Thasia ingat Lisa berlari keluar sambil menangis hari itu.Hari ini Lisa bisa tersenyum padanya lagi.Jika Lisa bisa datang ke perusahaan dan keluar sambil tersenyum, pasti ada hal yang membahagiakan.Thasia tidak tahu apa itu dan tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri, jadi dia mengabaikan Lisa.Lisa tersenyum. Ketika Thasia hendak memasuki lift, wanita itu berkata, "Thasia, aku tahu sebentar lagi posisimu akan berubah. Nikmati saja waktumu yang tersisa ini, pada akhirnya Jeremy akan membuangmu."Ketika pintu lift tertutup, Thasia melihat Lisa tersenyum dengan bangga, seolah-olah dia sudah tahu bahwa Thasia pada akhirnya hanyalah korban dalam pernikahan ini.Wajah Thasia pun menjadi tidak senang, dia mengepal tangannya erat-erat.Thasia tanpa sadar melihat ke arah perutnya, begitu memikirkan anak di dalam perutnya, dirinya merasa masih memiliki harapan.Saat dia berjalan ke kantor, semua orang sedang bekerja. Alih-alih pergi ke mejanya, dia langsung pergi ke kantor Jeremy.Jeremy s
Tindakannya membuat Jeremy mengerutkan kening, dia pun menarik tangannya kembali, lalu bertanya dengan nada dingin, "Memangnya aku seseram itu?"Thasia hanya menatapnya, tidak berkata apa-apa.Thasia yang menolak sentuhannya membuat Jeremy merasa kesal. Dengan ekspresi yang sangat dingin Jeremy mengusirnya. "Kalau sudah nggak ada urusan lain, sana keluar."Thasia menenangkan dirinya cukup lama, hingga dia keluar dari bayang-bayang yang menakutkan itu.Setelah memiliki anak, keadaannya sudah berbeda. Thasia tidak akan mengizinkan pria itu menyakitinya dan anak ini.Thasia segera berdiri, dia mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan hormat kepada Jeremy. "Aku akan menjalankan perintah Pak Jeremy, jangan khawatir!"Setelah itu dia meninggalkan kantor Jeremy tanpa menoleh ke belakang.Kalimat Thasia membuat wajah Jeremy terlihat tidak senang. Semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa kesal.Setelah beberapa saat, Tony berjalan masuk dan mengingatkan, "Pak Jeremy, rapat masih berlan
"Ella."Gadis bernama Ella ini memiliki rambut panjang, dia terlihat lemah, kurus dan pemalu.Perawakannya mirip dengan Thasia, tapi wajahnya juga terlihat sangat mirip dengan Lisa. Dia terlihat cantik dan polos, tipe yang tidak bisa ditolak oleh pria mana pun.Bos tadi memperkenalkannya, "Gadis ini anak baru. Dia cantik, masih dalam pelatihan, dia belum pernah bekerja, berasal dari daerah pedesaan. Ibunya sakit di kampung dan sangat membutuhkan uang. Latar belakangnya sangat bersih."Thasia merasa gadis ini sangat cocok.Masih muda, cantik dan mampu membuat pria ingin melindunginya.Seharusnya Jeremy suka yang tipe seperti ini."Dia saja," kata Thasia.Ella tidak tahu apa tujuan mereka datang ke sini, dia merasa takut dan sedikit panik. Ella pun berkata dengan ragu-ragu, "Apa yang ingin kalian lakukan? Aku baru saja datang ke sini, aku hanya pelayan di bar, aku nggak menjual tubuhku."Thasia merasa maklum jika gadis itu ketakutan, dia juga tidak akan memaksanya. Jadi Thasia berkata de
"Gadis itu masih muda dan cantik, pria mana pun tidak akan bisa menahan godaannya."Sabrina merasa sedikit khawatir. Tidak ada pria di dunia ini yang tidak bejat. Saat melihat gadis muda seperti itu, tidak peduli seberapa disiplinnya pria itu, dia tetap akan tergoda.Dalam situasi saat ini, Thasia tidak punya pilihan lain."Aku nggak punya pilihan." Thasia berusaha untuk tersenyum. "Meski begitu, aku tetap harus melakukan hal ini, kalau nggak nanti aku pasti akan menyesal nggak membuat keputusan hari ini."Dia tidak mau mencelakai anaknya.Sabrina tidak begitu yakin apa tujuan Thasia, tapi karena Thasia sudah memutuskannya, maka seharusnya ada sesuatu yang tidak dapat diungkapkannya.Sabrina tidak bertanya.Jika Thasia ingin mengatakannya, dia akan memberitahunya sendiri.Baru beberapa hari Sabrina melihat mereka berdamai, jika dilihat keadaan saat ini seharusnya terjadi masalah yang cukup serius.Sabrina merasa kasihan pada Thasia.Jika tidak ada Jeremy, Thasia pasti sudah bahagia.Sa
