Thasia mengangguk. "Benar juga."Sabrina berkata, "Kalau begitu kita lihat dulu apakah Pak Jeremy akan memenuhi janjinya atau nggak, kalau nggak, maka ikuti saja saran dariku. Lagi pula, kamu hanya ingin bercerai, selama kamu berhasil bercerai, maka langsung pergi saja, untuk apa memikirkan masalah sisanya.""Ya."Kita lihat saja nanti....Jeremy pergi ke kantor."Thasia, buatkan kopi."Setelah Jeremy mengurusi banyak berkas, dia terlihat sedikit lelah, sambil memijat keningnya, dia tanpa sadar memanggil Thasia.Namun, setelah mengatakannya, Jeremy menyadari ada yang tidak beres.Thasia sudah tidak datang ke kantor, wanita itu sekarang berada di tempat Sabrina.Seketika kantornya terasa sepi, sudah tidak ada bayangan Thasia, sedang dirinya tanpa sadar masih berpikir Thasia berada di sini!Namun, setelah beberapa saat dia mencium aroma kopi yang pekat.Juga samar-samar tercium aroma bunga zaitun."Pak Jeremy, ini kopi kesukaanmu."Seseorang berkata dengan hormat, Jeremy melihat Vina be
Jeremy pun tersenyum sinis.Buk!Vina sekali lagi jatuh ke lantai.Saat ini kondisinya lebih menyedihkan lagi, juga terasa benaran sakit.Detik berikut Vina mulai menangis.Kemudian dia malah meminta maaf pada Jeremy, "Maaf Pak Jeremy, kakiku sepertinya terkilir. Aku ... aku ini benar-benar ceroboh!""Kamu memang ceroboh!" Jeremy tidak memedulikan Vina. "Kamu pikir aku akan masuk ke dalam jebakan murahanmu ini?"Vina merasa terkejut.Kenapa Jeremy seperti bisa membaca pikiran orang.Namun, Vina merasa dirinya tidak boleh mengaku. "Pak Jeremy, kamu salah sangka, aku benar-benar nggak sengaja jatuh dan membuat kopinya tumpah. Pak Jeremy lihat saja, sepertinya sepatuku yang kualitasnya kurang bagus."Suara Vina terdengar serak, bahkan terlihat sedikit malu.Terlihat sepatu hak tingginya bagian belakang memang hampir putus.Jeremy tidak melihatnya.Pria itu berkata dengan dingin, "Baguslah kalau aku yang salah sangka, tapi memangnya kamu merasa tindakanmu ini baik?""Maaf Pak Jeremy, aku t
Sejak itu setiap kali Sabrina mengadakan pameran, Mark pasti akan muncul, bahkan membeli lukisannya yang paling mahal dan barang lainnya.Padahal Sabrina tidak suka padanya, tapi pria itu masih bersikeras melakukan hal ini, maka bisa dibilang pria itu cukup keras kepala!Thasia seketika tidak tahu harus menjawab apa.Pada saat ini ponselnya berbunyi, tanda sebuah pesan masuk, tapi Thasia dan Sabrina melihat ke arah ponsel secara bersamaan, ternyata Xander yang mengirim pesan ke grup obrolan."Minggu depan hari senin Elcent bakal mengadakan acara anaknya sudah berumur sebulan di Vila Rosa, juga sekalian mengadakan acara reuni, jadi semoga kalian semua bisa datang."Sabrina yang berada di sebelah Thasia pun berkata, "Aneh sekali, Elcent yang mengadakan acara sebulanan untuk anaknya, kenapa Xander yang mengumumkan hal ini?"Saat ini banyak orang di grup juga mengajukan pertanyaan itu.Xander menjawab, "Elcent akhir-akhir ini sedang berada di rumah sakit, dia nggak sempat mengurus hal ini,
Thasia tersenyum. "Kamu ini bilang apa. Pernikahanku dan Jeremy itu tanpa cinta, meskipun kamu menyingkirkan Lisa, tetap akan ada wanita lain yang muncul."Wajah Sabrina pun terlihat tidak senang. "Kalau gitu aku diam saja."Pembantu memasak dengan cukup cepat.Namun, Thasia baru makan sedikit malah sudah merasa mengantuk.Keesokan harinya.Thasia dan Sabrina pergi ke pameran.Sabrina itu desainer yang cukup terkenal, padahal dia datang dengan menyamar, tetap saja ada yang mengenalinya.Ramai sekali di sana.Sabrina pun hanya bisa melepaskan tangan Thasia. "Thasia, kamu jalan duluan saja."Setelah itu Sabrina segera berjalan pergi.Saat Sabrina pergi Thasia merasa bosan sendirian.Namun, dia tidak menyangka saat berjalan ke arah pintu keluar, dia melihat Jeremy berjalan mendekat.Saat mereka berdua saling memandang, seketika waktu terasa berhenti.Namun, Thasia dengan cepat kembali sadar.Thasia tidak mengatakan apa-apa. Saat Thasia ingin menghindari Jeremy, pria itu malah menghalangi
