"Pak Wandy terlalu sungkan. Suatu kehormatan bagiku untuk bisa membantu perekonomian di kampung halamanku, apalagi dulu aku pernah bersekolah di sini," ujar Jason.Kepala Sekolah Wandy merasa sangat senang, karena jika muridnya bisa sukses, hal itu juga suatu kebanggaan bagi sekolah.Setelah Thasia masuk kerja, dia sudah lama tidak pernah mampir.Setelah bertemu kedua orang ini, Thasia juga tidak enak jika berpamitan sekarang, jadi dia hanya bisa mendengarkan dengan diam.Jason menyumbangkan 100 miliar untuk sekolah, Thasia cukup kagum padanya. Pria ini belajar di luar negeri, lalu berkembang di sana, tapi dia masih ingat pada kampung halamannya.Jika orang lain, mereka mungkin sudah memilih di luar negeri saja, mereka tidak akan pernah mau kembali.Kemudian Kepala Sekolah Wandy tiba-tiba bertanya kepada Thasia, "Thasia, kudengar kamu sekarang bekerja di PT Okson."Thasia tertegun sejenak.Kepala Sekolah Wandy bertanya dengan prihatin, "Apakah kamu baik-baik saja?"Thasia terkejut. "Pa
Mungkin pria itu mengkhawatirkannya.Thasia sudah baik-baik saja sekarang, jadi kenapa dia masih terlihat sedih?Namun, yang mengejutkan Thasia adalah dia mengetahuinya dengan begitu cepat."Sepertinya berita ini sampai ke Negara Marnion."Jason menambahkan, "Aku sempat pulang sekali waktu itu."Thasia menatapnya. Entah apa maksud Jason, tapi pria itu menambahkannya, "Tapi aku segera kembali ke Negara Marnion, jadi aku nggak sempat bertemu denganmu."Thasia berkata, "Nggak masalah, waktu itu kita juga nggak terlalu dekat."Jason hanya tersenyum. "Ya, bagimu kita memang nggak dekat sama sekali." Topik pembicaraannya berubah lagi. "Tapi sekarang kalau dipikir-pikir aku menyesal. Kalau aku nggak pergi ke luar negeri, mungkin saja saat kamu dalam bahaya, aku bisa melindungimu dan kamu nggak akan mengalami kejadian mengerikan itu. Biar mereka menculikku saja, daripada menculikmu.""Kamu sungguh pandai bercanda." Kata-kata Jason terdengar setengah bercanda, jadi Thasia tidak menganggapnya te
Jason sudah lama tidak kembali ke kampung halaman, jadi dia mulai lupa dengan kebiasaan di sini.Thasia mengikuti jejaknya, mereka berjalan berdampingan.Jason menikmati berjalan-jalan bersama Thasia, dia sedikit tersenyum.Namun, sebuah mobil melaju dan memecah ketenangan saat itu.Mobil itu melaju tepat di depan mereka. Jason takut mobil itu akan menabrak Thasia, tanpa sadar dia mendorong wanita itu ke samping, jadi dirinya berjalan di sisi luar.Jeremy melihat pemandangan ini dengan jelas dari kaca spion.Alisnya berkerut, wajahnya menjadi dingin dan bibirnya membentuk garis lurus. Tentu saja, dia juga memperhatikan kelembutan dan ketenangan di wajah Thasia.Wanita itu sepertinya sangat menikmati kebersamaan mereka.Sudah berkali-kali mereka jalan bersama di belakangnya.Bukannya Thasia menyukai pria bernama Leo itu?Jangan-jangan Leo itu nama panggilan Jason?Jeremy pun mengepalkan tangannya. Thasia sangat peduli pada pria di hatinya dan pria di depannya itu, hal ini membuat Jeremy
Jeremy tidak berpikir begitu. Jika hanya kebetulan kenapa bisa berkali-kali, sudah pasti tidak begitu.Thasia juga terlihat sangat bahagia setiap kali bertemu Jason, maka pasti ada yang tidak beres di sini."Pak Jeremy sudah datang!"Kepala Sekolah Wandy tahu Jeremy telah tiba, jadi dia keluar untuk menyambutnya, tapi dia tidak mengetahui suasana tegang di antara mereka. Kepala Sekolah Wandy berkata dengan penuh semangat, "Sekarang semua sudah di sini, ayo kita pergi ke restoran. Kali ini aku yang akan mentraktir kalian makan."Jeremy mengangguk kepada Kepala Sekolah Wandy dan tidak berkata apa-apa lagi.Setelah beberapa kali berinteraksi dengan Jeremy, Kepala Sekolah Wandy juga tahu sifatnya Jeremy. Pria ini memiliki sifat yang dingin, tidak suka berbasa-basi, tegas dan cepat dalam melakukan sesuatu, jadi Kepala Sekolah Wandy tidak keberatan.Jason memandang Jeremy. "Silakan, Pak Jeremy."Jeremy masuk ke dalam mobil dengan ekspresi dingin.Jeremy sengaja tidak memanggil Thasia, dia in