Keduanya tertawa.Sabrina ada rapat nanti, jadi keduanya pun berpisah setelah mengobrol sebentar.Thasia tidak langsung pulang, pikirannya masih kosong, entah apa yang dia pikirkan. Tanpa sadar dia berjalan ke sekolah SMP-nya dulu.Dia sudah lulus SMP belasan tahun yang lalu.Seiring dengan perkembangan zaman, sekolah SMP itu telah banyak berubah. Ada bagian yang direnovasi, areanya juga menjadi lebih besar, beberapa gedung baru telah dibangun.Namun, batu di pintu tetap tidak berubah setelah bertahun-tahun, ukiran nama "SMP Cahaya Kebenaran" tetap terlihat jelas di atasnya.Sekolah ini adalah tempat dirinya pertama kali bertemu dengan Jeremy.Thasia masih ingat saat itu tanggal 13 Agustus, dirinya hampir saja meninggal.Tepat di gerbang sekolah, sepulang sekolah pada siang hari, dia berjalan keluar bersama sebagian besar teman sekelasnya. Beberapa penculik yang memakai penutup wajah membawa tas besar di pundak dan memegang pistol.Lingkungan pada masa itu sangat kacau, pistol adalah s
Thasia bertekad untuk menemukan pemuda yang menyelamatkannya, dia juga tidak ingin terjebak dalam bayang-bayang kejadian mengerikan itu.Dia izin dari sekolah selama setengah tahun, lalu masuk kembali ke sekolah dan mencari tahu tentang pemuda itu.Pada akhirnya Thasia mengetahui bahwa pemuda itu bersekolah di SMA terbaik di kotanya, dia bernama Jeremy.Namanya tidak ada hubungannya sama sekali dengan Leo, tapi dia dipanggil Leo waktu itu.Terasa sangat aneh.Namun, Thasia berpikir itu mungkin nama panggilannya.Thasia pun berusaha untuk masuk ke sekolah tempat Jeremy bersekolah.Namun, Thasia hanya diam-diam memperhatikannya dari jauh dan tidak pernah mengganggunya.Pria itu bisa bermain basket.Prestasi akademiknya sangat baik.Keluarganya sangat kaya.Karena Jeremy begitu luar biasa, Thasia pun merasa dirinya tidak layak untuk pria itu, jadi dia hanya diam-diam menyukainya saja.Bahkan jika mereka berpapasan, Thasia tidak akan berani meliriknya, pria itu juga sudah melupakan gadis y
"Pak Wandy terlalu sungkan. Suatu kehormatan bagiku untuk bisa membantu perekonomian di kampung halamanku, apalagi dulu aku pernah bersekolah di sini," ujar Jason.Kepala Sekolah Wandy merasa sangat senang, karena jika muridnya bisa sukses, hal itu juga suatu kebanggaan bagi sekolah.Setelah Thasia masuk kerja, dia sudah lama tidak pernah mampir.Setelah bertemu kedua orang ini, Thasia juga tidak enak jika berpamitan sekarang, jadi dia hanya bisa mendengarkan dengan diam.Jason menyumbangkan 100 miliar untuk sekolah, Thasia cukup kagum padanya. Pria ini belajar di luar negeri, lalu berkembang di sana, tapi dia masih ingat pada kampung halamannya.Jika orang lain, mereka mungkin sudah memilih di luar negeri saja, mereka tidak akan pernah mau kembali.Kemudian Kepala Sekolah Wandy tiba-tiba bertanya kepada Thasia, "Thasia, kudengar kamu sekarang bekerja di PT Okson."Thasia tertegun sejenak.Kepala Sekolah Wandy bertanya dengan prihatin, "Apakah kamu baik-baik saja?"Thasia terkejut. "Pa
Mungkin pria itu mengkhawatirkannya.Thasia sudah baik-baik saja sekarang, jadi kenapa dia masih terlihat sedih?Namun, yang mengejutkan Thasia adalah dia mengetahuinya dengan begitu cepat."Sepertinya berita ini sampai ke Negara Marnion."Jason menambahkan, "Aku sempat pulang sekali waktu itu."Thasia menatapnya. Entah apa maksud Jason, tapi pria itu menambahkannya, "Tapi aku segera kembali ke Negara Marnion, jadi aku nggak sempat bertemu denganmu."Thasia berkata, "Nggak masalah, waktu itu kita juga nggak terlalu dekat."Jason hanya tersenyum. "Ya, bagimu kita memang nggak dekat sama sekali." Topik pembicaraannya berubah lagi. "Tapi sekarang kalau dipikir-pikir aku menyesal. Kalau aku nggak pergi ke luar negeri, mungkin saja saat kamu dalam bahaya, aku bisa melindungimu dan kamu nggak akan mengalami kejadian mengerikan itu. Biar mereka menculikku saja, daripada menculikmu.""Kamu sungguh pandai bercanda." Kata-kata Jason terdengar setengah bercanda, jadi Thasia tidak menganggapnya te