"Benar, Thasia sangat cantik, pasti banyak orang yang mengejarnya, dia tentu saja memiliki kriteria yang tinggi." Kepala Sekolah Wandy memandang Jason lagi. "Tapi Jason juga nggak buruk, dia masih muda, berbakat, kepribadiannya baik dan memiliki masa depan yang cerah!"Mendengarkan pujian ini, wajah Jeremy pun terlihat tidak senang. Jelas bahwa Kepala Sekolah Wandy sangat suka pada Jason dan sangat ingin menjodohkannya dengan Thasia.Jason memandang Jeremy, lalu berkata sambil tersenyum, "Pak Wandy, kamu terlalu memujiku. Tapi Thasia memang wanita paling baik di dunia, dia pantas dicintai dan diperhatikan."Thasia merasa terkejut, tapi dia tetap tersentuh mendengar kata-kata Jason.Pria itu mengatakan dirinya adalah wanita terbaik di dunia, pantas untuk dicintai dan diperhatikan.Tidak ada seorang pun wanita yang bisa menolak pujian seperti itu.Jeremy juga menyadari Thasia sedang memperhatikan Jason, mungkin dia tersentuh oleh perkataan pria itu, hal ini pun membuatnya merasa sangat t
Kepala Sekolah Wandy hanya memiliki satu putri yang berharga, dia sangat menyayanginya. Di depan tamu saja dia berbicara sedikit tegas pada putrinya itu, tapi di rumah, dia selalu memanjakannya.Wandy jarang mengajak Rinesa keluar kecuali gadis itu yang mau ikut.Namun, dia tidak pernah membawanya menemui Jeremy.Dia khawatir putrinya tidak akan bisa menarik perhatian orang yang berhati dingin seperti Jeremy, nanti malah membuat masalah.Dia sempat berpikir memperkenalkan Rinesa kepada Jason.Jason memiliki kepribadian yang baik, jika putrinya bisa menikahi pria seperti itu, pasti akan sangat bagus.Namun, ada perubahan sekarang. Jason sepertinya menyukai Thasia, mereka semua bisa melihat itu.Sedangkan Rinesa lebih tertarik pada Jeremy, jadi dia pun hanya bisa menuruti keinginan putrinya dan melihat situasi apakah mereka bisa jadian.Selain mereka, Kepala Sekolah Wandy juga mengajak beberapa temannya.Teman-temannya sudah tua, kebanyakan dari mereka mengenal Rinesa dari kecil, juga sa
Jason dulu sangat gemuk saat masih di bangku SMP, bagaimana mungkin dia percaya diriDia hanya bisa memandang Thasia secara diam-diam dari kejauhan."Aku yang saat ini adalah diriku yang terbaik."Thasia tidak menyangka pria ini memiliki perasaan seperti itu padanya, dia benar-benar tidak menyadarinya.Jason memandangnya dan tersenyum penuh kasih sayang. "Thasia, aku sempat pulang sekali ketika tinggal Negara Marnion, saat itu aku baru tahu bahwa kamu terluka. Ketika aku kembali, kamu sudah masuk SMA. Aku hanya berani melihatmu dari belakang, aku sangat senang saat melihatmu baik-baik saja! Pada saat itu, aku memutuskan untuk membuatmu bahagia begitu aku kembali."Thasia merasa terkejut.Dia bisa memahami perasaan Jason.Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak mereka duduk di bangku SMP.Jason telah menyukainya lebih lama daripada dirinya menyukai Jeremy.Thasia bertanya, "Apakah kamu nggak pernah menyukai siapa pun selama ini?"Jason berkata dengan nada menggoda, "Mungkin karena Keluarga
Saat ini, Thasia seperti disambar petir. Wajahnya pucat, tubuhnya terasa kaku, dia tidak bisa bergerak.Dia ingin lari dari tempat itu, tapi kakinya terasa seperti dipaku, dia juga tidak bisa mengalihkan pandangannya.Dia tidak menyangka ketika keluar dari toilet, hubungan kedua orang itu sudah berkembang sampai ke titik ini.Namun, detik berikutnya Jeremy segera menarik tangan Rinesa.Kebetulan matanya bertemu dengan tatapan Thasia, pria itu tertegun sejenak. Mata mereka saling berpandang di udara, ada keraguan dan kesedihan.Jeremy tidak punya waktu untuk menjelaskan apa pun, dia segera membuat jarak dengan Rinesa, lalu berkata, "Nona Rinesa, mohon tahu diri sedikit."Rinesa mengejarnya dari belakang.Melihat Jeremy sendirian, gadis itu ingin melakukan sesuatu yang lebih intim dengannya.Dia berpikir tidak ada pria yang bisa menolak wanita cantik, belum pernah ada yang menolak dirinya.Selama dia bisa bertindak lebih agresif, dirinya pasti bisa menaklukkan Jeremy.Meskipun hanya kenc