Melihat ini Jeremy pun mengerutkan keningnya. "Bukannya kamu sudah ke dokter?""Ya, aku akan meminum obatnya nanti."Punggung Thasia terasa dingin, tenggorokannya juga terasa tegang.Dia tidak berani menatap mata Jeremy, takut Jeremy yang peka akan mengetahui kejanggalan pada dirinya.Jeremy mengerutkan kening. "Sudah dua hari sejak kamu ke dokter, coba bawa sini obatmu, aku akan bertanya pada Ricky. Kalau nggak ada efek aku akan menyuruh Ricky membuatkan resep lagi untukmu."Obat yang diberikan dokter sudah Thasia ganti tempatnya.jika diperlihatkan pada Ricky, sebagai seorang dokter bukankah pria itu akan menyadari ada yang tidak beres pada obatnya?Thasia segera mengalihkan pembicaraan. "Baru dua hari, efek obatnya nggak akan secepat itu, lagi pula, kamu juga sudah memberikanku sekotak obat waktu itu."Jeremy pun baru teringat.Melihat Jeremy hanya diam saja, Thasia segera meletakkan kopinya di depannya. "Kali ini aku nggak menambahkan bunga zaitun, kamu coba dulu suka nggak. Aku ti
Thasia tertegun.Jeremy tidak pernah bersikap selembut ini padanya.Jika tidak ada masa kontrak tiga tahun dan tidak ada Lisa, Thasia mungkin akan berpikir untuk tetap di sisi pria itu lagi karena tindakan dan ucapannya barusan.Thasia mengangguk. "Aku tahu Ricky nggak akan memakan orang, tapi aku benar-benar nggak kenapa-napa. Jeremy, kenapa kamu nggak percaya padaku, mungkinkah aku terlihat seperti orang penyakitan?""Atau jangan-jangan aku terlihat seperti sedang hamil?"Thasia kali ini menguji pria itu dengan ucapan yang cukup berisiko.Jeremy pernah menebak hal ini, tapi segera disangkal oleh Thasia.Kali ini dia yang mengatakannya duluan, semoga Jeremy menyangkalnya juga.Jeremy terdiam.Namun, tatapan matanya berpindah ke tubuh Thasia karena mendengar perkataan tadi.Memang akhir-akhir ini dia merasa Thasia menjadi lebih gemuk.Sedangkan selama dua hari ini, wajah Thasia terlihat lebih kurus dan pucat.Bibir tipis Jeremy pun bergerak, dia berkata dengan suara serak, "Nanti aku a
Thasia memasak bubur dan mi telur.Juga membuat jus pir.Setelah selesai memasak, pembantu membawakan semua makanan itu ke meja makan.Kebetulan Jeremy juga berjalan turun dari atas, Thasia segera memanggilnya, "Sini makan sarapan."Saat ini ada cahaya matahari yang menyinari tubuh Thasia, seketika membuat tubuhnya seperti dilapisi oleh sinar emas yang indah.Jeremy merasa keadaan seperti ini sangat nyaman, seperti kembali ke masa lalu.Namun, semua ini hanya sementara saja.Karena setelah selesai sarapan mereka akan pergi mengurusi masalah cerai mereka,Jeremy sebenarnya tidak terlalu terbiasa makan sarapan, tapi dia juga tidak bisa menolak.Thasia sangat pandai memasak, makanannya ini enak dan mudah dicerna.Setelah selesai sarapan mereka berjalan ke luar bersama-sama.Jeremy tidak memanggil sopir, juga tidak memanggil Tony, dia yang mengemudi sendiri. Thasia duduk di samping kemudi, kondisi ini sama seperti saat mereka pergi mengambil akta nikah.Namun, saat itu cuacanya tidak sebag
Tentu saja Thasia tidak senang.Namun, dia tidak punya pilihan."Ya, aku sangat senang," kata Thasia dengan mengkhianati isi hatinya.Jeremy dari awal sudah menebak hal ini. "Cara tercepat yang kamu maksud itu dengan mencari pengacara, bukan?"Thasia tidak menyangkal.Setelah dia terdiam, dia berkata pada Jeremy, "Pak Jeremy, kita nggak sejalan lagi."Thasia ingin pergi mencari pengacara.Jeremy mengerti maksud Thasia, tidak mungkin dirinya berbaik hati memberikan wanita itu tumpangan.Jeremy berkata dengan datar, "Di PT Okson lagi ada banyak kerjaan.""Oh."Thasia tidak berkata apa-apa lagi.Begitu mereka sampai di PT Okson, yang satu kembali ke kantor presdir, yang satu lagi kembali ke mejanya.Saat Vina melihat Thasia dia merasa sangat terkejut. "Kak Thasia aku kira kamu nggak akan datang lagi."Perhatian Thasia pun tertuju pada Vina.Pakaian kerja Vina terlihat sangat rapi.Sepertinya Jeremy sudah memperlakukan gadis ini dengan baik.Apalagi tujuan Vina diterima di sini untuk mengg