"Perkataan netizen sungguh keterlaluan, aku ingin keluar dari rumah sakit." Suara Lisa menjadi serak, matanya juga berkaca-kaca.Lisa saat ini terlihat sangat tertekan dan juga kasihan.Jeremy menjawab, "Kalau begitu aku akan menyuruh Tony mengurusnya, tapi dilihat dari keadaanmu sekarang kamu masih harus berada di rumah sakit selama beberapa hari lagi. Aku akan menyuruh Tony memanggil beberapa penjaga ke sini, kamu tenang saja."Lisa tahu meski Jeremy berkata seperti ini, tapi sebenarnya pria itu sedang menjaga jarak dengan dirinya, bahkan sejak awal masalah ini Jeremy tidak mengungkit nama Thasia sama sekali.Jeremy sangat melindungi wanita itu."Tentu saja aku nggak mengkhawatirkan masalah yang sudah kamu urus, tapi para netizen itu sungguh mengerikan. Aku nggak bisa menerima perkataannya, aku hanya ...."Pada akhirnya Lisa tidak mampu meneruskan kalimatnya, dia langsung menangis tersedu-sedu,Namun, Lisa tetap menanyakan hal yang ingin dia tanyakan dari tadi, "Jeremy, kamu akhir-ak
Pria itu masih tersenyum, lalu dia berkata dengan suara lembut, "Ya, tadi aku hanya sekalian lewat saja dan membawakanmu sesuatu."Sabrina terlihat tidak senang, dia tertawa dengan menyindir. "Barang yang kamu bilang sekalian bawa itu bunga?""Ya."Pria itu tidak menyangkal.Suara Sabrina terdengar dingin. "Aku nggak tertarik pada bunga, kalau kamu datang mencariku lagi, maka aku akan melaporkanmu pada polisi!"Thasia yang berada di sebelah seketika tertegun.Dia tidak menyangka perilaku Sabrina terhadap pria itu akan sedingin ini.Padahal pria itu kelihatannya cukup tampan.Pria itu tidak terlihat marah. "Aku sudah membeli bunga ini. Bunga indah cocok untuk wanita cantik, anggap saja kamu menghargai jerih payahku telah membelinya, terima saja bunga ini.""Di sebelah kirimu ada tong sampah. Terima kasih."Sabrina hanya melirik pria itu.Detik berikutnya Sabrina segera menutup kaca mobil.Pria itu berdiri di sana selama beberapa detik, lalu berjalan pergi sambil membawa bunga yang dia b
Thasia mengangguk. "Benar juga."Sabrina berkata, "Kalau begitu kita lihat dulu apakah Pak Jeremy akan memenuhi janjinya atau nggak, kalau nggak, maka ikuti saja saran dariku. Lagi pula, kamu hanya ingin bercerai, selama kamu berhasil bercerai, maka langsung pergi saja, untuk apa memikirkan masalah sisanya.""Ya."Kita lihat saja nanti....Jeremy pergi ke kantor."Thasia, buatkan kopi."Setelah Jeremy mengurusi banyak berkas, dia terlihat sedikit lelah, sambil memijat keningnya, dia tanpa sadar memanggil Thasia.Namun, setelah mengatakannya, Jeremy menyadari ada yang tidak beres.Thasia sudah tidak datang ke kantor, wanita itu sekarang berada di tempat Sabrina.Seketika kantornya terasa sepi, sudah tidak ada bayangan Thasia, sedang dirinya tanpa sadar masih berpikir Thasia berada di sini!Namun, setelah beberapa saat dia mencium aroma kopi yang pekat.Juga samar-samar tercium aroma bunga zaitun."Pak Jeremy, ini kopi kesukaanmu."Seseorang berkata dengan hormat, Jeremy melihat Vina be
Jeremy pun tersenyum sinis.Buk!Vina sekali lagi jatuh ke lantai.Saat ini kondisinya lebih menyedihkan lagi, juga terasa benaran sakit.Detik berikut Vina mulai menangis.Kemudian dia malah meminta maaf pada Jeremy, "Maaf Pak Jeremy, kakiku sepertinya terkilir. Aku ... aku ini benar-benar ceroboh!""Kamu memang ceroboh!" Jeremy tidak memedulikan Vina. "Kamu pikir aku akan masuk ke dalam jebakan murahanmu ini?"Vina merasa terkejut.Kenapa Jeremy seperti bisa membaca pikiran orang.Namun, Vina merasa dirinya tidak boleh mengaku. "Pak Jeremy, kamu salah sangka, aku benar-benar nggak sengaja jatuh dan membuat kopinya tumpah. Pak Jeremy lihat saja, sepertinya sepatuku yang kualitasnya kurang bagus."Suara Vina terdengar serak, bahkan terlihat sedikit malu.Terlihat sepatu hak tingginya bagian belakang memang hampir putus.Jeremy tidak melihatnya.Pria itu berkata dengan dingin, "Baguslah kalau aku yang salah sangka, tapi memangnya kamu merasa tindakanmu ini baik?""Maaf Pak Jeremy, aku t
