Asisten itu cukup terkejut saat melihat Jeremy, lalu dia menangis. "Pak Jeremy, akhirnya aku berhasil menemukanmu."Jeremy menoleh, melihat wajah asisten itu yang terlihat cemas, dia langsung tahu kalau orang itu adalah asistennya Lisa, dia membuang rokoknya yang sudah mati ke tong sampah. "Memangnya di kantor nggak ada orang lain lagi?"Perusahaan entertainmentnya memiliki seorang penanggung jawab, juga berperan sebagai CEO.Kalau ada masalah yang harus dia urus, dia akan mengurusnya.Asisten itu berkata, "Meski di kantor ada banyak orang, Kak Lisa hanya ingin Pak Jeremy. Telepon Anda dari kemarin nggak bisa dihubungi."Jeremy mengerutkan kening, dia tidak ingin mendengar hal-hal ini. "Nggak ada urusan lain lagi?"Asisten itu menghapus air matanya, tapi air mata itu tetap mengalir, sama sekali tidak bisa berhenti. "Penyakit Kak Lisa kambuh lagi, kemarin sebenarnya dia ada kerjaan, tapi karena telinganya nggak bisa mendengar, jadi dibatalkan. Apakah dia akan menjadi tuli? Kalau begitu
Tatapan Lisa menjadi lebih bergetar, dia tersenyum. "Jeremy, kamu bilang apa? Jangan begitu dingin bisa nggak? Aku takut, aku sudah merasa sangat takut sekarang!"Tangan Lisa juga mulai bergetar.Jeremy melepaskannya, tatapan matanya masih menusuk. "Kalau bukan karena dirimu yang menghancurkan diri sendiri, mana mungkin pendengaranmu malah semakin parah. Sepertinya kamu hanya berpura-pura mencintai tubuhmu ini, kamu sebenarnya nggak mementingkan kariermu, kamu hanya ingin menghancurkan dirimu.""Posisimu sudah bagus di dunia hiburan, bukan semua orang bisa sampai ke posisimu itu, karena kamu nggak menghargai hal itu, maka aku akan mencari orang lain untuk menggantikanmu!" Perkataan Jeremy terdengar kejam, tidak peduli Lisa bisa mendengarnya atau tidak, karena sudah mengatakan apa yang harus dia katakan, Jeremy juga tidak akan membuang-buang waktunya untuk mengurusi Lisa.Jeremy yang selama ini membantu Lisa hingga bisa terkenal.Bagaimana mungkin dia membiarkan Lisa sendiri yang mengha
Wajah Lisa terdorong ke samping, dia langsung jatuh dari ranjang.Kali ini Lisa jatuh dengan cukup keras, bahkan terdengar suara tulangnya yang terkena lantai. Lisa terlihat sangat menyedihkan tengkurap di lantai.Jeremy padahal tadi sudah berencana mendorong Lisa, siapa sangka tamparan Karen sudah mendarat duluan.Melihat Karen di sini, dia pun berkata, "Bibi, apa yang kamu lakukan?"`Di saat bersamaan begitu asisten Lisa melihat ini dia segera menopang tubuh gadis itu."Apa yang kulakukan? Aku sedang memukul selingkuhanmu, kamu nggak lihat?" kata Karen dengan dingin, sama sekali tidak menghargai Jeremy.Lisa menangis dengan menyedihkan, dia terlihat kasihan dan sangat lemah, seakan-akan gadis itu tidak bisa mengurus dirinya sendiri.Jeremy mengerutkan keningnya, dia menarik Lisa berdiri dari lantai, lalu berkata, "Dia sedang sakit, aku hanya melihatnya sebentar.""Kamu itu siapanya dia, apakah kamu perlu datang melihatnya?" Karen tidak berpikir seperti itu. "Dia hanya berpura-pura, t
Melihat mereka ribut, Jeremy juga segera menarik Karen, dia tidak ingin bibinya semakin emosi dan mengamuk dengan lebih parah. "Bibi, apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan dia!"Karen menepis tangan Jeremy. "Nggak mau, aku hari ini akan membuka kedoknya, membuat kalian tahu bahwa dia ini tukang bohong, dia sama sekali nggak tuli!""Ahh!" teriak Lisa dengan kencang."Kalian sangat ingin aku mati, maka aku akan mati, aku akan mati sekarang!" Melihat mereka masih saling tarik-menarik, tiba-tiba Lisa berlari keluar.Lisa menabrakkan kepalanya ke tembok.Kepalanya berdarah, lalu tubuhnya jatuh ke lantai dan pingsan.Thasia membuka matanya lebar-lebar, melihat tindakan Lisa itu dia merasa sangat terkejut hingga wajahnya memucat, tanpa sadar dia melangkah mundur.Karen tertegun, tidak dia sangka Lisa akan bertindak seperti ini.Semua orang masih tidak bereaksi."Kak Lisa!" panggil asisten itu dengan terkejut. "Dasar kalian orang jahat, kalian telah mencelakainya!"Jeremy tidak berbicara, dia
