Sesampainya mereka di rumah, Sean langsung membukakan pintu mobil untuk Valerie. Dia bahkan memutari mobil itu lebih dulu, dan tidak membiarkan Putra melakukannya.
Melihat Sean yang membukakan pintu mobil untuknya, Valerie lantas tersenyum. Dia meraih uluran tangan Sean dan beranjak dari posisinya. “Terimakasih,” ucap Valerie.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sean bisa melihat senyuman manis Valerie yang kini memang ditujukkan untuk dirinya.Karena tugas Putra sudah selesai, dia lantas pamit untuk pergi. Dia sudah cukup menjadi nyamuk diantara pasangan suami istri itu sejak tadi.“Kalau begitu aku permisi,” pamit Putra.“Baiklah, terimakasih,” kata Valerie.Begitu mobil yang dikendarai Putra meninggalkan halaman, saat itu mobil Valerie juga tiba. Setidaknya dia tidak perlu merasa khawatir jika mobilnya hilang.“Tunggu sebentar, aku harus mengambil kunci moValerie yang melihat itu juga tidak langsung bertindak. Dia memikirkan beberapa hal terlebih dulu.Kontrak pernikahan mereka memang akan segera berakhir, dan Valerie mulai menyadari perubahan pada sikap Sean. Dia seharusnya membantu pria itu agar hidup lebih baik, jadi pernikahan mereka tidak akan berakhir dengan sia-sia.Setelah memikirkan tentang hal itu, Valerie mulai mengambil keputusan. Dia sudah menemani Sean hari itu dan melihat betapa sikapnya berubah hanya karena ditemani dirinya. Jika itu benar, maka seharusnya Valerie bisa menemani pria itu lebih lama.Jadilah Valerie berjalan mendekat ke arah Sean dan berdiri di sampingnya. “Kamu masih belum sehat, tidak baik berdiri diluar terlalu lama,” ucap Valerie yang mencoba untuk menjelaskan.Meski begitu, Sean masih saja diam di posisinya sejak tadi. Entah mengapa dia bersikap seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya saat ini. Atau lebih tepatnya, seorang suami yan
Keesokan harinya ketika Valerie terbangun, dia merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Ketika menatap sekeliling, dia tersadar bahwa semalam dia tidur di kamar Sean. Valerie menatap ke arah perutnya, dan mendapati Sean yang memeluk pinggangnya dengan erat.“Apa dia memelukku seperti ini sejak semalam?” pikir Valerie.Valerie bergerak perlahan dan berusaha untuk menatap jam yang terletak diatas nakas samping tempat tidur. Tetapi karena terlalu banyak bergerak, itu malah membuat Sean terbangun dari tidurnya.Sean kembali mengeratkan pelukannya dan membuat Valerie kembali ke posisinya semula. “Good morning,” ucap Sean dengan suara berat khas orang yang baru bangun tidur.Sean membuka kedua matanya, dan hal pertama yang dia lihat adalah sepasang mata indah berwarna coklat yang kini juga sedang menatap ke arahnya.“Good morning too,” balas Valerie. “Bagaimana tidurmu semalam?&rdquo
Begitu melihat keberadaan Sean di kantor pagi itu, Putra langsung bergegas untuk mendekatinya. “Selamat pagi, bos!” sapa Putra.“Pagi!” balas Sean yang langsung berjalan masuk begitu dia turun dari mobilnya.Pagi itu, sikap Sean sepertinya menunjukkan adanya kabar baik. Dia bahkan menyempatkan diri untuk membalas sapaan Putra tadi, dan tidak mengabaikannya seperti biasa.Ketika mereka berjalan menuju ruangan itupun, Sean masih menunjukkan sisi baik dirinya. Hari ini terasa seperti benar-benar berbeda.Para karyawan yang melihat kedatangan Sean, lantas bergegas menyapa dengan sopan, sama seperti yang mereka lakukan setiap harinya.“Selamat pagi, pak!”“Pagi, pak!”Sean menganggukan kepalanya perlahan sebagai respon. “Selamat pagi,” balas Sean.Hanya jawaban selamat pagi yang begitu singkat, tetapi semua karyawan yang berada di sana langsu
Sore itu, Valerie baru saja berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia baru kembali dari kantor dan berniat meletakkan barang-barangnya lebih dulu.“Ahh, waktu berlalu dengan sangat cepat,” ujar Valerie.Dia melepaskan blazer yang dia kenakan sejak tadi dan beranjak menuju kamar mandi. Dia perlu melakukan sesuatu disana. Begitu dia selesai dengan kegiatannya, saat itu terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.“Sebentar,” ujar Valerie seraya berjalan mendekat ke arah pintu dan membukanya.Ketika dia melihat ke luar, ternyata disana sudah ada Sean yang bahkan masih mengenakan setelan kantornya. Sepertinya dia baru saja sampai.“Hai,” sapa Sean lebih dulu sebelum Valerie menanyakan perihal kedatangan pria itu.Valerie tertawa begitu melihat Sean menyapa meski sedikit kaku. “Hai,” balas Valerie sembari berusaha untuk menahan tawanya.“Kamu perlu sesuatu?”