Sejak itu setiap kali Sabrina mengadakan pameran, Mark pasti akan muncul, bahkan membeli lukisannya yang paling mahal dan barang lainnya.Padahal Sabrina tidak suka padanya, tapi pria itu masih bersikeras melakukan hal ini, maka bisa dibilang pria itu cukup keras kepala!Thasia seketika tidak tahu harus menjawab apa.Pada saat ini ponselnya berbunyi, tanda sebuah pesan masuk, tapi Thasia dan Sabrina melihat ke arah ponsel secara bersamaan, ternyata Xander yang mengirim pesan ke grup obrolan."Minggu depan hari senin Elcent bakal mengadakan acara anaknya sudah berumur sebulan di Vila Rosa, juga sekalian mengadakan acara reuni, jadi semoga kalian semua bisa datang."Sabrina yang berada di sebelah Thasia pun berkata, "Aneh sekali, Elcent yang mengadakan acara sebulanan untuk anaknya, kenapa Xander yang mengumumkan hal ini?"Saat ini banyak orang di grup juga mengajukan pertanyaan itu.Xander menjawab, "Elcent akhir-akhir ini sedang berada di rumah sakit, dia nggak sempat mengurus hal ini,
Thasia tersenyum. "Kamu ini bilang apa. Pernikahanku dan Jeremy itu tanpa cinta, meskipun kamu menyingkirkan Lisa, tetap akan ada wanita lain yang muncul."Wajah Sabrina pun terlihat tidak senang. "Kalau gitu aku diam saja."Pembantu memasak dengan cukup cepat.Namun, Thasia baru makan sedikit malah sudah merasa mengantuk.Keesokan harinya.Thasia dan Sabrina pergi ke pameran.Sabrina itu desainer yang cukup terkenal, padahal dia datang dengan menyamar, tetap saja ada yang mengenalinya.Ramai sekali di sana.Sabrina pun hanya bisa melepaskan tangan Thasia. "Thasia, kamu jalan duluan saja."Setelah itu Sabrina segera berjalan pergi.Saat Sabrina pergi Thasia merasa bosan sendirian.Namun, dia tidak menyangka saat berjalan ke arah pintu keluar, dia melihat Jeremy berjalan mendekat.Saat mereka berdua saling memandang, seketika waktu terasa berhenti.Namun, Thasia dengan cepat kembali sadar.Thasia tidak mengatakan apa-apa. Saat Thasia ingin menghindari Jeremy, pria itu malah menghalangi
Melihat ini Jeremy pun mengerutkan keningnya. "Bukannya kamu sudah ke dokter?""Ya, aku akan meminum obatnya nanti."Punggung Thasia terasa dingin, tenggorokannya juga terasa tegang.Dia tidak berani menatap mata Jeremy, takut Jeremy yang peka akan mengetahui kejanggalan pada dirinya.Jeremy mengerutkan kening. "Sudah dua hari sejak kamu ke dokter, coba bawa sini obatmu, aku akan bertanya pada Ricky. Kalau nggak ada efek aku akan menyuruh Ricky membuatkan resep lagi untukmu."Obat yang diberikan dokter sudah Thasia ganti tempatnya.jika diperlihatkan pada Ricky, sebagai seorang dokter bukankah pria itu akan menyadari ada yang tidak beres pada obatnya?Thasia segera mengalihkan pembicaraan. "Baru dua hari, efek obatnya nggak akan secepat itu, lagi pula, kamu juga sudah memberikanku sekotak obat waktu itu."Jeremy pun baru teringat.Melihat Jeremy hanya diam saja, Thasia segera meletakkan kopinya di depannya. "Kali ini aku nggak menambahkan bunga zaitun, kamu coba dulu suka nggak. Aku ti
Thasia tertegun.Jeremy tidak pernah bersikap selembut ini padanya.Jika tidak ada masa kontrak tiga tahun dan tidak ada Lisa, Thasia mungkin akan berpikir untuk tetap di sisi pria itu lagi karena tindakan dan ucapannya barusan.Thasia mengangguk. "Aku tahu Ricky nggak akan memakan orang, tapi aku benar-benar nggak kenapa-napa. Jeremy, kenapa kamu nggak percaya padaku, mungkinkah aku terlihat seperti orang penyakitan?""Atau jangan-jangan aku terlihat seperti sedang hamil?"Thasia kali ini menguji pria itu dengan ucapan yang cukup berisiko.Jeremy pernah menebak hal ini, tapi segera disangkal oleh Thasia.Kali ini dia yang mengatakannya duluan, semoga Jeremy menyangkalnya juga.Jeremy terdiam.Namun, tatapan matanya berpindah ke tubuh Thasia karena mendengar perkataan tadi.Memang akhir-akhir ini dia merasa Thasia menjadi lebih gemuk.Sedangkan selama dua hari ini, wajah Thasia terlihat lebih kurus dan pucat.Bibir tipis Jeremy pun bergerak, dia berkata dengan suara serak, "Nanti aku a