Keesokan harinya, Valerie kembali bersiap untuk menuju kantor. Karena hari ini dia memiliki urusan diluar, maka dia mengenakan celana panjang dan bukannya rok mini. Dia merasa lebih leluasa bergerak ketika memakai celana dibanding rok.
Pagi itu Valerie juga mengenakan blazer dan membiarkan rambutnya tergerai. Dia menata rambutnya sejenak sebelum beranjak. Begitu selesai dengan penampilannya, Valerie beranjak dan hendak menuju meja makan untuk sarapan.Baru saja Valerie berada di anak tangga yang kedua, sebuah suara sudah lebih dulu memanggilnya. “Sebentar,” ujar Sean sembari mendekat ke arah Valerie.Melihat itu, Valerie juga tidak langsung berhenti karena Sean yang kini sudah berada di dekatnya. “Good morning,” sapa Valerie.Setiap dia berbicara, dirinya tidak pernah lupa untuk tersenyum. Itu sebabnya ketika berbicara, Sean selalu bisa melihat senyum manis milik Valerie sepanjang obrolan mereka.“GSore harinya, Valerie bersama dengan Aldo sedang berada di sebuah mall. Awalnya mereka hendak pergi bertiga, tetapi Clara tiba-tiba saja ingat bahwa dia memiliki janji temu dengan seseorang sore itu. Jadilah kini hanya Valerie dan Aldo yang pergi berdua.Ketika urusan mereka berdua selesai, mereka memutuskan untuk duduk di toko roti yang ada di mall itu sebentar.“Mau pesan yang mana?” tanya Valerie sembari menatap aneka roti yang berjejer disana. Dia juga ingin membelikan beberapa untuk dibawa pulang.Aldo mengambil nampan dan meletakan roti yang dia inginkan. Mereka berdua mulai sibuk dengan makanan saat ini. Begitu selesai, Aldo dan Valerie mencari tempat duduk untuk menyantap makanan mereka.“Kamu masih belum kasih tahu Clara?” tanya Valerie di sela-sela kegiatan makan mereka. Kebetulan sekali dia teringat untuk membahas sesuatu bersama dengan Aldo.Mendengar pertanyaan Valerie barusan, Aldo langsung
Di lain sisi, saat itu Sean juga sedang berada di sebuah mall untuk melakukan urusan bisnis. Dia memang sengaja turun langsung untuk memeriksa hari ini. Ketika dia hendak menggunakan eskalator untuk menuju lantai dasar mall tersebut, pandangannya tanpa sengaja melihat ke arah sebuah toko di atas sana. Hal yang membuatnya terkejut, ialah ketika dia mendapati Valerie yang kini sedang duduk dengan seorang laki-laki.Sean menatap dengan lekat dan tidak beranjak dari posisinya untuk turun. Dia ingin memastikan sosok lelaki yang sedang berbincang sembari tertawa dengan Valerie disana. Semakin dia memperhatikan, itu membuatnya menyadari bahwa itu adalah sepupunya sendiri, yaitu Aldo.Putra yang saat itu berada di samping Sean menjadi kebingungan ketika Sean tidak kunjung turun. “Apa anda membutuhkan sesuatu?” ucap Putra memastikan.Jika seseorang tiba-tiba menghentikan langkahnya di tengah perjalanan, itu berarti bahwa dia baru saja menyaksikan
“Apa kamu ingin langsung pulang?” tanya Valerie ketika mereka hendak turun ke lantai dasar mall. Sebenarnya Valerie masih memiliki kepentingan lain disana, sehingga dia tidak akan langsung pergi.Sean yang sedang menggandeng tangan Valerie lantas mengangguk perlahan. “Kita bisa pulang bersama,” balas Sean.Waktu itu jam memang telah menunjukkan jam pulang kantor, sehingga mereka berdua tidak perlu lagi kembali kesana untuk bekerja.“Kita?” ucap Valerie mengulang perkataan Sean barusan. Seharusnya dia menggunakan kata kita untuk mempersingkat kalimat, dibanding terus menggunakan kata aku dan kamu.Valerie tertawa pelan hanya karena dia memikirkan kata tersebut. Padahal dia sudah terbiasa menyebutkannya ketika bersama dengan Clara dan Aldo. Tetapi entah mengapa rasanya menjadi lucu ketika menyebutnya untuk mereka berdua saat ini.“Kenapa tertawa?” tanya Sean yang mulai memincing keti
Valerie dan Sean berjalan pergi ketika mereka selesai dengan sesi foto itu. Hasilnya begitu menakjubkan. Valerie bisa melihat sisi Sean yang berbeda ketika sesi foto pertama, dan melihat hasil foto yang berbeda untuk sesi berikutnya.“Ah, ini benar-benar beruntun,” ucap Valerie seraya menunjukkan hasil foto itu kepada Sean. “Bahkan gambar ini juga diambil,” lanjutnya lagi.Sean mendekat untuk melihat foto yang Valerie tunjukkan itu. Dia sengaja memeluk pinggang Valerie seolah benar-benar penasaran dengan hasil foto tersebut.“Timingnya memang pas sekali,” ucap Sean.Ada senyuman puas di wajah pria itu ketika dia melihat hasilnya. Bahkan hasil foto itu lebih mulus dibanding konsep yang dia pikirkan tadi.“Ah, bukankah pakaian kita seperti pasangan?” ujar Valerie. Entah apa yang dia lakukan sejak tadi, hingga baru menyadari jika dia dan Sean mengenakan kemeja dengan warna yang sama.
