Thasia bangun saat tengah malam.Saat jarinya bergerak, dia menyadari ada orang yang menimpanya.Thasia membuka matanya, dia melihat ke samping, di sana ada Jeremy yang tertidur sambil memegang tangannya.Rambut pria itu berantakan, wajahnya terlihat kelelahan.Sepertinya tidur Jeremy tidak nyenyak.Jeremy yang selalu berpenampilan dengan rapi, saat ini kumisnya sudah sedikit tumbuh.Melihat ini Thasia sedikit tertegun.Seketika ada perasaan campur aduk di dalam hatinya.Setelah beberapa saat, Tony berjalan masuk sambil membawa barang."Nyonya kamu sudah sadar," bisik Tony.Thasia mengangguk.Tony melihat ke arah Jeremy yang tertidur dan berkata, "Pak Jeremy terus menjagamu, aku menyuruhnya tidur, tapi dia bersikeras mau menjagamu, saat subuh dia baru ketiduran."Thasia membuka mulutnya, tenggorokannya terasa sangat serak. "Anakku ...."Tony berkata, "Dia aman, hampir saja keguguran, tapi untung masih tertolong, kalau nggak hubungan kalian pasti akan hancur. Saat kamu didorong ke ruang
"Jere ...."Sebelum kalimat Thasia selesai diucapkan, pintu tiba-tiba didorong terbuka.Mereka melihat Karen berjalan masuk, dia menatap Thasia, wajahnya terlihat senang dan dia berkata, "Aduh, sayangku, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau kamu sedang hamil? Aku baru tahu sekarang, kalau dari awal sudah tahu, aku nggak akan pergi jalan-jalan. Katakan, bukan aku orang terakhir yang tahu, bukan?"Karen masih memegang kopernya, memakai syal dan kacamata hitam, sepertinya wanita itu baru saja turun dari pesawat.Kulit Karen terlihat sedikit hitam karena berjemur.Dia juga membawa banyak barang.Kalimat Thasia tadi pun terpotong karena kedatangan Karen.Thasia segera terduduk dan berkata, "Bibi!"Thasia cukup senang saat melihat Karen, seakan-akan rasa resah di hatinya menghilang.Karen meletakkan kopernya, berjalan mendekat sambil mendorong Jeremy ke samping, lalu memeluk Thasia. "Thasiaku, terima kasih. Terima kasih sudah mengandung keturunan Keluarga Okson."Thasia tertegun dipeluk ole
Semua disimpan dalam kotak makan dan masih hangat.Padahal makanan khusus ibu hamil yang Jeremy beli juga berasal dari hotel bintang lima.Namun, Karen meremehkan makanan itu, dia mendorong semua barang itu ke samping, lalu membuka kotak makan yang dia bawa. "Ini sup ikan mas, bagus untuk ibu hamil, kalau ini bubur hati ayam, untuk menambah darah, dan juga ini, kacang polong dan kaki sapi ...."Karen terus berbicara untuk didengar orang-orang, lalu dia berkata lagi pada Jeremy, "Kamu baru pertama kali menjadi ayah, kamu harus belajar bagaimana caranya merawat wanita hamil, ke depannya kamu juga harus merawat anakmu. Ini semua makanan yang bagus untuk wanita hamil, jangan sampai dia memakan darah atau makanan nggak matang, hal itu bisa membuatnya keguguran ...."Karen terus berbicara, Jeremy langsung berkata, "Dia itu istriku, aku tahu bagaimana cara merawatnya.""Apanya yang merawatnya?" Karen sama sekali tidak percaya padanya. "Kamu sebagai suaminya malah membiarkan Thasia bekerja hin
Asisten itu cukup terkejut saat melihat Jeremy, lalu dia menangis. "Pak Jeremy, akhirnya aku berhasil menemukanmu."Jeremy menoleh, melihat wajah asisten itu yang terlihat cemas, dia langsung tahu kalau orang itu adalah asistennya Lisa, dia membuang rokoknya yang sudah mati ke tong sampah. "Memangnya di kantor nggak ada orang lain lagi?"Perusahaan entertainmentnya memiliki seorang penanggung jawab, juga berperan sebagai CEO.Kalau ada masalah yang harus dia urus, dia akan mengurusnya.Asisten itu berkata, "Meski di kantor ada banyak orang, Kak Lisa hanya ingin Pak Jeremy. Telepon Anda dari kemarin nggak bisa dihubungi."Jeremy mengerutkan kening, dia tidak ingin mendengar hal-hal ini. "Nggak ada urusan lain lagi?"Asisten itu menghapus air matanya, tapi air mata itu tetap mengalir, sama sekali tidak bisa berhenti. "Penyakit Kak Lisa kambuh lagi, kemarin sebenarnya dia ada kerjaan, tapi karena telinganya nggak bisa mendengar, jadi dibatalkan. Apakah dia akan menjadi tuli? Kalau begitu