Karena sekarang Valerie sudah memiliki ruang kerja tersendiri di rumah Sean, jadilah dia akan menghabiskan waktunya ketika akhir pekan di sana. Setidaknya sekarang dia tidak harus menghabiskan waktunya di dapur.Pagi itu Valerie turun ke arah dapur dan berniat mengambil beberapa cemilan lebih dulu. Dia sudah terbiasa bekerja sembari makan, dan merasa berbeda ketika tidak melakukannya.“Apa nyonya membutuhkan sesuatu?” tanya bibi ketika Valerie tiba di dapur. Meski dia sudah terbiasa membuatkan makanan sendiri, para pelayan tetap saja menanyakan apakah dirinya membutuhkan sesuatu ketika melihatnya datang ke sana.Valerie yang sudah menebak pertanyaan itupun lantas mengangguk sembari tersenyum simpul. “Cuma ingin beberapa cemilan,” jawab Valerie.Ketika bibi berniat untuk membantu, Valerie langsung mencegah. Dia akan melakukan semua itu sendiri. Karena itu Valerie langsung mengambil sebuah nampan dan meletakkan bebera
Keesokan harinya, Valerie kembali bersiap untuk menuju kantor. Karena hari ini dia memiliki urusan diluar, maka dia mengenakan celana panjang dan bukannya rok mini. Dia merasa lebih leluasa bergerak ketika memakai celana dibanding rok.Pagi itu Valerie juga mengenakan blazer dan membiarkan rambutnya tergerai. Dia menata rambutnya sejenak sebelum beranjak. Begitu selesai dengan penampilannya, Valerie beranjak dan hendak menuju meja makan untuk sarapan.Baru saja Valerie berada di anak tangga yang kedua, sebuah suara sudah lebih dulu memanggilnya. “Sebentar,” ujar Sean sembari mendekat ke arah Valerie.Melihat itu, Valerie juga tidak langsung berhenti karena Sean yang kini sudah berada di dekatnya. “Good morning,” sapa Valerie.Setiap dia berbicara, dirinya tidak pernah lupa untuk tersenyum. Itu sebabnya ketika berbicara, Sean selalu bisa melihat senyum manis milik Valerie sepanjang obrolan mereka.“G
Sore harinya, Valerie bersama dengan Aldo sedang berada di sebuah mall. Awalnya mereka hendak pergi bertiga, tetapi Clara tiba-tiba saja ingat bahwa dia memiliki janji temu dengan seseorang sore itu. Jadilah kini hanya Valerie dan Aldo yang pergi berdua.Ketika urusan mereka berdua selesai, mereka memutuskan untuk duduk di toko roti yang ada di mall itu sebentar.“Mau pesan yang mana?” tanya Valerie sembari menatap aneka roti yang berjejer disana. Dia juga ingin membelikan beberapa untuk dibawa pulang.Aldo mengambil nampan dan meletakan roti yang dia inginkan. Mereka berdua mulai sibuk dengan makanan saat ini. Begitu selesai, Aldo dan Valerie mencari tempat duduk untuk menyantap makanan mereka.“Kamu masih belum kasih tahu Clara?” tanya Valerie di sela-sela kegiatan makan mereka. Kebetulan sekali dia teringat untuk membahas sesuatu bersama dengan Aldo.Mendengar pertanyaan Valerie barusan, Aldo langsung
Di lain sisi, saat itu Sean juga sedang berada di sebuah mall untuk melakukan urusan bisnis. Dia memang sengaja turun langsung untuk memeriksa hari ini. Ketika dia hendak menggunakan eskalator untuk menuju lantai dasar mall tersebut, pandangannya tanpa sengaja melihat ke arah sebuah toko di atas sana. Hal yang membuatnya terkejut, ialah ketika dia mendapati Valerie yang kini sedang duduk dengan seorang laki-laki.Sean menatap dengan lekat dan tidak beranjak dari posisinya untuk turun. Dia ingin memastikan sosok lelaki yang sedang berbincang sembari tertawa dengan Valerie disana. Semakin dia memperhatikan, itu membuatnya menyadari bahwa itu adalah sepupunya sendiri, yaitu Aldo.Putra yang saat itu berada di samping Sean menjadi kebingungan ketika Sean tidak kunjung turun. “Apa anda membutuhkan sesuatu?” ucap Putra memastikan.Jika seseorang tiba-tiba menghentikan langkahnya di tengah perjalanan, itu berarti bahwa dia baru saja menyaksikan