Hubungan mereka tidak bisa berlanjut lebih jauh.Thasia menenangkan perasaan hatinya, mengangkat kepalanya dan tersenyum, lalu memandang Rinesa di belakang Jeremy. "Pak Jeremy, sebagai sekretaris Anda, tentu saja aku nggak akan pernah melihat atau mengatakan hal yang nggak sepatutnya. Aku pasti akan merahasiakan kejadian hari ini."Rinesa seketika memahami sesuatu, dia pun mendekat dan berkata, "Pak Jeremy, jadi kamu menolakku karena ada orang? Tapi dia ini sekretarismu, dia pasti akan merahasiakan hal ini. Aku tahu Pak Jeremy nggak pernah terjerat gosip selama ini. Kalau nggak ingin ketahuan bagaimana kalau kita pacaran diam-diam?"Rinesa suka pada Jeremy.Dia ingin dekat dengan pria itu dan menaklukkannya.Jika pria itu juga tertarik padanya, dia bersedia menjadi kekasih rahasianya.Rinesa tidak akan menolak hal ini.Sikap formal dan asing dari Thasia membuat Jeremy sangat tidak senang. Apalagi Rinesa terus berbicara yang tidak-tidak di sampingnya. Tatapan Jeremy yang dingin pun berp
"Maaf, Pak Jeremy. Memang aku yang salah. Aku nggak menghentikannya, sehingga membuat Pak Jeremy merasa nggak nyaman. Aku akan memperhatikan hal ini lain kali." Thasia segera mengakui kesalahannya, karena takut pria itu akan marah dan mereka bertengkar hebat.Thasia mengakui kesalahannya dengan begitu cepat, bahkan tidak membantahnya. Jeremy berkata lagi, "Cepat juga kamu mengaku salah. Aku ingin bertanya lagi, kamu melakukannya hal ini karena alasan pekerjaanmu atau pribadi?"Tindakan Thasia tadi karena keinginan egoisnya.Thasia merasa sedih tapi tidak mengucapkannya.Thasia berkata, "Tentu saja karena pekerjaanku. Selama aku menjadi sekretaris Pak Jeremy, aku akan bertanggung jawab atas tindakanku. Pak Jeremy, Anda dapat memotong gajiku. Aku nggak akan keberatan.""..."Jeremy terdiam dan merasa sangat tidak senang.Namun, Jeremy juga tidak bisa menyalahkannya.Dia juga malas untuk membuat keributan.Jeremy mengerutkan bibirnya, wajahnya tiba-tiba menjadi tidak senang. Jeremy segera
Thasia membuka matanya dan melihat Tony membuka pintu mobil, lalu mengguncangnya, dia pun duduk dengan tegak dan berkata, "Ada apa?""Pak Jeremy sepertinya terlalu banyak minum hari ini, dia dari tadi nggak mau bangun," kata Tony.Thasia segera menoleh dan melihat Jeremy sedang tidur bersandar di sandaran kursi, posisinya masih sama dengan yang tadi, napasnya cukup teratur, juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.Mungkin pria itu minum terlalu banyak dan merasa sedikit lelah.Namun, Jeremy bersikap seperti ini.Seingatnya pria itu tidak pernah tertidur dalam keadaan mabuk.Melihat mereka sudah sampai di depan rumah, Thasia pun berkata, "Aku akan meminta orang untuk membopongnya masuk.""Pak Tony, sudah larut. Kamu pulanglah dan istirahat." Thasia segera berdiri.Tony mengangguk. "Oke, tolong jaga Pak Jeremy baik-baik."Thasia keluar dari mobil, lalu segera masuk ke rumah untuk meminta para pelayan membopong Jeremy masuk.Setelah dibopong ke kamar, Jeremy segera dibaringkan di r
Thasia segera menyeka air mata di wajahnya, lalu kembali menatap pria itu. "Kamu terlalu banyak minum hari ini, berbaringlah dan tidur."Jeremy melihatnya dengan saksama, dia sedikit mengernyit dan bertanya, "Kamu menangis?"Thasia menundukkan kepalanya tanpa sadar. "Ada pasir masuk ke mataku."Jeremy bertanya, "Kenapa kamu menangis?"Jarang sekali dia melihat Thasia menangis, kalau sampai menangis, pasti karena wanita itu merasa sangat sedih.Mata Thasia tertuju pada tubuh Jeremy, wanita itu pun ragu-ragu sebelum bertanya, "Aku baru saja membersihkan tubuhmu dan melihat banyak bekas luka di sana.""Aku nggak tahu ternyata ada banyak bekas luka di tubuhmu."Tangan Jeremy terhenti. Ternyata Thasia menangis karena dirinya, dia pun bertanya, "Apakah kamu khawatir padaku?"Perkataannya membuat hati Thasia berdetak kencang, seolah-olah rahasia yang tersembunyi di hatinya akan segera terungkap. "Ini pertama kalinya aku melihat begitu banyak bekas luka di tubuh seseorang, pasti saat mengalami