Valerie dan Sean berjalan pergi ketika mereka selesai dengan sesi foto itu. Hasilnya begitu menakjubkan. Valerie bisa melihat sisi Sean yang berbeda ketika sesi foto pertama, dan melihat hasil foto yang berbeda untuk sesi berikutnya.
“Ah, ini benar-benar beruntun,” ucap Valerie seraya menunjukkan hasil foto itu kepada Sean. “Bahkan gambar ini juga diambil,” lanjutnya lagi.Sean mendekat untuk melihat foto yang Valerie tunjukkan itu. Dia sengaja memeluk pinggang Valerie seolah benar-benar penasaran dengan hasil foto tersebut.“Timingnya memang pas sekali,” ucap Sean.Ada senyuman puas di wajah pria itu ketika dia melihat hasilnya. Bahkan hasil foto itu lebih mulus dibanding konsep yang dia pikirkan tadi.“Ah, bukankah pakaian kita seperti pasangan?” ujar Valerie. Entah apa yang dia lakukan sejak tadi, hingga baru menyadari jika dia dan Sean mengenakan kemeja dengan warna yang sama.“Kamu bawa kartu?” tanya Sean saat mereka sedang mengantri untuk membayar. Dia hanya ingin memastikan bahwa Valerie menggunakan kartu yang dia berikan.Valerie menganggukan kepalanya dan mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Dia membuka dompet itu dan menunjukkan deretan kartu yang dia miliki kepada Sean.Sean menyipitkan matanya ketika melihat hal itu. “Dimana kartu yang saya berikan?” tanya Sean lagi. Dari semua kartu yang Valerie tunjukkan, dia tidak melihat kartu itu disana. Jadi artinya, Valerie masih belum menggunakan kartu itu selama ini.“Kamu masih tidak menggunakannya?” ujar Sean menyimpulkan. Bahkan hanya dengan melihat saja, Sean sudah bisa mengetahui jawabannya.“Itu..” Valerie sengaja menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu harus menjawab apa. Sean sudah mengetahui jawabannya sehingga Valerie tidak bisa lagi mengelak.Melihat itu, Sean segera mengeluarkan dompet
Selama perjalanan itu, Sean dan Valerie terus saja mengobrol tentang masalah yang tidak begitu jauh. Jika sebelumnya mereka membahas tentang dompet dan kartu kredit, kini mereka mulai membahas hal lain meski tidak begitu jauh berbeda.“Saya kira kamu akan mengajak ke toko barang mewah tadi,” ucap Sean di sela-sela perjalanan mereka.Malam itu memang banyak kendaraan yang berlalu lalang, sehingga mereka harus berkendara dengan perlahan. Untung saja Sean sedang bersama dengan Valerie, sehingga dia tidak pernah merasa bosan.Mendengar hal itu, Valerie menatap ke arah depan sembari melihat banyak kendaraan yang juga sedang terkena macet. “Kamu sudah memberikan banyak barang mewah di rumah. Jadi aku tidak perlu membeli lagi,” jawab Valerie.Sean mengelus tangan Valerie dengan lembut dan melepaskan seatbelt sebelum dia menyandarkan kepalanya di bahu Valerie.“Tenanglah, sepertinya ini akan memakan waktu l
Setelah mereka makan bersama malam itu, Sean dan Valerie lantas memutuskan untuk pergi ke ruang kerja. Tetapi sebelum itu, Valerie teringat bahwa dia harus mengambil sesuatu lebih dulu.“Aku akan menyusul sebentar lagi,” ujar Valerie ketika Sean sudah hendak pergi ke ruang kerja mereka.Mendengar hal itu, Sean juga tidak langsung membiarkan Valerie pergi. “Mau kemana?” tanya Sean seraya menahan Valerie agar dia tidak bisa pergi sebelum memberikan jawaban yang pasti untuk didengar.“Aku harus mengambil ponsel sebentar,” kata Valerie.Karena sudah mendapatkan jawaban, kini Sean bisa melepaskan Valerie. Dia tidak ingin berada di ruangan sendirian, sehingga dia akan menunggu Valerie datang. “Baiklah, saya akan menunggu,” kata Sean.Valerie tersenyum setelah mendengar kalimat itu. “Aku tidak akan lama,” balas Valerie.Seperti perkataannya tadi, dia harus pergi unt
“Apa kamu masih sibuk?” tanya Valerie sebelum dia berjalan mendekat ke ruangan Sean. Dia masih ingin memastikan bahwa Sean tidak akan terganggu jika dia datang ke sana.Sean yang mendengar itu langsung menutup layar dokumen itu dengan tergesa. Dia tidak ingin Valerie mengetahui kelakuannya yang sebenarnya.“Tidak lagi sekarang,” jawab Sean. Dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi tadi, agar Valerie tidak merasa curiga.Valerie mengambil dompet milik Sean sebelum berbicara lagi, “Aku ingin mengembalikan barang milikmu,” kata Valerie.Meskipun sudah mengatakan niatnya, Valerie masih saja tidak berjalan mendekat. Dia hanya berdiri di posisinya seperti itu sejak tadi.Melihat Valerie yang tidak kunjung mendekat, membuat Sean berbicara lagi, “Datanglah kesini,” kata Sean.Valerie berpikir bahwa dia hanya harus memberikannya pada Sean, dan langsung pergi setelahnya. Dia aka
