Keesokan harinya ketika Valerie terbangun, dia merasakan ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Ketika menatap sekeliling, dia tersadar bahwa semalam dia tidur di kamar Sean. Valerie menatap ke arah perutnya, dan mendapati Sean yang memeluk pinggangnya dengan erat.
“Apa dia memelukku seperti ini sejak semalam?” pikir Valerie.Valerie bergerak perlahan dan berusaha untuk menatap jam yang terletak diatas nakas samping tempat tidur. Tetapi karena terlalu banyak bergerak, itu malah membuat Sean terbangun dari tidurnya.Sean kembali mengeratkan pelukannya dan membuat Valerie kembali ke posisinya semula. “Good morning,” ucap Sean dengan suara berat khas orang yang baru bangun tidur.Sean membuka kedua matanya, dan hal pertama yang dia lihat adalah sepasang mata indah berwarna coklat yang kini juga sedang menatap ke arahnya.“Good morning too,” balas Valerie. “Bagaimana tidurmu semalam?&rdquoBegitu melihat keberadaan Sean di kantor pagi itu, Putra langsung bergegas untuk mendekatinya. “Selamat pagi, bos!” sapa Putra.“Pagi!” balas Sean yang langsung berjalan masuk begitu dia turun dari mobilnya.Pagi itu, sikap Sean sepertinya menunjukkan adanya kabar baik. Dia bahkan menyempatkan diri untuk membalas sapaan Putra tadi, dan tidak mengabaikannya seperti biasa.Ketika mereka berjalan menuju ruangan itupun, Sean masih menunjukkan sisi baik dirinya. Hari ini terasa seperti benar-benar berbeda.Para karyawan yang melihat kedatangan Sean, lantas bergegas menyapa dengan sopan, sama seperti yang mereka lakukan setiap harinya.“Selamat pagi, pak!”“Pagi, pak!”Sean menganggukan kepalanya perlahan sebagai respon. “Selamat pagi,” balas Sean.Hanya jawaban selamat pagi yang begitu singkat, tetapi semua karyawan yang berada di sana langsu
Sore itu, Valerie baru saja berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia baru kembali dari kantor dan berniat meletakkan barang-barangnya lebih dulu.“Ahh, waktu berlalu dengan sangat cepat,” ujar Valerie.Dia melepaskan blazer yang dia kenakan sejak tadi dan beranjak menuju kamar mandi. Dia perlu melakukan sesuatu disana. Begitu dia selesai dengan kegiatannya, saat itu terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.“Sebentar,” ujar Valerie seraya berjalan mendekat ke arah pintu dan membukanya.Ketika dia melihat ke luar, ternyata disana sudah ada Sean yang bahkan masih mengenakan setelan kantornya. Sepertinya dia baru saja sampai.“Hai,” sapa Sean lebih dulu sebelum Valerie menanyakan perihal kedatangan pria itu.Valerie tertawa begitu melihat Sean menyapa meski sedikit kaku. “Hai,” balas Valerie sembari berusaha untuk menahan tawanya.“Kamu perlu sesuatu?”
Karena sekarang Valerie sudah memiliki ruang kerja tersendiri di rumah Sean, jadilah dia akan menghabiskan waktunya ketika akhir pekan di sana. Setidaknya sekarang dia tidak harus menghabiskan waktunya di dapur.Pagi itu Valerie turun ke arah dapur dan berniat mengambil beberapa cemilan lebih dulu. Dia sudah terbiasa bekerja sembari makan, dan merasa berbeda ketika tidak melakukannya.“Apa nyonya membutuhkan sesuatu?” tanya bibi ketika Valerie tiba di dapur. Meski dia sudah terbiasa membuatkan makanan sendiri, para pelayan tetap saja menanyakan apakah dirinya membutuhkan sesuatu ketika melihatnya datang ke sana.Valerie yang sudah menebak pertanyaan itupun lantas mengangguk sembari tersenyum simpul. “Cuma ingin beberapa cemilan,” jawab Valerie.Ketika bibi berniat untuk membantu, Valerie langsung mencegah. Dia akan melakukan semua itu sendiri. Karena itu Valerie langsung mengambil sebuah nampan dan meletakkan bebera
Keesokan harinya, Valerie kembali bersiap untuk menuju kantor. Karena hari ini dia memiliki urusan diluar, maka dia mengenakan celana panjang dan bukannya rok mini. Dia merasa lebih leluasa bergerak ketika memakai celana dibanding rok.Pagi itu Valerie juga mengenakan blazer dan membiarkan rambutnya tergerai. Dia menata rambutnya sejenak sebelum beranjak. Begitu selesai dengan penampilannya, Valerie beranjak dan hendak menuju meja makan untuk sarapan.Baru saja Valerie berada di anak tangga yang kedua, sebuah suara sudah lebih dulu memanggilnya. “Sebentar,” ujar Sean sembari mendekat ke arah Valerie.Melihat itu, Valerie juga tidak langsung berhenti karena Sean yang kini sudah berada di dekatnya. “Good morning,” sapa Valerie.Setiap dia berbicara, dirinya tidak pernah lupa untuk tersenyum. Itu sebabnya ketika berbicara, Sean selalu bisa melihat senyum manis milik Valerie sepanjang obrolan mereka.“G
