. Dia harus membeli hadiah dan juga kue ulang tahun. Jadilah Valerie segera bergegas dan menuju parkiran.Awalnya Clara mengirimkan pesan semalam dan mengatakan bahwa dia ingin bertemu. Tetapi ketika siang hari, dia malah memiliki jadwal men
Valerie memberikan sebuah kado berukuran besar kepada Ayahnya. Jika dilihat dari bentuknya, maka itu adalah sebuah bingkai foto berukuran besar.“Apa ini?” tanya Tio sembari memegang hadiah tersebut.“Hadiah,” jawab Valerie. Dia sudah bisa menebak reaksi Ayahnya ketika melihat isi bingkisan itu nanti.Tio tersenyum sembari memperhatikan bingkisan itu sejenak, “Tolong ambilin gunting,” ucap Tio yang sudah berniat untuk membuka hadiahnya.“Siap bos,” balas Valerie. Dia beranjak dan segera menuju laci meja untuk mengambil gunting. Semua tempat di rumah itu tidak pernah berubah sedari dulu, dan itu memudahkan Valerie untuk menemukannya.Begitu mendapatkan benda yang diinginkan, Valerie lantas memberikannya, “Terimakasih,” ucap Tio. “Terimakasih untuk hadiahnya juga,” kata Tio lagi.Valerie mengangguk dan memberikan kedua jempolnya. “Ayo dibuka,&
Ketika Valerie pulang ke rumah keesokan harinya, dia mendapati Sean yang sepertinya baru saja datang dari arah ruang kerja. Valerie memang baru kembali pada jam makan malam, karena lebih dulu makan di luar.Sean yang melihat kedatangan Valerie juga langsung mendekat ke arahnya, “Baru pulang?” tanya Sean singkat.Valerie menganggukan kepalanya singkat sebagai jawaban. Padahal Valerie sudah berharap semoga dia tidak bertemu dengan Sean ketika sampai di rumah nanti. Kini dia juga harus berhenti untuk mendengarkan pria itu.Saat itu, Sean menyadari bahwa Valerie tidak begitu ingin berbicara dengan dirinya. Andai saja dia tahu bahwa Sean tidak bisa tidur semalaman setelah mereka berbicara di telepon, bahkan dia belum mengisi perutnya sejak pagi karena Valerie tidak ada di rumah.“Apa saya melakukan kesalahan?” tanya Sean. Dia seharusnya memang langsung bertanya, dan semoga Valerie mengatakan dimana letak kesalahan yang s
“Tunggu,” ucap Sean yang kembali mencegah Valerie. Padahal itu adalah jawaban yang dia harapkan sejak tadi, tetapi Valerie terus saja menghindar untuk menjawab.“Kenapa kamu baru mengatakannya,” ucap Sean yang kini sudah mendekat lagi ke arah Valerie. Dia tidak suka jika berbicara dengan jarak yang jauh seperti itu.“Karena itu memang bukan urusan kamu,” jawab Valerie.Baru saja Valerie akan melangkah pergi, tiba-tiba saja dia mendengar sebuah suara yang aneh saat itu. Akhirnya dia berhenti dan menatap ke arah Sean, “Kamu belum makan?” tanya Valerie.Saat itu, dia menyadari bahwa perut Sean berbunyi meski itu tidak begitu nyaring. Hanya saja dia masih bisa mendengarnya dengan jelas.Sean yang ditanya seperti itupun hanya bisa tersenyum malu sembari menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal saat itu. Bahkan Valerie yang sejak tadi bersikap datar, kini mulai tertawa.
Saat ini, Valerie sedang berada di kantornya. Dia baru saja selesai melakukan sesuatu pekerjaan, dan kini hanya perlu memeriksa beberapa berkas. Dia juga tidak memiliki janji temu yang lain hari ini.Ketika dia sedang membolak balikan sebuah berkas, seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu ruangannya. Valerie menatap ke arah pintu itu tanpa mengatakan apapun, begitu melihat pintu itu sudah dibuka.“Permisi Bu,” sapa Nana.Tentu saja Nana bisa melakukan hal itu, terutama ketika tidak ada tamu di dalam ruangan Valerie. Jadi ketika melihat si pengetuk langsung membuka pintu, Valerie tidak perlu lagi memintanya untuk masuk.“Mari duduk dulu,” ucap Valerie seraya mempersilahkan Nana untuk duduk. Mungkin saja dia hendak memberitahukan beberapa jadwal untuk dilakukan nanti.Begitu Nana duduk, dia lantas berbicara, “Ini bu, berkas yang ibu minta pagi tadi,” kata Nana. Kini dia menyerahkan sebuah dokume