Ketika Valerie hendak membantu Sean menutup dompetnya, saat itu tangannya berhenti pada sebuah foto. Itu adalah foto yang sejak siang tadi ingin dia tanyakan. Sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya.“Siapa ini?” tanya Valerie. Dia sengaja meletakkan tangannya disana sehingga Sean bisa ikut melihatnya juga.Menyadari bahwa Sean tidak langsung bereaksi dan juga tidak menolak, membuat Valerie kembali melanjutkan kalimatnya. “Apa dia adikmu?” tanya Valerie lagi.“Saya anak tunggal,” jawab Sean.Valerie mengarahkan pandangannya pada Sean seolah ingin memastikan. “Benarkah?” ujar Valerie yang tidak terdengar yakin.Karena merasa bahwa Valerie tidak percaya dengan ucapannya barusan, membuat Sean kembali menjelaskan ucapannya. “Ada apa? itu memang saya,” kata Sean.Valerie tertawa simpul sebelum berbicara. “Dia sangat tampan,” ucap Val
Ketika Valerie sedang berada di lantai satu rumah mereka, saat itu dia bertemu dengan Putra. Pria itu tampaknya baru saja datang karena masih mengenakan setelan kantor.“Selamat malam, nyonya,” sapa Putra ketika menyadari keberadaan Valerie.Valerie menatapnya dengan mata yang memincing seraya menjawab, “Malam Pak Putra,” kata Valerie. “Ada yang bisa saya bantu?” lanjutnya lagi.Putra berdiri dengan lebih tegak ketika mendengar balasan Valerie yang terlewat formal itu. Rasanya sedikit aneh disana.“Ada apa? Aku sudah bilang jangan memanggilku seperti itu. Tidak perlu terlalu formal,” ujar Valerie lagi.Tentu saja Valerie berbicara seperti itu agar obrolan diantara mereka tidak menjadi kaku. Dirinya lebih menyukai obrolan santai.“Baiklah, aku akan lebih santai sekarang,” balas Putra. Itulah yang seharusnya dia lakukan sejak awal. Jadi Valerie juga tidak perlu
Valerie duduk dengan santai sembari menatap Sean yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Jika saja dia tahu bahwa dirinya akan berada lama disana, dia pasti akan membawa cemilan tadi. Setidaknya dia tidak perlu berdiam diri karena tidak melakuka apapun.Ternyata Sean yang sedang sibuk dengan pekerjaannya itu, juga menyadari bahwa Valerie menatapnya sejak tadi. “Ada apa?” tanya Sean. “Kamu tidak sedang memikirkan hal aneh tentang saya, kan?” lanjut Sean lagi.“Iya,” balas Valerie cepat sembari menganggukan kepalanya. Entah karena merasa bosan atau karena pikirannya yang sedang memikirkan makanan, sehingga dia tidak begitu fokus dengan perkataan Sean.Sean yang hendak memeriksa sesuatu itupun kini menghentikan gerakannya. “Jangan memikirkan hal yang aneh,” kata Sean. Dia berusaha untuk terlihat tenang, tetapi sebenarnya dia menjadi grogi karena tatapan Valerie.“Itu tidak aneh. Aku seharus
Keesokan harinya, Valerie berangkat ke kantor lebih dulu. Dia harus melakukan beberapa pekerjaan hari ini, dan akan mengunjungi Ayahnya nanti. Hari ini adalah hari ulang tahun Ayahnya, dan Valerie akan merayakannya nanti.Seharusnya Valerie mengatakan kepada Sean semalam, bahwa dia akan pergi ke rumah Ayahnya untuk merayakan ulang tahun sang Ayah. Tetapi begitu mendengar ucapan Sean semalam, Valerie lantas berubah pikiran. Sean masih tidak menghormati Ayahnya, jadi mengapa dia harus peduli apalagi sampai merayakan ulang tahun bersama.“Ah, andai saja dia tidak keras kepala,” ujar Valerie.Sore harinya ketika Valerie sudah selesai dengan semua pekerjaan kantor, dia lantas bergegas untuk pergi. Dia harus membeli hadiah dan juga kue ulang tahun. Jadilah Valerie segera bergegas dan menuju parkiran.Awalnya Clara mengirimkan pesan semalam dan mengatakan bahwa dia ingin bertemu. Tetapi ketika siang hari, dia malah memiliki jadwal men