Thasia tertegun sejenak.Pria ini seharusnya lebih ingin cepat-cepat menemukan wanita itu.Jeremy pasti sedang mengujinya.Thasia tidak terlalu paham, tapi dia hanya bisa mengikuti maksudnya dan berkata, "Aku akan berusaha untuk membantu Pak Jeremy, bukan hanya dalam masalah ini, tapi dalam semua hal."Jawaban ini memang tidak ada yang salahSebagai sekretarisnya, Thasia harus mematuhi perintah Jeremy di tempat kerja.Hal ini juga menunjukkan kesetiaan Thasia sebagai sekretarisnya.Tidak ada sedikit pun kesedihan di wajah istrinya ini. Thasia dengan senang membantu Jeremy menemukan wanita yang pernah tidur dengannya.Baik sebagai istri atau sekretarisnya, Thasia sangat perhatian!Jeremy membuang muka, wajahnya terlihat dingin, dia berkata dengan tenang, "Bu Thasia sungguh sekretaris yang baik dan kompeten, nggak ada sekretaris yang lebih baik darimu."Thasia tadi masih merasa tegang, tapi setelah mendengar pujian Jeremy, dia langsung menjawab dengan senang. "Sudah sepatutnya, ini semua
"Benar, Thasia sangat cantik, pasti banyak orang yang mengejarnya, dia tentu saja memiliki kriteria yang tinggi." Kepala Sekolah Wandy memandang Jason lagi. "Tapi Jason juga nggak buruk, dia masih muda, berbakat, kepribadiannya baik dan memiliki masa depan yang cerah!"Mendengarkan pujian ini, wajah Jeremy pun terlihat tidak senang. Jelas bahwa Kepala Sekolah Wandy sangat suka pada Jason dan sangat ingin menjodohkannya dengan Thasia.Jason memandang Jeremy, lalu berkata sambil tersenyum, "Pak Wandy, kamu terlalu memujiku. Tapi Thasia memang wanita paling baik di dunia, dia pantas dicintai dan diperhatikan."Thasia merasa terkejut, tapi dia tetap tersentuh mendengar kata-kata Jason.Pria itu mengatakan dirinya adalah wanita terbaik di dunia, pantas untuk dicintai dan diperhatikan.Tidak ada seorang pun wanita yang bisa menolak pujian seperti itu.Jeremy juga menyadari Thasia sedang memperhatikan Jason, mungkin dia tersentuh oleh perkataan pria itu, hal ini pun membuatnya merasa sangat t
Kepala Sekolah Wandy hanya memiliki satu putri yang berharga, dia sangat menyayanginya. Di depan tamu saja dia berbicara sedikit tegas pada putrinya itu, tapi di rumah, dia selalu memanjakannya.Wandy jarang mengajak Rinesa keluar kecuali gadis itu yang mau ikut.Namun, dia tidak pernah membawanya menemui Jeremy.Dia khawatir putrinya tidak akan bisa menarik perhatian orang yang berhati dingin seperti Jeremy, nanti malah membuat masalah.Dia sempat berpikir memperkenalkan Rinesa kepada Jason.Jason memiliki kepribadian yang baik, jika putrinya bisa menikahi pria seperti itu, pasti akan sangat bagus.Namun, ada perubahan sekarang. Jason sepertinya menyukai Thasia, mereka semua bisa melihat itu.Sedangkan Rinesa lebih tertarik pada Jeremy, jadi dia pun hanya bisa menuruti keinginan putrinya dan melihat situasi apakah mereka bisa jadian.Selain mereka, Kepala Sekolah Wandy juga mengajak beberapa temannya.Teman-temannya sudah tua, kebanyakan dari mereka mengenal Rinesa dari kecil, juga sa
Jason dulu sangat gemuk saat masih di bangku SMP, bagaimana mungkin dia percaya diriDia hanya bisa memandang Thasia secara diam-diam dari kejauhan."Aku yang saat ini adalah diriku yang terbaik."Thasia tidak menyangka pria ini memiliki perasaan seperti itu padanya, dia benar-benar tidak menyadarinya.Jason memandangnya dan tersenyum penuh kasih sayang. "Thasia, aku sempat pulang sekali ketika tinggal Negara Marnion, saat itu aku baru tahu bahwa kamu terluka. Ketika aku kembali, kamu sudah masuk SMA. Aku hanya berani melihatmu dari belakang, aku sangat senang saat melihatmu baik-baik saja! Pada saat itu, aku memutuskan untuk membuatmu bahagia begitu aku kembali."Thasia merasa terkejut.Dia bisa memahami perasaan Jason.Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak mereka duduk di bangku SMP.Jason telah menyukainya lebih lama daripada dirinya menyukai Jeremy.Thasia bertanya, "Apakah kamu nggak pernah menyukai siapa pun selama ini?"Jason berkata dengan nada menggoda, "Mungkin karena Keluarga