"Je ...."Thasia baru berjalan mendekat, tapi sebelum dia berbicara, Jeremy sudah menoleh sambil menelepon seseorang, pria itu tidak memperhatikan Thasia berjalan mendekat. "Turunkan berita itu, jangan sampai orang-orang tahu Lisa sedang sakit, hal itu akan memengaruhi reputasinya ...."Jeremy melewati Thasia, seakan-akan Thasia adalah udara yang kasat mata.Saat itu Thasia merasa sangat sedih.Thasia khawatir pada Karen, sedangkan pria itu khawatir pada Lisa.Takut masa depan Lisa sebagai artis terpengaruh.Thasia tidak seharusnya berpikir yang tidak-tidak, tapi kenyataan di depannya membuahkan sesuatu di dalam hatinya.Melihat Jeremy begitu sibuk karena masalah Lisa, seharusnya pria itu merasa sangat khawatir, jadi Thasia tidak jadi berbicara, dia hanya berjalan ke ruang dokter.Dokter sudah pasti akan melaporkan keadaan Lisa.Saat dokter menjelaskan keadaan Lisa, Thasia baru tahu kalau kedua telinga gadis itu tuli, jadi dia tidak bisa mendengar apa pun.Sebelumnya dia tahu kalau pit
Thasia sudah berutang cukup banyak padanya, dia tidak bisa membalas semua utang itu."Aku baik-baik saja." Jason berjalan masuk, dia tersenyum sambil menyeka keringatnya. "Nanti juga sudah nggak lelah, aku buru-buru dari rumah ke sini, bahkan nggak sempat ganti baju."Thasia menatapnya sambil tertawa. "Duduklah, aku akan menuangkan air untukmu!""Nggak perlu! Biar aku sendiri yang mengambilnya!" Jason segera merebutnya, dia tidak ingin merepotkan Thasia. "Apakah anaknya baik-baik saja?"Mendengar ini Thasia segera duduk kembali. "Mark yang memberitahumu hal ini?"Jason menuangkan air, meminumnya dan tersenyum tanpa menjawab.Thasia malah berkata, "Kenapa dia memberitahumu semua ini? Aku bahkan curiga dia itu mata-matamu, selama aku bertindak sedikit saja, dia akan langsung melaporkannya padamu.""Bukan." Jason meletakkan gelasnya ke samping. "Hubungan kami cukup dekat, karena kami teman sekolah dulu, jadi kami sering mengobrol.""Baguslah kalau bukan, kalau nggak nanti aku nggak ada pr
Setelah mendengar ini Thasia merasa terkejut.Jason langsung menutup telepon selesai mengatakannya.Jason sudah lama berpikir baru membuat keputusan ini, dia harus lebih berani, juga harus mencoba.Kalau tidak berjuang mungkin dia seumur hidup tidak akan mendapat kesempatan."Jason, apa yang kamu bicarakan?" Thasia tidak menyangka dia akan bertindak seperti ini.Thasia tidak mengandung anaknya Jason, tapi pria itu mengaku anak ini miliknya, sungguh mengejutkan.Jason berkata padanya, "Maaf, aku membuat keputusan sendiri, tapi aku merasa kalau seperti ini Jeremy baru akan menyerah.""Bagaimana denganmu?" Thasia mengerutkan keningnya. "Anak ini bukan milikmu, tapi kamu malah menjadi ayahnya, hal ini nggak adil bagimu!"Thasia tahu batasan.Jason masih muda, masa depannya masih panjang.Nanti istrinya di masa depan akan berpikir apa? Bagaimana dengan pendapat keluarganya?Thasia tidak akan membiarkan Jason menanggung beban yang seharusnya bukan milik pria itu, bahkan membuat orang lain be
"Jason ...."Saat itu pintu dibuka dengan kencang, Jeremy berjalan masuk, wajahnya terlihat dingin dan kesal."Jason!" Pria itu langsung menarik kerah baju Jason. "Berani sekali kamu mengaku!"Jeremy memang sudah ingin memukulnya dari dulu!Jason selalu saja mengikuti Thasia, membuatnya sangat marah.Hari ini Jason bahkan berani berkata seperti itu.Jadi Jeremy memiliki alasan untuk memukulnya!Tonjokan Jeremy segera mendarat di wajah Jason."Jeremy!" Thasia yang melihat ini segera berkata, "Di sini rumah sakit, kamu nggak boleh memukul orang!"Jeremy berkata dengan dingin, "Aku tetap harus memukulnya!"Jason malah tertawa setelah menerima pukulannya. "Pukul saja, memang aku bersalah padamu. Setelah kamu memukulku, kamu bisa mengembalikan Thasia padaku."Melihat senyuman santai Jason, kepalan Jeremy terus berbunyi. "Jason, dasar kamu nggak tahu malu!""Selama kamu mengembalikan Thasia padaku, aku nggak perlu rasa malu itu, bahkan nyawaku saja rela kuserahkan padamu!" Jason menyeka dara