Sean perlahan menindih Valerie, tubuh mereka berdekatan begitu erat, hingga mereka bisa merasakan setiap detak jantung yang saling berirama. Tatapan Sean seolah mengatakan sesuatu yang mendalam, seolah-olah dia telah menunggu momen ini selama bertahun-tahun.“Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Valerie meski dia sudah tahu maksud keinginan Sean.“Aku akan melakukan hal yang seharusnya aku lakukan sejak lama,” balas Sean.Sean menatap Valerie dengan lekat. Dia semakin mendekatkan wajahnya, dan kedua tangannya bahkan menahan lengan Valerie di samping kepalanya."Babe... aku tidak bisa menahan diri lagi," ucap Sean dengan suara yang berat, penuh dengan keinginan yang selama ini ia pendam. "Tolong, jangan hentikan aku kali ini."Valerie tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum lembut dan membelai wajah Sean dengan jemarinya. Sentuhan itu membuat Sean semakin tergoda. Dia mendekatkan wajahnya ke Valerie, dan dalam sekejap, bibir merek
Setelah pulang kerja, Valerie segera menelpon Sean untuk berbicara tentang rencana kepergiannya besok. Suara Sean terdengar berat di ujung telepon, dan Valerie merasakan kerinduan pria itu yang semakin mendalam."Hey, babe. Kamu masih di London?" tanya Valerie sambil meregangkan tubuhnya setelah seharian bekerja."Iya, babe. Masih ada beberapa urusan di sini," balas Sean dengan nada yang terdengar lelah namun hangat. "Ada apa? Kamu sudah merindukanku?" lanjutnya dengan nada menggoda.Valerie tersipu, merasa pipinya sedikit memerah mendengar kata-kata Sean yang selalu berhasil membuatnya tersipu. "Iya, aku merindukanmu,” jawab Valerie yang selalu bisa membuat jantung Sean berdetak lebih cepat. “Tapi aku punya undangan pernikahan besok," kata Valerie lagi, mencoba terdengar lebih tenang.Sean tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Terdengar juga perubahan dalam nada suaranya. "Pernikahan? Kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga," ucap Sean dengan tegas, tan
Ketika Valerie berada di kantor menjelang makan siang, dia mendapat panggilan dari Sean. Ponselnya bergetar di atas meja, dan seketika nama suaminya muncul di layar. Valerie mengangkat panggilan itu dengan senyuman kecil di wajahnya."Hey, babe," sapanya.Di seberang sana, Sean terdengar sedikit lesu. “Babe, aku kangen,” ucap Sean.Wajah Sean yang muncul di layar itu memang terlihat lesu. Dia menyugar rambutnya sembari mengerucutkan bibir.Valerie tertawa melihat itu. Dia menjepit rambutnya yang sejak tadi tergerai. Dia bahkan membuka kancing kemejanya hingga dua kancing, dan itu membuat Sean semakin panas sendiri.“Babe..” panggil Sean. “Aku tahu kamu sengaja memancingku,” lanjut Sean.Sean menatap dengan serius, dan berbicara lagi, “Aku akan kembali besok,” kata Sean.“Baiklah, babe,” balas Valerie.Sebenarnya ketika menelpon Valerie, dia memiliki ide lain. Jadilah dia kembali melan
Keesokan paginya, Sean bangun lebih awal dari biasanya, siap berangkat ke London seperti yang ia katakan semalam. Suasana pagi itu terasa hangat, meski keduanya tahu bahwa Sean akan pergi untuk beberapa hari. Valerie, seperti biasa, sudah bangun dan sibuk mempersiapkan keperluan Sean. Ia memilihkan pakaian, menata dasi, dan memastikan segala kebutuhan suaminya terpenuhi.Sean memandangi Valerie dari belakang. Ada perasaan hangat di dalam hatinya, meski ada sedikit kecemasan juga. Tanpa berpikir panjang, Sean mendekati Valerie yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Sean langsung memeluk pinggang Valerie dari belakang, menariknya ke dalam pelukannya dengan erat.Valerie yang sedikit terkejut, berhenti sejenak dan menatap Sean lewat pantulan di cermin. "Ada apa?" tanyanya, suaranya lembut tapi terdengar sedikit penasaran.“Sepertinya kamu masih marah kepadaku, babe,” ucap Sean dengan nada manja, sementara ia mengeratkan pelukannya. Valerie
Malam itu, Putra dan Clara akhirnya bertemu di taman yang sama, meski awalnya Clara hendak mencari Valerie. Ketika Clara tengah berjalan, Putra tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan sebuah sapaan. “Hai!” sapa Putra dengan senyum di wajahnya.Clara yang mendengar sapaan itu terkejut. Dia langsung berusaha berbalik, namun Putra cepat menghentikannya. “Cla,” panggil Putra lagi dengan suara yang lebih lembut.Clara memutar tubuhnya kembali, terpaksa harus menatap Putra, lelaki yang sudah lama tidak dia temui. Putra tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang kepalanya.“Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Putra dengan nada yang terdengar lebih akrab dari sebelumnya.Clara berusaha untuk tetap tenang, meski dalam hatinya jantungnya berdetak sangat cepat. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, namun dia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar. "Yah, aku baik," jawab Clara dengan singkat.Putra menatap Clara