Sore harinya, Valerie bersama dengan Aldo sedang berada di sebuah mall. Awalnya mereka hendak pergi bertiga, tetapi Clara tiba-tiba saja ingat bahwa dia memiliki janji temu dengan seseorang sore itu. Jadilah kini hanya Valerie dan Aldo yang pergi berdua.Ketika urusan mereka berdua selesai, mereka memutuskan untuk duduk di toko roti yang ada di mall itu sebentar.“Mau pesan yang mana?” tanya Valerie sembari menatap aneka roti yang berjejer disana. Dia juga ingin membelikan beberapa untuk dibawa pulang.Aldo mengambil nampan dan meletakan roti yang dia inginkan. Mereka berdua mulai sibuk dengan makanan saat ini. Begitu selesai, Aldo dan Valerie mencari tempat duduk untuk menyantap makanan mereka.“Kamu masih belum kasih tahu Clara?” tanya Valerie di sela-sela kegiatan makan mereka. Kebetulan sekali dia teringat untuk membahas sesuatu bersama dengan Aldo.Mendengar pertanyaan Valerie barusan, Aldo langsung
Di lain sisi, saat itu Sean juga sedang berada di sebuah mall untuk melakukan urusan bisnis. Dia memang sengaja turun langsung untuk memeriksa hari ini. Ketika dia hendak menggunakan eskalator untuk menuju lantai dasar mall tersebut, pandangannya tanpa sengaja melihat ke arah sebuah toko di atas sana. Hal yang membuatnya terkejut, ialah ketika dia mendapati Valerie yang kini sedang duduk dengan seorang laki-laki.Sean menatap dengan lekat dan tidak beranjak dari posisinya untuk turun. Dia ingin memastikan sosok lelaki yang sedang berbincang sembari tertawa dengan Valerie disana. Semakin dia memperhatikan, itu membuatnya menyadari bahwa itu adalah sepupunya sendiri, yaitu Aldo.Putra yang saat itu berada di samping Sean menjadi kebingungan ketika Sean tidak kunjung turun. “Apa anda membutuhkan sesuatu?” ucap Putra memastikan.Jika seseorang tiba-tiba menghentikan langkahnya di tengah perjalanan, itu berarti bahwa dia baru saja menyaksikan
“Apa kamu ingin langsung pulang?” tanya Valerie ketika mereka hendak turun ke lantai dasar mall. Sebenarnya Valerie masih memiliki kepentingan lain disana, sehingga dia tidak akan langsung pergi.Sean yang sedang menggandeng tangan Valerie lantas mengangguk perlahan. “Kita bisa pulang bersama,” balas Sean.Waktu itu jam memang telah menunjukkan jam pulang kantor, sehingga mereka berdua tidak perlu lagi kembali kesana untuk bekerja.“Kita?” ucap Valerie mengulang perkataan Sean barusan. Seharusnya dia menggunakan kata kita untuk mempersingkat kalimat, dibanding terus menggunakan kata aku dan kamu.Valerie tertawa pelan hanya karena dia memikirkan kata tersebut. Padahal dia sudah terbiasa menyebutkannya ketika bersama dengan Clara dan Aldo. Tetapi entah mengapa rasanya menjadi lucu ketika menyebutnya untuk mereka berdua saat ini.“Kenapa tertawa?” tanya Sean yang mulai memincing keti
Valerie dan Sean berjalan pergi ketika mereka selesai dengan sesi foto itu. Hasilnya begitu menakjubkan. Valerie bisa melihat sisi Sean yang berbeda ketika sesi foto pertama, dan melihat hasil foto yang berbeda untuk sesi berikutnya.“Ah, ini benar-benar beruntun,” ucap Valerie seraya menunjukkan hasil foto itu kepada Sean. “Bahkan gambar ini juga diambil,” lanjutnya lagi.Sean mendekat untuk melihat foto yang Valerie tunjukkan itu. Dia sengaja memeluk pinggang Valerie seolah benar-benar penasaran dengan hasil foto tersebut.“Timingnya memang pas sekali,” ucap Sean.Ada senyuman puas di wajah pria itu ketika dia melihat hasilnya. Bahkan hasil foto itu lebih mulus dibanding konsep yang dia pikirkan tadi.“Ah, bukankah pakaian kita seperti pasangan?” ujar Valerie. Entah apa yang dia lakukan sejak tadi, hingga baru menyadari jika dia dan Sean mengenakan kemeja dengan warna yang sama.