“Kamu bawa kartu?” tanya Sean saat mereka sedang mengantri untuk membayar. Dia hanya ingin memastikan bahwa Valerie menggunakan kartu yang dia berikan.Valerie menganggukan kepalanya dan mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Dia membuka dompet itu dan menunjukkan deretan kartu yang dia miliki kepada Sean.Sean menyipitkan matanya ketika melihat hal itu. “Dimana kartu yang saya berikan?” tanya Sean lagi. Dari semua kartu yang Valerie tunjukkan, dia tidak melihat kartu itu disana. Jadi artinya, Valerie masih belum menggunakan kartu itu selama ini.“Kamu masih tidak menggunakannya?” ujar Sean menyimpulkan. Bahkan hanya dengan melihat saja, Sean sudah bisa mengetahui jawabannya.“Itu..” Valerie sengaja menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu harus menjawab apa. Sean sudah mengetahui jawabannya sehingga Valerie tidak bisa lagi mengelak.Melihat itu, Sean segera mengeluarkan dompet
Selama perjalanan itu, Sean dan Valerie terus saja mengobrol tentang masalah yang tidak begitu jauh. Jika sebelumnya mereka membahas tentang dompet dan kartu kredit, kini mereka mulai membahas hal lain meski tidak begitu jauh berbeda.“Saya kira kamu akan mengajak ke toko barang mewah tadi,” ucap Sean di sela-sela perjalanan mereka.Malam itu memang banyak kendaraan yang berlalu lalang, sehingga mereka harus berkendara dengan perlahan. Untung saja Sean sedang bersama dengan Valerie, sehingga dia tidak pernah merasa bosan.Mendengar hal itu, Valerie menatap ke arah depan sembari melihat banyak kendaraan yang juga sedang terkena macet. “Kamu sudah memberikan banyak barang mewah di rumah. Jadi aku tidak perlu membeli lagi,” jawab Valerie.Sean mengelus tangan Valerie dengan lembut dan melepaskan seatbelt sebelum dia menyandarkan kepalanya di bahu Valerie.“Tenanglah, sepertinya ini akan memakan waktu l
Setelah mereka makan bersama malam itu, Sean dan Valerie lantas memutuskan untuk pergi ke ruang kerja. Tetapi sebelum itu, Valerie teringat bahwa dia harus mengambil sesuatu lebih dulu.“Aku akan menyusul sebentar lagi,” ujar Valerie ketika Sean sudah hendak pergi ke ruang kerja mereka.Mendengar hal itu, Sean juga tidak langsung membiarkan Valerie pergi. “Mau kemana?” tanya Sean seraya menahan Valerie agar dia tidak bisa pergi sebelum memberikan jawaban yang pasti untuk didengar.“Aku harus mengambil ponsel sebentar,” kata Valerie.Karena sudah mendapatkan jawaban, kini Sean bisa melepaskan Valerie. Dia tidak ingin berada di ruangan sendirian, sehingga dia akan menunggu Valerie datang. “Baiklah, saya akan menunggu,” kata Sean.Valerie tersenyum setelah mendengar kalimat itu. “Aku tidak akan lama,” balas Valerie.Seperti perkataannya tadi, dia harus pergi unt
“Apa kamu masih sibuk?” tanya Valerie sebelum dia berjalan mendekat ke ruangan Sean. Dia masih ingin memastikan bahwa Sean tidak akan terganggu jika dia datang ke sana.Sean yang mendengar itu langsung menutup layar dokumen itu dengan tergesa. Dia tidak ingin Valerie mengetahui kelakuannya yang sebenarnya.“Tidak lagi sekarang,” jawab Sean. Dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi tadi, agar Valerie tidak merasa curiga.Valerie mengambil dompet milik Sean sebelum berbicara lagi, “Aku ingin mengembalikan barang milikmu,” kata Valerie.Meskipun sudah mengatakan niatnya, Valerie masih saja tidak berjalan mendekat. Dia hanya berdiri di posisinya seperti itu sejak tadi.Melihat Valerie yang tidak kunjung mendekat, membuat Sean berbicara lagi, “Datanglah kesini,” kata Sean.Valerie berpikir bahwa dia hanya harus memberikannya pada Sean, dan langsung pergi setelahnya. Dia aka