Tatapan Lisa menjadi lebih bergetar, dia tersenyum. "Jeremy, kamu bilang apa? Jangan begitu dingin bisa nggak? Aku takut, aku sudah merasa sangat takut sekarang!"Tangan Lisa juga mulai bergetar.Jeremy melepaskannya, tatapan matanya masih menusuk. "Kalau bukan karena dirimu yang menghancurkan diri sendiri, mana mungkin pendengaranmu malah semakin parah. Sepertinya kamu hanya berpura-pura mencintai tubuhmu ini, kamu sebenarnya nggak mementingkan kariermu, kamu hanya ingin menghancurkan dirimu.""Posisimu sudah bagus di dunia hiburan, bukan semua orang bisa sampai ke posisimu itu, karena kamu nggak menghargai hal itu, maka aku akan mencari orang lain untuk menggantikanmu!" Perkataan Jeremy terdengar kejam, tidak peduli Lisa bisa mendengarnya atau tidak, karena sudah mengatakan apa yang harus dia katakan, Jeremy juga tidak akan membuang-buang waktunya untuk mengurusi Lisa.Jeremy yang selama ini membantu Lisa hingga bisa terkenal.Bagaimana mungkin dia membiarkan Lisa sendiri yang mengha
Wajah Lisa terdorong ke samping, dia langsung jatuh dari ranjang.Kali ini Lisa jatuh dengan cukup keras, bahkan terdengar suara tulangnya yang terkena lantai. Lisa terlihat sangat menyedihkan tengkurap di lantai.Jeremy padahal tadi sudah berencana mendorong Lisa, siapa sangka tamparan Karen sudah mendarat duluan.Melihat Karen di sini, dia pun berkata, "Bibi, apa yang kamu lakukan?"`Di saat bersamaan begitu asisten Lisa melihat ini dia segera menopang tubuh gadis itu."Apa yang kulakukan? Aku sedang memukul selingkuhanmu, kamu nggak lihat?" kata Karen dengan dingin, sama sekali tidak menghargai Jeremy.Lisa menangis dengan menyedihkan, dia terlihat kasihan dan sangat lemah, seakan-akan gadis itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri.Jeremy mengerutkan keningnya, dia menarik Lisa berdiri dari lantai, lalu berkata, "Dia sedang sakit, aku hanya melihatnya sebentar.""Kamu itu siapanya dia, apakah kamu perlu datang melihatnya?" Karen tidak berpikir seperti itu. "Dia hanya berpura-pura, t
Melihat mereka ribut, Jeremy juga segera menarik Karen, dia tidak ingin bibinya semakin emosi dan mengamuk dengan lebih parah. "Bibi, apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan dia!"Karen menepis tangan Jeremy. "Nggak mau, aku hari ini akan membuka kedoknya, membuat kalian tahu bahwa dia ini tukang bohong, dia sama sekali nggak tuli!""Ahh!" teriak Lisa dengan kencang."Kalian sangat ingin aku mati, maka aku akan mati, aku akan mati sekarang!" Melihat mereka masih saling tarik-menarik, tiba-tiba Lisa berlari keluar.Lisa menabrakkan kepalanya ke tembok.Kepalanya berdarah, lalu tubuhnya jatuh ke lantai dan pingsan.Thasia membuka matanya lebar-lebar, melihat tindakan Lisa itu dia merasa sangat terkejut hingga wajahnya memucat, tanpa sadar dia melangkah mundur.Karen tertegun, tidak dia sangka Lisa akan bertindak seperti ini.Semua orang masih tidak bereaksi."Kak Lisa!" panggil asisten itu dengan terkejut. "Dasar kalian orang jahat, kalian telah mencelakainya!"Jeremy tidak berbicara, dia
"Je ...."Thasia baru berjalan mendekat, tapi sebelum dia berbicara, Jeremy sudah menoleh sambil menelepon seseorang, pria itu tidak memperhatikan Thasia berjalan mendekat. "Turunkan berita itu, jangan sampai orang-orang tahu Lisa sedang sakit, hal itu akan memengaruhi reputasinya ...."Jeremy melewati Thasia, seakan-akan Thasia adalah udara yang kasat mata.Saat itu Thasia merasa sangat sedih.Thasia khawatir pada Karen, sedangkan pria itu khawatir pada Lisa.Takut masa depan Lisa sebagai artis terpengaruh.Thasia tidak seharusnya berpikir yang tidak-tidak, tapi kenyataan di depannya membuahkan sesuatu di dalam hatinya.Melihat Jeremy begitu sibuk karena masalah Lisa, seharusnya pria itu merasa sangat khawatir, jadi Thasia tidak jadi berbicara, dia hanya berjalan ke ruang dokter.Dokter sudah pasti akan melaporkan keadaan Lisa.Saat dokter menjelaskan keadaan Lisa, Thasia baru tahu kalau kedua telinga gadis itu tuli, jadi dia tidak bisa mendengar apa pun.Sebelumnya dia tahu kalau pit