Sean mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Valerie, "Aku akan menjemputmu sore ini, babe."Di sisi lain Valerie yang saat itu sedang memeriksa laporan di komputernya, lantas menatap layar ponselnya yang menampilan pesan dari Sean. Begitu membacanya, Valerie hanya diam saja. Dia juga tidak langsung membalas. Sean menggenggam ponselnya dengan erat, menunggu jawaban istrinya. Tetapi hingga beberapa menit kemudian, masih tidak ada balasan dari Valerie. Akhirnya karena tidak tahan lagi, Sean lantas menelponnya. Panggilan itu berdering hingga beberapa detik. Pada panggilan pertama itu, Valerie memilih mengabaikannya. Hingga panggilan yang kedua, Valerie masih diam saja. “Entah apa yang dia rencanakan sekarang,” ujar Valerie.Ketika ponselnya kembali berdering pada panggilan yang ketiga, Valerie langsung menjawabnya.Menyadari bahwa pesannya sudah dijawab, Sean lantas berbicara dengan terburu-buru. “Babe.. Apa kamu sedang d
Ketika hari menjelang subuh, Sean terjaga dengan pikiran yang masih mengganjal tentang Valerie dan Clara. Dia menatap layar ponselnya, kemudian mengetik pesan yang ditujukkan kepada Putra.“Carikan informasi teman istriku bernama Clara. Sedetail mungkin,” tulisnya, lalu mengirim pesan itu tanpa ragu.Sean kembali berbaring di samping Valerie, meskipun masih tidak bisa menutup matanya setelah berjam-jam.Ketika matahari mulai terbit, Valerie menggeliat pelan dan merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sean yang sedang menutup matanya.Valerie berbalik untuk menatap pria itu sejenak, lantas menghembuskan napas pelan. Dia menyingkirkan lengan Sean, dan hendak beranjak.Hanya saja saat itu, Sean ternyata tidak benar-benar terlelap. Dia menarik Valerie lebih dekat dalam pelukannya, dan meletakkan dagunya di bahu Valerie.“Selamat pagi, babe,” ucap Sean.Valerie mengusap rambut Sean
Setelah membayar belanjaan, Valerie dan Clara mengantri untuk membayar di kasir. Antrian cukup panjang sore itu, membuat keduanya harus berdiri lebih lama dari yang diharapkan. Clara mencoba mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan. "Val, kamu yakin Putra tidak akan muncul tiba-tiba lagi?" tanya Clara dengan sedikit khawatir, mengingat pertemuan singkat mereka sebelumnya yang sudah cukup membuatnya gugup.Valerie tersenyum menenangkan, menepuk punggung Clara dengan lembut. "Jika dia datang, bukankah itu lebih baik?” ucap Valerie.Dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia sudah meminta Sean untuk datang bersama dengan Putra tadi. Semoga saja Sean benar mendengarkan permintaannya.Clara terdiam sejenak, dan tentu saja hatinya masih berdebar kencang. Sesaat setelah selesai membayar belanjaan, Valerie melihat Sean mendekat ke arah mereka, namun kali ini dia sendirian.“Babe..” panggil Sean sembari tersenyum dengan begitu tampan.Ha
Sore itu, jam menunjukkan hampir pukul empat, dan Valerie serta Clara memutuskan untuk pergi lebih awal dari kantor. Mereka berencana memeriksa penjualan produk mereka di sebuah supermarket, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Valerie membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali dia melirik ke arah Clara yang tampak terburu-buru, seolah ingin cepat keluar dari ruangannya."Kenapa tergesa-gesa? Tenang saja, supermarketnya tidak akan ke mana-mana," canda Valerie, menatap sahabatnya dengan senyum simpul.Clara tertawa kecil. "Aku cuma ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang. Rasanya aku butuh istirahat." balas Clara.Karena sebelumnya Valerie sudah membawa tas dan barang-barangnya ke ruangan Clara, jadilah dia tidak perlu lagi kembali ke ruangannya. Mereka berdua lantas keluar dari kantor, dan melangkah menuju mobil Valerie. Hanya saja di sela perjalanan mereka, Valerie baru teringat akan sesuatu. Dia